Peningkatan Kriminalitas Tidak Dipicu oleh Wabah Covid-19
Angka kriminalitas di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, saat ini cenderung meningkat. Tidak dipicu oleh dampak dari wabah Covid-19, peningkatan jumlah kasus ini lebih dipicu karena peningkatan kebutuhan di bulan puasa
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
TEMANGGUNG, KOMPAS — Angka kriminalitas di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, saat ini cenderung meningkat. Tidak dipicu oleh dampak dari wabah Covid-19, peningkatan jumlah kasus ini lebih dipicu karena peningkatan kebutuhan di bulan puasa dan kebutuhan mempersiapkan Lebaran.
”Peningkatan kriminalitas adalah hal yang rutin terjadi di setiap bulan Ramadhan,” ujar Kepala Kepolisian Resor (Polres) Temanggung Ajun Komisaris Besar Muhamad Ali, Selasa (28/4/2020).
Jika pada Maret terdata 28 kasus, bulan ini terhitung sejak 1 April hingga 28 April 2020 telah terjadi 32 tindak kriminalitas. Kebanyakan tindak kriminalitas yang terjadi adalah tindak kejahatan yang terjadi di jalan, seperti pencurian dan penjambretan.
Wabah Covid-19 yang menyebabkan ekonomi masyarakat terpuruk dan membuat banyak warga kehilangan pekerjaan diprediksi banyak orang akan memicu terjadinya peningkatan angka kriminalitas. Situasi sulit di tengah pandemi dikhawatirkan akan membuat orang bertindak nekat, mau melakukan apa pun demi memenuhi kebutuhan, termasuk di dalamnya nekat melakukan kejahatan.
Peningkatan kriminalitas adalah hal yang rutin terjadi di setiap bulan Ramadhan. (Muhamad Ali)
Kendati demikian, Ali mengatakan, kekhawatiran masyarakat tersebut sementara ini tidak terbukti di Kabupaten Temanggung.
”Kebanyakan pelaku kriminalitas yang kami tangkap adalah orang ’lama’, atau residivis. Mereka melakukan tindak kejahatan karena sejak sebelum terjadi pandemi, mereka memang tidak memiliki pekerjaan tetap,” ujarnya.
Pada April ini, hingga Selasa (28/4/2020), Polres Temanggung telah menangkap 22 pelaku kriminalitas, dan lebih dari separuh di antaranya adalah residivis.
Salah satu kasus dengan pelaku residivis adalah kasus pencurian 16 kambing di Desa Wonokerso, Kecamatan Tembarak. Pencurian ini dilakukan oleh empat pelaku, dua di antaranya residivis yang sudah melakukan kejahatan serupa pada 2014.
Dalam kasus lain, yaitu pencurian beras dan tabung elpiji 3 kilogram (kg), pelaku memang mengaku melakukannya karena terdesak kebutuhan, dan karena usaha sate yang dijalankannya sepi pembeli.
”Namun, sepinya usaha sate yang dijalankan sudah berlangsung sejak lama, dan bukan sepi karena terdampak wabah Covid-19,” ujarnya.
Pelaku diketahui juga melakukan aksi pencurian yang sama tahun lalu dan Januari 2020. Beras yang dicuri biasanya digunakan untuk kebutuhan sendiri, sedangkan tabung gas dijual.
Sejak merebak wabah Covid-19, Ali mengatakan, banyak beredar informasi bahwa Kabupaten Temanggung didatangi oleh pencuri dan perampok yang datang secara rombongan dari Semarang. Namun, dia menegaskan, berita tersebut adalah berita bohong atau hoaks.
”Rata-rata pelaku kriminalitas adalah warga lokal Temanggung. Beberapa kejahatan memang dilakukan berkelompok, tetapi jumlah orang per kelompok hanya 2-3 orang.
Kedatangan pemudik
Sejak awal April hingga Selasa (28/4/2020), Kabupaten Temanggung telah didatangi oleh sekitar 17.000 pendatang. Mereka adalah warga Kabupaten Temanggung yang pulang kampung dan datang dari lokasi tempatnya bekerja dari Semarang, Surabaya, dan Jabodetabek.
Ali mengatakan, kedatangan warga dari luar kota tersebut terpantau di pos pemeriksaan yang tersebar di Kecamatan Bejen, Kledung, dan Kranggan.
”Di pos terpadu tersebut, setiap pendatang wajib menjalani pemeriksaan kesehatan, termasuk dicek suhu tubuhnya,” ujarnya.
Jika teruji sehat, pemudik itu diizinkan pulang ke rumahnya; dan jika tidak, dia akan langsung diisolasi di rumah sakit.
Pemantauan pendatang juga dilakukan di desa-desa di Kabupaten Magelang. Bety Kurniawati, koordinator Posko Induk Penanganan Covid-19 di Desa Windusari, Kecamatan Windusari, mengatakan, saat ini, sembilan dusun di Desa Windusari siaga menjalankan tugas ronda keliling kampung. Selain untuk memantau kedatangan pemudik atau tamu yang datang malam hari, ronda juga digiatkan demi menjaga keamanan.
”Kami harus siaga menjaga keamanan karena banyak berita menyebutkan kondisi saat ini sangat rawan terjadi kriminalitas,” ujarnya.
Di sejumlah dusun di Kecamatan Borobudur, warga setempat juga melakukan tugas berjaga, memantau kedatangan pemudik dan menjaga keamanan di malam hari.
”Kami bergiliran menjaga dusun selama 24 jam,” ujar Yusuf (20), salah seorang warga Dusun Brojonalan, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur.