Permen Jahe Produksi Jawa Tengah Sangat Diminati Konsumen AS
Komoditas jahe dan olahannya yang diproduksi di Jawa Tengah tidak kehilangan pesona di tengah pandemi Covid-19. Permintaannya tetap berdatangan dari Amerika Serikat dan beberapa negara lain.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Komoditas jahe dan olahannya yang diproduksi di Jawa Tengah tidak kehilangan pesona di tengah pandemi Covid-19. Permintaannya tetap berdatangan dari Amerika Serikat dan beberapa negara lain.
Pada ekspor raya pertanian di Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang, Kamis (30/4/2020), sebanyak 5,7 ton permen jahe lunak (ginger chew candy) diekspor ke AS dengan nilai Rp 697 juta. Permen jahe tersebut diproduksi PT Indo Tropikal Group.
Direktur PT Indo Tropikal Group Adri Nur mengatakan mulai membuat pabrik olahan jahe di Kabupaten Karanganyar pada 2017. Namun, ekspor permen jahe baru dimulai pada Februari 2020. Hingga kini, pihaknya telah mengirim 3 kontainer permen jahe ke AS.
Produk tersebut diminta langsung dari AS. ”Sebelumnya, beberapa kali sampel ditolak karena mereka ketat dalam kualitas bahan baku. Jahe yang digunakan harus organik, benar-benar bagus tanpa bahan kimia,” kata Adri.
Dalam prosesnya, jahe berkualitas dipilih langsung dari petani. Jahe kemudian dicuci dan digiling. Cairan jahe beserta ampasnya kemudian dimasak menjadi permen hingga dipantau kualitasnya, baik dari kekentalan, kekenyalan, maupun rasa.
Adri mengatakan, permen jahe diminati AS untuk dikonsumsi sehari-hari, salah satunya karena cuaca dingin. Bahkan, selain AS, sudah ada minat juga dari Jerman dan Australia, tetapi ia belum menyanggupi karena kapasitas produksi masih 1 kontainer (sekitar 5,7 ton) per bulan.
Permintaan dari AS tak hanya permen jahe lunak, tetapi juga permen jahe keras, kristal jahe, manisan jahe, dan jahe segar. ”Khusus jahe segar, dari permintaan 200 kontainer per tahun, kami sanggupi 60 kontainer per tahun. Baru akan dikirim 2021,” katanya.
Ia menambahkan, di tengah pandemi Covid-19, permintaan permen jahe lunak dari AS tetap tinggi. Karena itu, ia berharap dukungan pemerintah, terutama terkait kemudahan pelaksanaan impor serta Pajak Pertambahan Nilai (PPn).
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang Parlin Robert Sitanggang mengatakan, permen jahe lunak atau produk olahan jahe lain tergolong komoditas ekspor baru di Jateng. Namun, potensi pasar di AS sangat terbuka.
”Kami harapkan ekspor permen jahe ini terus meningkat. Sebab, kita memiliki industrinya dan bahan bakunya pun banyak. Mudah-mudahan ekspor ke AS ini bisa menjadi perintis dan ke depan semakin berkembang,” kata Parlin.
Kami harapkan ekspor permen jahe ini terus meningkat. Sebab, kita memiliki industrinya dan bahan bakunya pun banyak. Mudah-mudahan ekspor ke AS ini bisa menjadi perintis dan ke depan semakin berkembang.
Beragam komoditas
Selain permen jahe lunak, ada beragam komoditas yang diekspor pada pelepasan ekspor raya di Pelabuhan Tanjung Emas, Kamis, di antaranya biji kopi, kapulaga, karet, sarang burung walet, dan kacang tanah. Total nilai ekspor mencapai Rp 13,7 miliar.
Parlin menyatakan, selama wabah Covid-19, yang paling terdampak adalah komoditas yang diekspor ke China. ”Di antaranya, sarang burung walet dan karet. Awal April mereka sudah membuka (perdagangan). Jadi, saat ini gairah ekspor kembali naik,” katanya.
Semarang menjadi satu dari 9 pintu ekspor komoditas pertanian yang dilepas langsung Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo secara daring, Kamis. Selain Semarang, ekspor juga dilepas di Lampung, Bandara Soekarno-Hatta, Tanjung Priok (Jakarta), Surabaya, Belawan (Medan), Denpasar, Balikpapan, dan Makassar.