Paket Bantuan bagi Mahasiswa di Kota Ambon Disalurkan
Pemerintah Kota Ambon mulai menyalurkan 4.081 paket bantuan bahan pokok bagi mahasiswa yang berdomisili di Kota Ambon, Maluku. Mahasiswa dimaksud adalah mereka yang berasal dari luar Kota Ambon dan kini tinggal indekos.
Oleh
FRANS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Pemerintah Kota Ambon mulai menyalurkan 4.081 paket bantuan bahan pokok bagi mahasiswa yang berdomisili di Kota Ambon, Maluku. Mahasiswa dimaksud adalah mereka yang berasal dari luar Kota Ambon dan kini tinggal indekos. Mahasiswa yang memenuhi syarat tetapi belum terdaftar sebagai penerima diminta agar melaporkan diri ke kampus masing-masing.
Sekretaris Daerah Kota Ambon AG Latuheru secara simbolis menyerahkan paket bantuan itu di sejumlah kampus, Kamis (30/4/2020). Seperti di Kampus Universitas Kristen Indonesia Maluku, 278 paket diberikan kepada perwakilan mahasiswa. Setiap paket berisi beras, mi, gula, ikan kaleng, kopi, dan susu.
Latuheru mengatakan, paket bantuan itu merupakan bagian dari program pemerintah dalam penanggulangan dampak Covid-19. Mahasiswa berasal dari luar Kota Ambon yang tinggal di indekos merupakan kelompok rentan. Sebagian dari mereka kekurangan bekal makanan lantaran kiriman uang dari orangtua tersendat. ”Mereka masuk kategori orang miskin baru,” ujarnya.
Ia mengatakan, secara keseluruhan, terdata 4.081 penerima paket tersebut. Data itu berasal dari setiap perguruan tinggi. Namun, jika masih ada mahasiswa yang belum menerima paket dimaksud, ia mempersilakan pihak kampus berkoordinasi dengan Dinas Sosial Pemkot Ambon agar dilakukan pembaruan data penerima. ”Kami pastikan, semua yang berhak akan kebagian paket bantuan ini,” ujarnya.
Marsel Relewulan (19), mahasiswa pada Fakultas Hukum Universitas Pattimura, mengatakan, paket bantuan itu sangat ditunggu ia dan teman-temannya. Dalam satu bulan terakhir, ia tidak menerima kiriman bekal dari orangtuanya di Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar. ”Mau kirim makanan tapi kapal tidak jalan. Orangtua juga susah dapat uang karena hasil kebun tidak laku di pasar,” katanya.
Mau kirim makanan tapi kapal tidak jalan. Orangtua juga susah dapat uang karena hasil kebun tidak laku di pasar.
Untuk bertahan hidup, ia dan dua temannya menjadi buruh nelayan. Mereka ikut membongkar ikan di tempat pendaratan. Ada juga yang menjadi ojek perahu dayung menyeberang Teluk Ambon melalui jalur di bawah Jembatan Merah Putih. ”Itu pun uangnya tidak seberapa. Sementara harga barang di pasar naik terus. Kadang satu bungkus mi kami bagi untuk dua kali masak,” katanya.
Ia mengatakan, banyak temannya tidak terdaftar sebagai penerima paket bantuan. Mereka dimaksud adalah mahasiswa dari luar Kota Ambon yang menumpang di rumah keluarga dengan ekonomi lemah. Di tengah kondisi seperti saat ini, mereka menambah beban bagi keluarga yang ditumpangi itu. Ia berharap agar mahasiswa dimaksud dapat diakomodasi sebagai penerima.
Lebih lanjut, Latuheru menambahkan, paket bantuan bahan pokok terus disalurkan kepada kelompok rentan. Pada tahap pertama, bantuan ditujukan bagi tukang becak, buruh serabutan, tukang ojek, dan sopir angkutan. Sebanyak 8.000 paket sudah disalurkan. Pada tahap berikutnya, paket bahan pokok akan diberikan kepada pedagang asongan serta penjual makanan.
Kasus bertambah
Berdasarkan data dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku, hingga Kamis, kasus positif Covid-19 terus bertambah menjadi 23 orang, dengan 12 pasien di antaranya sembuh. Pasien meninggal nihil. Adapun pasien dalam pengawasan 12 orang dan 59 orang dalam pemantauan. Pasien positif terbanyak berada di Ambon. Saat ini, gugus tugas terus melakukan pelacakan.
Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy mengatakan, transmisi lokal di Ambon sudah berlangsung. Ada beberapa pasien positif Covid-19 menularkan virus kepada orang terdekat mereka. Kota Ambon dinyatakan masuk zona merah. Saat ini, pihaknya mengkaji opsi pembatasan sosial berskala besar. Opsi itu sedang dikoordinasikan dengan pemerintah provinsi sebelum diusulkan ke pemerintah pusat.