Pasien Covid-19 Kluster Gowa di Dharmasraya Terus Bertambah
Pasien positif Covid-19 dari kluster Gowa di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, kini 13 orang. Petugas kesehatan terus menelusuri serta mengambil sampel usap hidung dan tenggorokan kontak erat pasien positif.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Pasien positif Covid-19 dari kluster Gowa di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, bertambah tujuh orang menjadi 13 orang. Petugas kesehatan terus menelusuri dan mengambil sampel usap hidung dan tenggorokan kontak erat pasien positif Covid-19 tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Dharmasraya Rahmadian, Sabtu (2/5/2020), mengatakan, ketujuh orang positif Covid-19 itu merupakan anggota jemaah tablig yang kembali dari acara ijtima ulama di Gowa, Sulawesi Selatan. Mereka sebelumnya juga terindikasi positif Covid-19 melalui uji cepat.
”Ada 38 orang yang hasilnya selesai diperiksa (Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang), baik jemaah (tablig) maupun kontak erat. Tujuh di antaranya positif Covid-19, semuanya jemaah. Jadi, total sudah 13 orang positif Covid-19 di Dharmasraya,” kata Rahmadian, yang juga juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Dharmasraya, ketika dihubungi dari Padang, Sumbar.
Menurut dia, dari ketujuh orang yang terakhir dinyatakan positif Covid-19 itu, sebagian sudah diisolasi di tempat karantina pemkab di Sanggar Kegiatan Belajar di Pulau Punjung, ibu kota Dharmasraya. Sebagian lagi sedang diupayakan agar mau diisolasi. Tiga orang dari tujuh pasien positif Covid-19 itu punya riwayat penyakit bawaan.
Sementara itu, untuk enam pasien positif lainnya, empat orang di antaranya juga diisolasi di Sanggar Kegiatan Belajar, sedangkan dua lainnya menjalani isolasi mandiri. Salah satu pasien yang menjalani isolasi mandiri itu, sekaligus pasien kasus pertama, pernah dirawat tiga hari di RSUD Sungai Dareh, Dharmasraya.
Rahmadian melanjutkan, dari 13 kasus positif Covid-19 di Dharmasraya, semuanya merupakan kluster Gowa. Sebanyak 12 orang merupakan anggota jemaah peserta ijtima ulama di Gowa, sedangkan satu orang tertular dari salah satu anggota jemaah itu. Ia tertular dari pasien kasus pertama karena pernah beberapa kali shalat bersama dan bersalam-salaman di masjid.
Ia menyebutkan, sedikitnya ada 86 anggota jemaah peserta ijtima ulama di Gowa asal Dharmasraya. Mereka kembali ke Dharmasraya pada 23 Maret lalu dan masuk dalam pantauan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Dharmasraya. Salah satu anggota jemaah kemudian menjadi pasien dalam pengawasan dan belakangan diketahui positif Covid-19, baik melalui tes cepat maupun uji usap hidung dan tenggorokan.
Gugus tugas kemudian melakukan tes cepat terhadap peserta ijtima ulama di Gowa lainnya. Hasilnya, 33 orang terindikasi positif Covid-19. Mereka kemudian menjalani uji usap hidung dan tenggorokan dan 11 orang di antaranya terkonfirmasi positif Covid-19.
Anggota jemaah menunjukkan hasil negatif tes cepat kemudian menjalani tes cepat kedua dan lima orang di antaranya terindikasi positif Covid-19. Petugas bakal mengambil sampel usap hidung dan tenggorokan mereka untuk diuji. Sementara itu, 160 orang yang merupakan kontak erat pasien positif lainnya juga segera menjalani tes usap hidung dan tenggorokan.
Pasien sulit dikendalikan
Rahmadian menambahkan, secara umum kontak erat pasien positif Covid-19 di Dharmasraya bisa ditelusuri. Akan tetapi, kendala yang dihadapi petugas adalah pasien positif Covid-19 sulit dikendalikan. Sebagian dari mereka masih menyangkal hasil tes karena merasa kondisi kesehatan mereka baik-baik saja. Mereka merasa dijustifikasi merupakan pasien Covid-19 karena status mereka sebagai anggota jemaah tablig.
”Sebagian menentang hasil tes. ’Mana ininya (buktinya), mana dokumennya?’ Bahkan yang positif Covid-19, tokonya masih ada yang buka. Orangnya memang sudah kami isolasi, tetapi pegawainya tentu perlu isolasi mandiri dulu karena sudah berkontak. Tetapi, ini tetap buka. Ada pula pasien positif Covid-19 (yang baru diketahui hasilnya) masih ke pasar dan shalat di masjid sampai hari ini. Kasusnya bisa ditelusuri, tetapi orangnya sulit dikendalikan,” paparnya.
Untuk mengatasi permasalahan itu, katanya, petugas awalnya mengedepankan pendekatan persuasif. Namun, untuk menghadapi pasien positif Covid-19 yang sangat sulit dikendalikan, petugas dibantu oleh aparat keamanan.
Ada pula pasien positif Covid-19 (yang baru diketahui hasilnya) masih ke pasar dan shalat di masjid sampai hari ini. Kasusnya bisa ditelusuri, tetapi orangnya sulit dikendalikan.
Secara terpisah, juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumbar, Jasman Rizal, Sabtu ini, menyebutkan, ada tambahan sepuluh kasus positif Covid-19 di Sumbar. Tambahan kasus itu terdiri dari 7 orang yang berasal dari Dharmasraya, 1 orang Padang, 1 orang Padang Panjang, dan 1 orang Kepulauan Mentawai.
Kasus dari Padang merupakan perempuan 33 tahun warga Alai Parak Kopi yang bekerja sebagai petugas kebersihan (cleaning service). Ia terinfeksi karena melakukan kontak dengan salah seorang rekan kerjanya sesama petugas kebersihan yang sebelumnya juga positif Covid-19. Ia menjalani isolasi mandiri.
Sementara itu, tambahan kasus di Kepulauan Mentawai adalah seorang perempuan pelajar usia 19 tahun asal Desa Goiso Oinan. Ia terinfeksi dari temannya pasien positif Covid-19 yang kini dirawat di RSUD Kepulauan Mentawai. Ia menjalani isolasi mandiri.
Adapun tambahan kasus dari Kota Padang Panjang merupakan perempuan tenaga kesehatan usia 44 tahun. Ia terinfeksi dari pasien yang sebelumnya tidak menunjukkan gejala terinfeksi Covid-19. Perempuan itu dirawat intensif di RSUD Padang Panjang.
”Dengan demikian, total yang telah dinyatakan positif terinfeksi Covid-19 di Sumbar hingga Sabtu (2/5/2020) sebanyak 182 orang. Sebanyak 72 orang masih dirawat, 38 orang isolasi mandiri, 16 orang isolasi di Balai Pelatihan Kesehatan Sumbar, 11 orang isolasi di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Sumbar, 15 orang meninggal, dan 30 orang sembuh,” kata Jasman, yang juga Kepala Biro Humas Sumbar.