Daerah Terpapar Covid-19 di Sumbar Kian Bertambah
Kasus positif Covid-19 terus bermunculan di kabupaten/kota di Sumatera Barat yang sebelumnya tidak ada temuan kasus. PSBB tahap kedua diharapkan lebih tegas.
PADANG, KOMPAS — Kasus positif Covid-19 terus bermunculan di kabupaten atau kota yang sebelumnya tidak ada temuan kasus. Penerapan pembatasan sosial skala besar atau PSBB tahap kedua di 19 kabupaten/kota di Sumbar diharapkan semakin tegas agar kasus tidak semakin meluas ke daerah yang belum terjangkit.
Sejak dimulainya PSBB pada 22 April, setidaknya ada empat kabupaten/kota yang mengumumkan kasus pertama, yaitu Payakumbuh (24 April), Padang Panjang (30 April), Agam (2 Mei), dan Solok Selatan. Selain itu, menyusul Bukittinggi, Padang, Tanah Datar, Pesisir Selatan, Padang Pariaman, Pariaman, Pasaman, Pasaman Barat, Solok (kabupaten), Kepulauan Mentawai, dan Dharmasraya.
Yang terbaru, Solok Selatan, Rabu (6/5/2020), mengumumkan tiga kasus pertama sekaligus. Padahal, sebelumnya, Solok Selatan dianggap sebagai daerah teraman dan termasuk daerah belum ada temuan kasus bersama Limapuluh Kota, Sawahlunto, Sijunjung, dan Solok (kota).
”Hari ini kami mendapat informasi resmi dari laboratorium (Fakultas Kedokteran Universitas Andalas) yang disampaikan melalui dinas kesehatan provinsi bahwa ada tiga warga Solok Selatan positif Covid-19,” kata Pelaksana Tugas Bupati Solok Selatan Abdul Rahman, Rabu siang.
Ketiga warga Solok Selatan positif Covid-19 tersebut adalah YT (55) perempuan guru, YS (80) ibu dari YT, dan AA (18) putra YT. Keluarga itu tinggal di Nagari Pakan Rabaa Tengah, Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh.
Baca juga: Sebanyak 13 Petugas Kesehatan Positif Covid-19, RSUD Padang Panjang Tutup Layanan
Abdul menjelaskan, YT dan AA punya riwayat perjalanan ke Padang, salah satu daerah terjangkit Covid-19 dengan kasus paling banyak di Sumbar. Mereka ke Padang untuk bertemu salah satu anggota keluarga. Mereka kembali ke Solok Selatan pada 18 April 2020, empat hari sebelum PSBB berlaku.
YT dan AA punya riwayat perjalanan ke Padang, salah satu daerah terjangkit Covid-19 dengan kasus paling banyak di Sumbar.
Sesampai di Solok Selatan, YT mengeluhkan gejala sakit dan berobat ke Puskesmas Koto Parik Gadang Diateh. Setelah mendapatkan pelayanan, YT diminta isolasi mandiri di rumah karena gejala yang dialami ringan.
Status YT dan keluarga baru terkonfirmasi setelah ada permintaan dari Gubernur Sumbar agar kabupaten/kota yang belum ada temuan kasus mengirimkan sampel usap (swab) hidung dan tenggorokan untuk pemeriksaan Covid-19 dengan metode pool test. Pemerintah Kabupaten Solok Selatan kemudian mengirimkan 109 sampel, antara lain sampel orang dalam pengawasan (ODP) dan orang tanpa gejala (OTG). Selama ini, yang dikirimkan Solok Selatan hanya sampel pasien dalam pengawasan (PDP).
”Dari 109 sampel itu, ternyata hanya 97 yang memenuhi syarat. Dari 97 sampel itu, semuanya negatif. Karena sampel yang diperiksa termasuk banyak, Solok Selatan kemudian dijuluki daerah paling aman di Sumbar. Namun, kami tidak serta-merta jemawa. Kami tetap memperketat perbatasan, terus kirimkan sampel swab, dan mendukung perpanjangan PSBB. Ternyata dari 12 sampel yang dikirimkan ulang (sebelumnya tidak penuhi syarat), tiga di antaranya positif Covid-19,” ujar Abdul.
Baca juga: Banyak Kasus OTG, Sumbar Siapkan Deteksi Dini Covid-19
Abdul melanjutkan, mulai Rabu pagi, petugas sudah menelusuri kontak erat pasien positif Covid-19 ini, termasuk warga sekitar dan petugas kesehatan di puskesmas dan rumah sakit. Sebagian sampel usap hidung dan tenggorokan kontak erat sudah diambil dan segera dikirimkan ke Laboratorium Fakultas Kedokteran Unand.
Sementara itu, ketiga pasien positif Covid-19 itu sekarang menjalani isolasi mandiri. Secara kasatmata, kondisi mereka sehat-sehat saja dan tidak menunjukkan gejala klinis penderita Covid-19. Namun, Pemkab Solok Selatan sedang berkoordinasi dengan provinsi agar mereka diisolasi di tempat karantina yang disediakan provinsi di Padang sehingga lebih terjamin.
Tambahan kasus
Di Payakumbuh, kasus positif Covid-19 dari kluster kasus pertama terus bertambah. Rabu siang, Pemerintah Kota Payakumbuh mengumumkan dua kasus tambahan, yaitu MI (28) pria dan WM (68) perempuan. Total pasien positif Covid-19 di Payakumbuh menjadi 11 orang.
MI, yang merupakan pasien kesepuluh, diduga tertular di tempat kerjanya. MI sehari-hari bekerja di tempat pasien keempat E atau pasien kedelapan D yang merupakan suami-istri. Sementara itu, WM, yang merupakan pasien kesebelas, tertular karena kontak dengan DI, warga satu kompleks. E, D, dan DI tertular dari kasus pertama EM di Pasar Payakumbuh.
”Ini bisa jadi pelajaran bagi masyarakat agar paham bahwa virus ini nyata. Kami sampaikan ke masyarakat jangan main-main. Kami masih lihat keramaian-keramaian. Kerja pemerintah saja tidak cukup untuk memberantas Covid-19 tanpa kesadaran masyarakat,” kata Wakil Wali Kota Payakumbuh Erwin Yunaz, Rabu siang.
Baca juga: Empat Episentrum Covid-19 di Sumbar, Kluster Pasar Raya Padang Paling Berat
Sejauh ini, Pemkot Payakumbuh sudah mengirimkan 161 sampel usap hidung dan tenggorokan kontak erat dari kluster Covid-19 terkait kasus pertama. Tingkat penularan dari kluster yang bermula di Pasar Payakumbuh itu sudah tiga generasi.
Di Agam, kasus positif Covid-19 dari kluster kasus pertama juga bertambah. Rabu ini, Pemkab Agam mengumumkan lima kasus tambahan, yaitu tiga petugas Puskesmas Baso; satu bidan desa di Jorong Sungai Cubadak, Kecamatan Baso; dan satu petugas labor Puskesmas Lubuk Basung yang mengambil sampel usap hidung dan tenggorokan di Baso. Total kasus positif Covid-19 di Baso menjadi sembilan orang.
Lima orang tambahan tersebut adalah hasil penelusuran petugas terhadap kontak erat pasien positif AG, yang awalnya berstatus PDP. Total ada 71 sampel tahap II yang dikirim ke Laboratorium Fakultas Kedokteran Unand. Selain lima positif, 19 sampel dinyatakan negatif dan selebihnya inklusif (PCR diulang).
”Bagi keluarga yang terpapar jangan merasa panik. Berikan keterangan yang jelas kepada petugas dan tetap laksanakan upaya hidup bersih dan mematuhi imbauan pemerintah. Dengan demikian, kita dapat secara bersama-sama memutus mata rantai penyebaran Covid-19 ini di Kabupaten Agam,” kata Bupati Agam Indra Catri dalam siaran pers.
Sesuai prediksi
Ahli epidemiologi Unand, Defriman Djafri, berpendapat kemunculan kasus-kasus baru Covid-19 di daerah yang sebelumnya tidak ada temuan sudah diprediksi. Menurut Defriman, daerah-daerah belum ada temuan kasus itu bisa jadi bukan karena tidak ada kasus, tetapi karena belum terdeteksi. Ia khawatir pendeteksian kasus, khususnya di daerah perbatasan, termasuk terhadap OTG dan ODP, tidak berjalan baik.
Defriman pun sudah mengingatkan kepada kepala daerah yang kabupaten/kotanya belum ada temuan kasus, seperti Solok Selatan, Agam, Padang Panjang, Limapuluh Kota, dan Sijunjung, agar waspada. Namun, beberapa kepala daerah justru meminta kepada gubernur agar PSBB di tempat mereka dilonggarkan dengan alasan belum ada temuan kasus.
”Agam dan Padang Panjang, misalnya, kami ingatkan kasusnya bakalan meledak (karena daerahnya riskan) dan ternyata benar. Akhirnya, ketika rapat berikutnya bupati/wali kota yang tadinya menganggap remeh masih nol kasus justru lantang ingin melanjutkan PSBB. Mereka baru panik ketika ditemukan kasus. Saya sampaikan, jangan anggap remeh di awal tetapi kelabakan di akhir,” kata Defriman, yang juga Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unand.
Defriman melanjutkan, dengan ditemukannya kasus di daerah-daerah yang awalnya dinggap bebas Covid-19, tim surveilans dan epidemiologis harus bergerak cepat dalam mendeteksi kasus. Sementara itu, kepala daerah diharapkan selalu waspada dan tidak lagi meremehkan keadaan.
Terkait penularan kasus antarkabupaten/kota yang meningkat di masa PSBB tahap pertama (22 April-5 Mei), seperti Payakumbuh ke Agam, Tanah Datar ke Padang Panjang, Padang ke Solok Selatan, Defriman menyarankan pemkab/pemkot memperketat perbatasan, termasuk di jalur tikus.
Petugas perbatasan diminta tidak sekadar memeriksa suhu tubuh, mengingatkan penggunaan masker dan jumlah penumpang, serta mendata pengendara yang melintas. Namun, petugas juga harus mengedukasi agar pengendara dari daerah terjangkit untuk isolasi mandiri dan jaga jarak. Bahkan, kalau bisa, kabupaten/kota mengambil sampel usap hidung dan tenggorokan terhadap pengendara yang berasal dari daerah terjangkit di dalam provinsi.
”Untuk PSBB tahap kedua (6 Mei-29 Mei), perbatasan antarkabupaten/kota dan perbatasan antarprovinsi harus diperketat. Skrining harus jelas. Kalau bisa ada sanksi bagi pelanggar yang tidak mengindahkan aturan PSBB. Kalau bisa, tes swab juga dilakukan bagi pelaku perjalanan dari daerah terjangkit. Gencarkan promosi, edukasi, dan literasi kesehatan untuk menjangkau warga yang belum sadar,” ujar Defriman.
Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumbar, Rabu, jumlah kasus positif Covid-19 di Sumbar bertambah 17 orang menjadi 238 orang. Dari total 238 kasus tersebut, 16 orang meninggal, 38 orang sembuh, 98 orang dirawat di rumah sakit, 61 orang isolasi mandiri, 13 orang diisolasi di Badan Pelatihan Kesehatan Sumbar, dan 12 orang diisolasi di Badan Pengelolaan Sumber Daya Manusia Sumbar.