Lembaga Penyakit Tropis Universitas Airlangga, Surabaya, menemukan tipe SARS-CoV-2 yang menginfeksi pasien di Jawa Timur mirip tipe B dan C.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Lembaga Penyakit Tropis Universitas Airlangga, Surabaya, memetakan sejumlah tipe SARS-CoV-2 atau virus korona yang menginfeksi pasien di Jawa Timur. Dari enam sampel yang diteliti, empat di antaranya dekat dengan tipe B dan dua sampel dekat tipe C.
Ketua Lembaga Penyakit Tropis Unair Prof Maria Lucia Inge Lusida, di Surabaya, Jumat (8/5/2020), mengatakan, Unair melakukan penelitian terhadap 20 sampel pasien positif Covid-19 di Jatim. Hasilnya, dari enam sampel yang diteliti, empat di antaranya lebih dekat dengan tipe B dan dua sampel dekat dengan tipe C.
”Enam sampel yang diteliti sudah hampir selesai, sudah 99,6 persen. Apabila sudah selesai 100 persen, akan didaftarkan di GISAID,” katanya. GISAID merupakan platform basis data virus influenza dunia. Sementara genom total SARS-CoV-2 di Jatim yang diteliti memiliki panjang 30.000 basa.
Sebelumnya, Peter Foster dari Institute of Forensic Genetics, Jerman, dan tim menemukan tiga varian utama virus SARS-CoV-2. Hasil kajian dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS), Amerika Serikat, 8 April 2020.
Pembedaan ditentukan perubahan asam aminonya, yang diberi nama tipe A, B, dan C. Tipe A paling awal melompat dari virus berinang di kelelawar ke manusia didapat dari isolat virus korona BatCoVRaTG13 di Provinsi Yunan, China. Lompatan ini diperkirakan terjadi November 2019.
Menariknya, analisis galur menunjukkan, tipe A jarang ditemui di China. Sebaliknya, pusat awal pandemi itu terutama diserang SARS-CoV-2 tipe B, yang mulai beredar pada akhir Desember 2020.
Virus tipe B, hasil mutasi dari tipe A, juga ditemukan di hampir semua sampel di negara Asia Timur lain, seperti Jepang. Itu menunjukkan kemudahan mereka menginfeksi dengan sistem kekebalan tubuh populasi di sana sehingga virus tak perlu bermutasi lagi.
Hasil riset itu menunjukkan, virus tipe A lebih umum ditemukan di Australia dan AS. Ada dua pertiga sampel di AS memiliki tipe A, kecuali sampel di New York, yang mayoritas bertipe B.
Peter Forster dan tim menemukan, selain tipe B, Eropa diserang virus tipe C. Virus tipe A dan B terbentuk mutasinya di China, sedangkan tipe C bermutasi di luar China dengan tak ditemukannya tipe itu di negeri asal SARS-CoV-2. Virus tipe C ditemukan di Singapura, Taiwan, dan Korea Selatan.
Tipe C beda dari induknya tipe B oleh mutasi G26144T yang mengubah glisin jadi valin. Dalam dataset, ini merupakan tipe Eropa utama yang ada di Perancis, Italia, Swedia, Inggris, AS (California), dan Brasil. Eropa mendapat korona tipe C dari Singapura.
Anggota tim peneliti Unair, Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih, mengatakan, jika memiliki genom asli dari Indonesia, peneliti bisa melihat keragaman virus yang menginfeksi masyarakat. Dengan demikian, vaksin maupun obat yang akan diproduksi bisa lebih efektif melawan virus tersebut. Untuk itu, setidaknya diperlukan minimal lima sampel pasien positif dari tiap daerah.
”Nanti diteliti virus mana yang paling kuat sebagai acuan vaksin sehingga tubuh akan mampu melawan tipe virus yang terkuat jika akan menginfeksi,” ucapnya.