Banjir luapan Sungai Citarum kembali melanda sebagian wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (2/5/2020). Banjir ini merendam lebih dari 21.000 rumah dan berdampak pada 80.000 jiwa di tiga kecamatan.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Banjir luapan Sungai Citarum kembali melanda sebagian wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (2/5/2020). Banjir ini merendam lebih dari 21.000 rumah dan berdampak pada 80.000 jiwa di tiga kecamatan.
Wilayah yang terdampak terdiri dari Kecamatan Dayeuhkolot, Baleendah, dan Bojongsoang. Hingga Sabtu sore, banjir masih menggenangi sebagian besar permukiman penduduk dan menutup beberapa ruas jalan, di antaranya Jalan Raya Dayeuhkolot sebagai akses utama dari Kota Bandung ke Kabupaten Bandung.
Luapan Sungai Citarum menutup jalan dengan ketinggian yang bervariasi, berkisar 10-120 sentimeter, sehingga kendaraan tidak bisa melintasi jalan. Salah satu titik terdalam berada tepat di depan Masjid Besar Ash-Shofia, Kecamatan Dayeuhkolot. Untuk melintasi jalan tersebut, warga terpaksa menggunakan jasa perahu atau berjalan menerjang banjir yang merendam separuh dari tubuh mereka.
Herman (50), warga Kampung Leuwi Bandung, Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, menuturkan, permukaan air Sungai Citarum yang berada sekitar 100 meter dari rumahnya meluap sejak Jumat (1/5/2020) Sore. Hari itu, hujan deras melanda sebagian besar Bandung Raya dari siang hingga malam hari.
”Air naik terus sampai tengah malam, tetapi kami masih bertahan di rumah karena tidak merendam rumah. Sekarang juga saya bersama anak masih bertahan di rumah. Banjir kemarin kami sempat mengungsi karena lebih dalam dari hari ini,” ujarnya.
Kejadian kali ini menjadi banjir yang kelima di daerah tersebut sejak awal tahun 2020.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, banjir kali ini merendam 21.888 rumah dan berdampak pada 81.088 jiwa. Warga terdampak paling banyak berada di Kecamatan Baleendah, yaitu 33.252 jiwa.
Kawasan ini juga kerap terdampak banjir saat hujan deras melanda kawasan Bandung Raya, yang menyebabkan permukaan Sungai Citarum meluap. Kejadian kali ini menjadi banjir yang kelima di daerah tersebut sejak awal tahun 2020.
Selain itu, lebih dari 300 jiwa mengungsi di dua tempat, yaitu posko pengungsian Baleendah di Gedung Inkanas dan aula Desa Dayeuhkolot. Sementara warga Bojongsoang yang terpaksa meninggalkan rumah dan mengungsi sebanyak kurang lebih 1.710 jiwa.
Pembatasan sosial
Rina Marini (22), pencatat presensi pengungsi di posko Inkanas, memaparkan, hingga Sabtu pagi, jumlah pengungsi di tempat itu mencapai 172 jiwa. Rina juga ikut mengungsi karena rumahnya di RW 009 Kampung Jembatan, Kelurahan Andir, Baleendah, terdampak banjir.
Namun, kondisi di pengungsian membuat warga tidak bisa menerapkan pembatasan sosial. Tempat tidur warga saling berdekatan, jaraknya kurang dari 1 meter. Hal tersebut membahayakan warga karena berpotensi menyebarkan Covid-19.
”Saya bersama dua anak saya sudah di pengungsian sejak kemarin (Jumat) malam. Sampai sekarang masih bertahan di pengungsian meski terbatas, daripada di rumah. Kami takut ada banjir susulan,” tutur Rina. Ia menambahkan, hingga saat ini belum ada warga yang sakit.
Sementara itu, Tita (46), koordinator pengungsi Desa Dayeuhkolot di aula Desa Dayeuhkolot, mengatakan, jumlah warga yang mengungsi di posko tersebut mencapai 141 jiwa.
Tidak hanya di Kabupaten Bandung, 197 rumah di RW 003 dan RW 006 Kelurahan Sukabungah, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung, juga terdampak banjir. Camat Sukajadi Tb Agus Mulyadi berujar, banjir terjadi akibat penumpukan material longsoran di sepanjang pinggiran sungai di kawasan tersebut. Hujan deras yang melanda Bandung semakin meningkatkan permukaan air sungai sehingga Kali Cikakak meluap dan membanjiri permukiman warga.
Agus mengatakan, warga menggunakan cara manual untuk mengangkut material longsoran dari sungai karena alat berat tidak bisa masuk hingga ke pinggir sungai. Warga mengangkat batu-batuan dengan cara bergotong royong.