Petani Magelang Pasarkan Hasil Panen secara Daring
Berbagai produk pertanian dari Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mulai ditawarkan secara daring mulai Senin (4/5/2020). Upaya ini dilakukan sebagai terobosan untuk mengatasi sepinya permintaan di tengah pandemi Covid-19.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Berbagai produk pertanian dari Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mulai ditawarkan secara daring mulai Senin (4/5/2020). Upaya ini dilakukan sebagai terobosan untuk mengatasi sepinya permintaan di tengah wabah Covid-19.
Salah satunya ditawarkan Asosiasi Pasar Tani (Aspartan) Gemilang Kabupaten Magelang. Kelompok ini beranggotakan 75 petani. Sebagian petani anggota Aspartan Gemilang tergabung juga dalam beberapa kelompok tani yang masing-masing memiliki komoditas pertanian andalan.
”Saat ini, pasar-pasar tradisional cenderung sepi pembeli. Pengepul dan distributor ragu membeli dan mendistribusikan produk pertanian dari petani. Mau tidak mau petani harus bergerak mempromosikan dan menjual hasil panennya sendiri, langsung ke konsumen,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang Romza Ernawan, Senin (4/5/2020).
Sejauh ini, Romza mengatakan, produk yang ditawarkan Aspartan Gemilang terdiri dari 15 jenis sayuran, puluhan bumbu, hingga minuman bubuk. Pemesanannya dilakukan melalui aplikasi Jelajah Magelang hingga Whatsapp Aspartan Kabupaten Magelang. Namun, transaksi juga bisa dilakukan langsung ke petani dan produsen komoditas pertanian.
Setelah pesanan diterima, petani akan membawa hasil panennya, bertransaksi dengan pembeli. Titik temunya ada di kantor-kantor Pemkab Magelang, kantor desa dan kecamatan. Karena keterbatasan armada, petani belum bisa mengantarkan langsung komoditasnya ke rumah-rumah konsumen.
”Untuk mengatasi kendala keterbatasan armada, kami akan mendistribusikan barang dengan ekspedisi atau jasa pengantaran online,” ujarnya.
Sepi permintaan
Romza berharap, hal ini bisa menjaga tingkat kesejahteraan petani di tengah pandemi. Khusus untuk komoditas cabai saja, penurunan permintaan mencapai hingga 30 persen. Tidak hanya berpengaruh pada volume pembelian, sepinya permintaan ini juga menyebabkan harga cabai merosot drastis.
”Di tingkat petani, harga cabai merah sempat anjlok hingga Rp 4.000 per kilogram. Padahal, agar petani bisa balik modal, harga cabai merah seharusnya berkisar Rp 12.000-15.000 per kg,” ujarnya. Produk hortikultura, termasuk cabai, dari Kabupaten Magelang biasanya mengisi pasar di Jawa Tengah dan sejumlah pasar induk di DKI Jakarta.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, luas lahan cabai besar sebanyak 1.452 hektar dengan produktivitas 6,5 ton per hektar. Sementara luas tanaman cabai rawit mencapai 1.973 hektar dengan produktivitasnya sebesar 6,2 ton cabai per hektar.
Sejumlah petani terpaksa melakukan sistem barter untuk mendapatkan beras.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura di Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang Ade Sri Kuncoro mengatakan, sepinya permintaan pasar sangat menyusahkan petani. Sebagian petani tidak lagi memiliki uang untuk membeli beras dan kesulitan memenuhi kebutuhan pangan.
”Dari laporan dan pantauan di lapangan, sejumlah petani terpaksa melakukan sistem barter untuk mendapatkan beras,” ujarnya. Sistem barter ini pernah dilakukan oleh petani timun kepada rekannya petani padi.
Sudarno dari Humas Aspartan Kabupaten Magelang mengatakan, Maret lalu, petani cabai merah di Kabupaten Magelang telah memanen 1.500 ton cabai. Namun, sekitar 30 persen cabai tidak terserap pasar.
”Karena tidak ada pembeli dan cabai tidak bisa disimpan terlalu lama di gudang. Maka, akhirnya banyak petani membiarkan cabainya membusuk di lahan pertanian,” ujarnya.