Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati atau UGJ Cirebon segera menjadi salah satu tempat pengujian Covid-19 berbasis reaksi rantai polimerase (PCR) di Jawa Barat bagian timur.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati atau UGJ Cirebon segera menjadi salah satu tempat pengujian Covid-19 berbasis reaksi rantai polimerase (PCR) di Jawa Barat bagian timur. Deteksi dini terkait virus korona jenis baru pun dapat dilakukan.
Untuk memastikan kesiapan pengujian tersebut, perwakilan Laboratorium Kesehatan Daerah Jabar berkunjung ke FK UGJ, Senin (4/5/2020). Tim mengecek ruangan registrasi sampel, pra tes PCR, autoclave, analisis, dan laboratorium molekuler pascates PCR. Di dalam ruangan analisis tampak dua petugas dengan alat pelindung diri lengkap tengah menguji sampel.
Dekan FK UGJ Catur Setiya Sulistiyana mengatakan, laboratorium tersebut sesuai standar bio safety level atau BSL-2 untuk pemeriksaan Covid-19 yang ditentukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Terdapat dua mesin PCR di laboratorium, salah satunya dari Pemerintah Kabupaten Cirebon.
Pemkab juga memberikan 1.000 reagen untuk mendukung pemeriksaan sampel Covid-19. Sebanyak 4.000 reagen lainnya masih dalam pemesanan. Reagen diperlukan untuk proses ekstraksi RNA (ribonucleic acid) dalam pengujian sampel virus korona jenis baru penyebab Covid-19.
”Laboratorium kami dapat memeriksa 216 sampel per hari. Namun, target kami untuk awal-awal, 100-150 sampel per hari. Sumber daya manusianya sudah cukup,” kata Catur. Tiga ahli bio molukuler FK UGJ dan 5 analis laboratorium dari Labkesda Cirebon, katanya, bakal bekerja di laboratorium.
Rektor UGJ Mukarto Siswoyo mengatakan, pihaknya telah mengirimkan surat terkait perizinan Laboratorium FK UGJ sebagai salah satu tempat pengujian Covid-19 kepada Kementerian Kesehatan. Bahkan, pihaknya telah mencoba menguji dua sampel. ”Jika masih ada kekurangan di laboratorium, kami siap memenuhinya,” ucapnya.
Wakil Subdivisi Manajemen Laboratorium Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jabar Lia Faridah mengatakan, kesiapan Laboratorium FK UGJ sudah 70 persen. Pihaknya masih akan mengecek alur pemeriksaan sampel dari registrasi hingga pascapengujian. Hasil pengujian, misalnya, harus terintegrasi dengan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
”Laboratorium ini sudah bisa menguji sampel. Namun, atas pengawasan kami, Labkesda Jabar,” kata Lia. Menurut dia, kehadiran laboratorium penguji Covid-19 dapat mempercepat deteksi virus korona jenis baru, khususnya di Jabar bagian timur, yakni Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan.
Apalagi, hasil pengujian yang dilakukan di Labkesda Jabar baru dapat diterima rumah sakit di Cirebon sekitar seminggu, bahkan 20 hari, setelah pengambilan sampel. Tidak sedikit pasien meninggal dunia sebelum hasil tes keluar. Bahkan, ada yang belum sempat menjalani tes usap tenggorok untuk diuji melalui PCR.
”Sebenarnya, satu sampel keluar hasilnya dalam lima jam. Tetapi, banyak sampel yang harus diperiksa. Sebanyak 600 sampel sempat tertahan tidak diperiksa karena reagen yang diimpor belum datang. Jadi, kami butuh sebanyak-banyaknya laboratorium pengujian,” paparnya. Laboratorium yang beroperasi sat ini baru di Bandung, Depok, dan Bogor.
Saat ini, Labkesda Jabar diklaim mampu menguji hingga 1.000 sampel per hari. Bahkan, pihaknya menargetkan pemeriksaan 9.000 sampel pekan ini dan 20.000 sampel minggu berikutnya. ”Reagen sudah cukup. Kami memeriksa sampel sampai malam,” ujarnya.
Sebenarnya, satu sampel keluar hasilnya dalam lima jam. Tetapi, banyak sampel yang harus diperiksa. Sebanyak 600 sampel sempat tertahan tidak diperiksa karena reagen yang diimpor belum datang. Jadi, kami butuh sebanyak-banyaknya laboratorium pengujian.
Bupati Cirebon Imron Rosyadi mengapresiasi kesediaan UGJ sebagai tempat pengujian Covid-19. ”Ini akan membuat tenang pasien Covid-19 karena mereka segera menerima kepastian apakah negatif atau positif Covid-19. Kami juga dapat segera bertindak, seperti merawat pasien dalam ruangan isolasi,” katanya.
Saat ini, pemeriksaan PCR di Cirebon baru 172 sampel dan terkonfirmasi 6 positif Covid-19. Padahal, kasus Covid-19 pertama sudah ditemukan lebih dari 45 hari. Artinya, dalam rentang waktu itu, kurang dari empat sampel yang diperiksa setiap harinya.