12 Desa di Mentawai Banjir, Satu Desa Masih Terendam
Sebanyak 12 desa di Pulau Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat terendam banjir sejak Jumat (1/5/2020) dini hari.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Sebanyak 12 desa di Pulau Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, dilanda banjir sejak Jumat (1/5/2020) dini hari. Satu desa saat ini masih terendam lebih dari 1 meter, sedangkan di desa lainnya, banjir mulai surut.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Mentawai Novriadi, Minggu (3/5/2020), mengatakan, 12 desa itu berada di lima kecamatan, yaitu Siberut Barat, Siberut Utara, Siberut Tengah, Siberut Selatan, dan Siberut Barat Daya. Selain faktor topografi, banjir dipicu curah hujan tinggi sejak 30 April 2020.
”Minggu sekitar pukul 07.00, saya komunikasi dengan kepala-kepala desa, banjir sudah surut. Warga sudah kembali ke rumah untuk membersihkan. Yang belum kering di Desa Monganpoula, Siberut Utara. Di sana genangan masih tinggi, di atas 1 meter. Warga masih menggungsi di SD yang lokasinya relatif tinggi,” tutur Novriadi ketika dihubungi dari Padang, Sumbar.
Desa yang terdampak di Siberut Barat adalah Sigapokna dan Simatalu. Di Siberut Utara, desa yang terdampak meliputi Bojakan, Sotboya, Monganpoula, Muara Sikabaluan, dan Malancan. Di Siberut Tengah, desa yang terdampak Desa Saibi Samukop; di Siberut Selatan yang terdampak Desa Matotonan, Madobag, dan Muntei; serta di Siberut Barat Daya yang terdampak Desa Sagulubbe.
Menurut Novriadi, ketinggian banjir di desa-desa itu berkisar 1-3 meter. Daerah yang dilanda banjir memang termasuk daerah rawan. Jika curah hujan tinggi, kawasan itu selalu terendam banjir setiap tahun.
Desa-desa tersebut, lanjut Novriadi, berada di daerah hulu sungai. Sungai yang membentang di dalam perkampungan berbelok-belok sehingga air lama terperangkap di sana. Kondisi semakin parah apabila terjadi pasang tinggi di kawasan muara yang mempercepat terjadinya banjir.
”Sejak 30 April, curah hujan tinggi sehingga memicu banjir. Saat ini masih hujan di beberapa desa, tetapi intensitas sudah ringan. Banjir mulai surut Sabtu sore. Monganpoula masih terendam karena termasuk daerah cekungan. Sebelumnya, banjir di Monganpoula mencapai 3 meter,” ujar Novriadi.
Novriadi melanjutkan, sejauh ini BPBD baru mendapatkan data dari sembilan desa, yaitu Bojakan sebanyak 206 keluarga, Sotboya 195 keluarga, Monganpoula 287 keluarga, Muara Sikabaluan 248 keluarga, Malancan 185 keluarga, Saibi Samukup 331 keluarga, Matotonan 37 keluarga, Sigapokna 141 keluarga, dan Sagulubbe 166 keluarga. Tidak ada korban jiwa, tetapi dua rumah dilaporkan hanyut, yaitu di Desa Monganpoula dan Desa Matotonan.
Menurut Novriadi, warga terdampak sempat kesulitan memasak karena rata-rata bahan pangan terendam air. Namun, kepala desa sudah mengambil kebijakan untuk mendirikan dapur umum di tempat-tempat pengungsian.
”Kami sudah dua hari ini mencoba menyalurkan bantuan dari kabupaten, tetapi tidak bisa tembus. Cuaca badai. Saya kebetulan sedang di pelabuhan. Kami dengan dua kapal berencana menyuplai logistik ke sana. Kalau cuaca bagus, kami langsung berangkat,” ujar Novriadi.
Novriadi menambahkan, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai sudah menetapkan masa tanggap darurat banjir selama dua minggu ke depan. Status tersebut dimulai sejak 2 April 2020. Selama masa itu, petugas memulihkan kondisi desa-desa yang terdampak banjir.
Secara terpisah, Kepala Desa Matotonan Ali Imran mengatakan, ada empat dusun yang terdampak banjir di desa, yaitu Matektek sebanyak 15 keluarga, Mabekbek 6 keluarga, Marui Baga 15 keluarga, dan Kinikdok 6 keluarga. Sebagian warga sempat mengungsi ke rumah tetangga.
”Banjir sudah surut. Sehari kemarin banjir setinggi 1 meter dari rumah. Sungai Rereiket meluap, warga yang bermukim di tepian sungai terimbas. Sabtu sore, warga mulai kembali ke rumah untuk beres-beres,” tutur Ali.
Meskipun banjir surut, lanjut Ali, air sungai masih tinggi dan berpotensi meluap. Pada Minggu pagi, hujan kembali turun walaupun tidak sederas beberapa hari sebelumnya. Adapun Minggu siang langit masih mendung dan hujan gerimis turun sesekali.
Menurut Ali, selama banjir dua hari kemarin, kebutuhan pangan warga terdampak sempat terkendala. Warga tidak bisa ke muara untuk membeli kebutuhan pokok. Sementara itu, stok sagu warga terendam banjir. Namun, saat ini, permasalahan tersebut mulai teratasi. Warga membersihkan sagu yang kotor akibat material yang dibawa banjir.
Hujan deras masih berpotensi mengguyur sejumlah kabupaten dan kota di Sumbar, termasuk Kepulauan Mentawai. Laman bmkg.go.id mengeluarkan peringatan dini, Minggu, agar mewaspadai potensi hujan intensitas sedang-lebat disertai petir pada pagi hingga siang hari di wilayah Pasaman, Pasaman Barat, Agam, Padang Pariaman, Kepulauan Mentawai, Tanah Datar, Solok (kabupaten), Pesisir Selatan, Padang, Bukittinggi, Padang Panjang, Solok (kota), Pariaman, dan sekitarnya.