Tes PCR Spesimen Covid-19 dari Seluruh NTT Dipusatkan di Kupang
Nusa Tenggara Timur mulai memeriksa sampel spesimen dari 22 kabupaten/kota di daerah itu dengan metode PCR. Hasil pemeriksaan bisa diketahui dalam waktu 5-7 jam.
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Nusa Tenggara Timur mulai melakukan pemeriksaan mandiri semua spesimen terkait Covid-19 dari 22 kabupaten dan kota di daerah itu. Hal ini akan mempercepat pemeriksaan hingga hanya 5-7 jam. Adapun sampel dari pulau lain, seperti Flores dan Sumba, dibawa dengan pesawat carter.
Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat ketika meninjau sekaligus meresmikan pengoperasian Laboratorium Biologi Molekuler di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Yohannes Kupang di Kupang, Kamis (7/5/2020), mengatakan, kolaborasi pemerintah pusat dan Gugus Tugas Covid-19 NTT akhirnya memungkinkan pengiriman alat tes dengan sistem metode reaksi rantai polimerase (PCR) tersebut ke NTT. Untuk tahap pertama, diperiksa 46 spesimen, melibatkan 6 tenaga analis dan 2 dokter patologi klinis.
”Dengan ini, kami tidak perlu menunggu sampai 14 hari atau lebih untuk mendapatkan hasil spesimen Covid-19. Hasil pemeriksaan hari ini bisa diketahui hari ini juga. Makin cepat terpublikasi, makin baik pula upaya pencegahan penyebaran Covid-19,” kata Laiskodat.
Laiskodat didampingi Wakil Gubernur NTT Yoseph Nae Soi, Kepala Biro Humas Setda yang juga Juru Bicara Covid-19 NTT Marius Ardu Jelamu, Sekretaris Daerah NTT Ben Polo Maing, dan Kepala Dinas Kesehatan NTT Drg Dominikus Minggus Mere. Pembangunan laboratorium Biologi Molekuler untuk pemeriksaan sampel spesimen Covid-19 di dalam Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Johannes Kupang dikerjakan selama 14 hari.
Dominikus Mere mengatakan, peralatan pendukung PCR telah tiba Selasa (5/5/2020). ”Lebih kurang 46 sampel spesimen akan diperiksa. Sesuai kapasitas PCR seharusnya 96 spesimen bisa diperiksa dalam satu hari, tetapi ini alat baru sehingga tidak boleh dipaksa. Kalau ada apa-apa nanti malah repot. Dalam perkembangan, kapasitas pemeriksaan bisa ditingkatkan,” katanya.
Sebanyak 46 spesimen itu berasal dari Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Malaka, Belu, Lembata, dan Timor Tengah Utara. Spesimen dari Lembata dibawa dengan feri. Adapun 46 sampel spesimen lain dari enam kabupaten/kota tersebut juga masih dikirim. Menurut Dominikus, semakin banyak pemeriksaan sampel, semakin baik.
Mengingat kontur geografis wilayah NTT, pengiriman sampel dari sejumlah daerah dikirim menggunakan kapal laut dan pesawat terbang.
Mengingat kontur geografis wilayah NTT, pengiriman sampel dari sejumlah daerah dikirim menggunakan kapal laut dan pesawat terbang. Spesimen dari Pulau Flores dan Sumba sedang dikirim dengan pesawat. Spesimen dari Kabupaten Manggarai, Manggarai Timur, dan Manggarai Barat diangkut melalui Bandara Komodo Labuan Bajo.
Adapun sampel dari Ngada, Bajawa, dan Ende diangkut dari Bandara Ende. Sementara sampel dari daerah Sikka, Flores Timur, dan Lembata dibawa dengan pesawat dari Maumere. Spesimen dari daratan Timor dibawa lewat jalur darat, sedangkan dari Alor, Rote, dan Sabu Raijua dengan feri.
Menurut Dominikus, jadwal pengangkutan diatur sesuai jumlah spesimen dari wilayah itu. Pemprov NTT telah mencarter pesawat khusus dengan jadwal tertentu. Demikian pula pengangkutan dengan feri. Pengangkutan dilakukan di bandara yang sudah ditetapkan pemprov sehingga tidak semua bandara harus disinggahi pesawat carter.
Adapun pengiriman dengan jalur darat dapat dibawa kapan saja sesuai kebutuhan enam kabupaten di daratan Timor. Selama spesimen dari Flores dan Sumba belum tiba, Laboratorium PCR RSUD Johannes dapat memeriksa spesimen dari daratan Timor yang lebih mudah dijangkau dengan kendaraan roda empat.
”Sampel spesimen yang diperiksa dilakukan dalam kelompok, bukan per sampel. Sekali dimasukkan ke PCR bisa 46–96 sampel spesimen. Hasilnya pun dapat diketahui 5-7 jam setelah dimasukkan,” kata Dominikus.
Terkait antisipasi penularan virus di RSUD Johannes, pemeriksaan sudah diatur sehingga petugas yang melayani pasien Covid-19 dan bertugas di Laboratorium PCR tidak melayani pasien umum. Ini harus dilakukan sehingga Covid-19 tidak tertular ke pasien umum mengingat hingga kini rumah sakit tersebut masih melayani pemeriksaan kesehatan umum.
”Kami sudah minta mereka yang bertugas di laboratorium dan ruang isolasi pasien Covid-19 agar menjaga diri dan menjaga ketat agar virus tidak menyebar. Mereka dilengkapi dengan APD level tiga, pelindung diri lengkap. Para analis, perawat Covid-19, dokter di laboratorium, dan sebagian pasien akan dikarantina di hotel,” kata Dominikus Mere.
Dominikus menambahkan, jika dibutuhkan, pihaknya juga akan merekrut tambahan tenaga analis baru. Namun, mereka harus mengikuti pelatihan lebih dulu sebelum masuk Laboratorium Biologi Molekuler.
Sementara itu, terkait 12 pasien Covid-19 yang masih dirawat, Dominikus mengatakan, mereka dalam kondisi stabil. Delapan orang dirawat di RS Bhayangkara, dua orang di RSUD Komodo Labuan Bajo, dan satu pasien di RSUD Hendrik Fernandes Larantuka. Adapun satu pasien di RSUD Johannes Kupang sudah sembuh beberapa waktu lalu.
Seorang pasien Covid-19 di Larantuka merupakan penumpang KM Lambelu. Dia pulang dari Malaysia untuk berkunjung ke kerabatnya di Flores Timur. Namun, tiba di Larantuka 20 hari terakhir, ia langsung dikarantina sambil menunggu hasil uji spesimen dari Jakarta.
Terkait kemungkinan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di NTT, Marius Jelamu mengatakan, Gugus Tugas akan terus mengikuti dan mengevaluasi perkembangan. ”Untuk saat ini, tidak perlu PSBB di NTT,” katanya.