Pasien Tak Jujur, Tenaga Medis di Karawang Rentan Terinfeksi Covid-19
Hasil tes ”swab” 14 tenaga medis di Karawang, Jawa Barat, yang sebelumnya terindikasi positif Covid-19 dari tes cepat dinyatakan negatif. Mereka diduga terpapar virus itu karena ketidakjujuran pasien saat pemeriksaan.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Hasil tes swab 14 tenaga medis di Karawang, Jawa Barat, yang sebelumnya terindikasi positif Covid-19 dari tes cepat, dinyatakan negatif. Lebih dari dua bulan sejak kasus pertama Covid-19 diumumkan di Indonesia, masih ada masyarakat yang tidak jujur dengan riwayat sakit dan perjalanannya.
Karawang menjadi salah satu daerah awal munculnya Covid-19 di Jabar. Salah satu klusternya adalah Musyawarah Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Jabar, Senin (9/3/2020). Sejumlah pejabat dinas di Karawang yang hadir dalam acara tersebut dinyatakan positif Covid-19, termasuk Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana.
Juru bicara Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19 Karawang, Fitra Hergyana, Kamis (7/5/2020), mengatakan, meski negatif, tenaga medis itu tetap harus menjalani isolasi mandiri selama dua minggu. ”Tenaga medis sangat rentan tertular. Di lapangan, banyak pasien yang tidak jujur saat ditanyai tentang riwayat perjalanan dan kondisi kesehatannya,” ucap Fitra.
Selain itu, di Karawang telah terjadi transmisi lokal atau penularan lokal. Sumber penularan yang susah diketahui berpotensi meningkatkan jumlah orang yang terinfeksi Covid-19. Kekurangan alat pelindung diri dan terbatasnya tenaga medis menjadi tantangan yang dihadapi oleh kabupaten ini.
Atas dasar itu, Fitra mewajibkan tenaga medis yang menangani pasien Covid-19 untuk melakukan tes cepat setiap dua minggu sekali. Tes yang dilakukan sejak awal April ini untuk memastikan kesehatan tenaga medis sebagai garda terdepan dalam kondisi yang prima.
Sekretaris Daerah Karawang Acep Jamhuri menyebutkan, jumlah tenaga medis dan fasilitas kesehatan di Karawang belum mencukupi. Ia mencontohkan, setiap tim kesehatan yang berjaga harus merawat setidaknya 14-15 pasien dalam pengawasan ataupun positif Covid-19.
Lamanya hasil swab yang keluar mendorong pemda mengadakan alat polymerase chain reaction (PCR) di RS Khusus Paru Karawang. Alat itu mampu mengolah 90 sampel dengan durasi 4,5 jam. Semakin cepat hasil tes keluar, diharapkan dapat menekan penyebaran yang terjadi. Hal itu bisa mendukung gugus tugas dapat bergerak cepat menangani pasien dan melakukan pelacakan di daerah.
Fitra menambahkan, meski jumlah dokter spesialis terbatas, pihaknya membentuk tim konsultan bersama Ikatan Dokter Indonesia. Jika ada pasien yang dirawat di rumah sakit bukan rujukan dan tidak memiliki dokter spesialis, dokter umum bisa turun tangan atas persetujuan dokter tim konsultan itu. Kondisi ini dilakukan jika lokasi tersebut jauh dari jangkauan dokter spesialis dan darurat via panggilan video (videocall).
Sejauh ini, laju kasus Covid-19 cukup menggembirakan. Empat hari terakhir, tidak ada penambahan pasien positif baru. Saat ini, jumlah pasien Covid-19 di Karawang totalnya 126 orang. Sebanyak 32 orang masih dirawat, 84 orang sembuh, dan 10 orang meninggal.
Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana berharap tren ini dapat dipertahankan. Salah satu cara yang dilakukan adalah menaati aturan saat pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar. ”Warga harus patuh dengan protokol kesehatan yang diberlakukan demi kebaikan bersama,” katanya.