Baldi Fauzi, Wartawan Sederhana nan Gigih Itu, Berpulang
Hampir tak ada wartawan di Kalimantan Selatan yang mengetahui keberadaan dan kabar Baldi Fauzi setelah pensiun sebagai wartawan ”Kompas”. Tiba-tiba datang kabar duka bahwa wartawan berinisial Bal itu telah berpulang.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Hampir tidak ada wartawan di Kalimantan Selatan yang mengetahui keberadaan dan kabar Baldi Fauzi setelah ia pensiun sebagai wartawan Kompas. Sabtu (2/5/2020), tiba-tiba datang kabar duka yang menyampaikan bahwa wartawan berinisial Bal itu telah berpulang dua hari lalu.
H Baldi Fauzi bin Tuhami meninggal dunia dalam usia 69 tahun di Banjarbaru, Kamis (30/4/2020). Ia meninggalkan empat anak, yaitu Mahrita Fauzi (41), Rosita Fauzi (40), Novita Sari Fauzi (38), dan Novriansyah Fauzi (32), serta tujuh cucu. Adapun istrinya, Hj Djasimah Fauzi, sudah lebih dulu meninggal.
Novriansyah Fauzi, anak bungsu Baldi, mengatakan, ayahnya meninggal di rumah pada Kamis pukul 05.30 Wita.
Jenazah almarhum dikebumikan pada hari yang sama di dekat makam sang istri di Kelurahan Guntung Manggis, Kecamatan Landasan Ulin, Kota Banjarbaru.
”Ada tiga penyakit yang diderita bapak sebelum meninggal, yaitu darah tinggi, kolesterol, dan asam urat,” ujar Rian, panggilan akrab Novriansyah, saat dihubungi dari Banjarmasin, Sabtu sore.
Rutinitasnya hanya bolak-balik dari rumah ke masjid. Kadang-kadang berjalan-jalan di kompleks sampai ke Lapangan Murjani. (Novriansyah Fauzi)
Selama tiga bulan terakhir, menurut Rian, ayahnya di rumah saja dan tidak bisa ke mana-mana lagi. Karena kadar asam uratnya naik tinggi, kaki kanannya susah digerakkan. Almarhum seperti orang lumpuh. Jika mau ke kamar mandi pun harus dibopong.
”Dua hari sebelum meninggal atau mulai Selasa, bapak sudah tidak mau makan lagi. Padahal, biasanya bisa makan sampai empat kali dalam sehari,” ungkapnya.
Rian mengatakan, ayahnya berkarier sebagai wartawan Kompas dari tahun 1979 sampai 2004. Ia kemudian memutuskan pensiun dini. Setelah pensiun, almarhum banyak menghabiskan waktu di rumah dan masjid dekat rumah.
”Rutinitasnya hanya bolak-balik dari rumah ke masjid. Kadang-kadang berjalan-jalan di kompleks sampai ke Lapangan Murjani,” katanya.
Hasan Zainuddin, pensiunan wartawan Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara Biro Kalimantan Selatan, mengatakan, almarhum Baldi terkesan menghilang setelah pensiun sebagai wartawan Kompas. ”Saya terakhir kontak dengannya tiga tahun lalu. Padahal, waktu masih aktif di lapangan, kami sangat akrab. Saya menganggapnya sebagai kakak,” ujarnya.
Menurut Hasan, Baldi adalah orang baik dan sederhana, serta wartawan yang gigih di lapangan. Pada saat musim kemarau, misalnya, ia akan masuk ke daerah-daerah yang paling terdampak kemarau untuk mengangkat kisah masyarakat kecil di daerah tersebut. ”Ia selalu mencari sesuatu yang beda sehingga beritanya pun tampil beda,” katanya.
Berdasarkan penelusuran di Pusat Informasi Kompas (PIK), tulisan dengan inisial Bal pertama kali muncul pada Kompas edisi Minggu, 6 Januari 1985, dan terakhir kali muncul pada Kompas edisi Jumat, 20 Desember 2002. Jumlah tulisannya sendiri maupun tulisan gabung dengan wartawan lain yang terdokumentasi di PIK sebanyak 3.103 tulisan.
Nama Baldi Fauzi juga masih ditemukan di basis data anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dengan nomor anggota 17.00.2618.81 yang terdaftar sejak 3 November 1981.
Wartawan kelahiran Paringin, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, 12 Desember 1951, yang terkesan menghilang setelah pensiun itu akhirnya berpulang. Selamat jalan, Pak Bal….