Kembali Jadi Zona Hijau, Warga NTT Tetap Diminta Waspada
Meski satu-satunya pasien positif Covid-19 di Nusa Tenggara Timur sudah dinyatakan sembuh, masyarakat tetap diminta waspada dan menerapkan protokol pencegahan.
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Masyarakat Nusa Tenggara Timur diminta tetap waspada meskipun kini daerah itu kembali menjadi zona hijau penularan Covid-19 setelah satu-satunya pasien positif dinyatakan sembuh. Orang tanpa gejala dengan hasil reaktif dalam tes cepat masih banyak dan berpotensi menularkan virus jika tak disiplin menjalankan karantina mandiri.
Juru Bicara Gugus Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19 Nusa Tenggara Timur (NTT), Marius Jelamu, di Kupang, Minggu (26/4/2020), mengatakan, Dinas Kesehatan Provinsi NTT telah mengumumkan El Asamau (34), satu-satunya pasien Covid-19 di NTT, telah sembuh. Ia kini masih menjalani karantina mandiri selama 14 hari.
Meski demikian, jumlah orang tanpa gejala (OTG), orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), dan hasil tes cepat reaktif masih cukup banyak di NTT. Menurut Jelamu, mereka memiliki peluang menyebarkan Covid-19 kepada orang lain. Jumlah OTG saat ini 227 orang, sedangkan ODP 1.606 orang.
”Jumlah ODP yang masih dalam masa pemantauan sebanyak 995 orang, sedangkan ODP yang dirawat 14 orang, ODP karantina mandiri 549 orang, dan karantina terpusat 48 orang. Ada 75 sampel yang dikirim, terdiri dari 51 sampel negatif, satu positif telah sembuh, dan 23 sampel lain belum diketahui hasilnya,” ujar Jelamu.
Jumlah ODP yang dirawat 14 orang. Mereka tersebar di RSUD TC Hillers Maumere sebanyak tiga orang, RSU Katolik Caritas Tambolaka lima orang, RSUD Ben Mboi dua orang, RSUD Kefamenanu satu orang, RSU Siloam Labuan Bajo satu pasien, RSUD Ende satu orang, dan RSUD Umbu Rara Meha satu orang.
PDP sebanyak 12 orang, tersebar di RSUD Alor, RSUD Umbu Meha, RSUD Komodo Labuan Bajo, dan RSUD Waikabubak masing-masing dua orang. Adapun RSUD Ende, RSUD Soe, RSUD SK Lerik Kupang, dan RSU Siloam Labuan Bajo masing-masing satu pasien.
Menurut Jelamu, saat ini kapal laut dan pesawat juga sudah ditutup. Namun, lanjut dia, ODP dan PDP ini berpeluang masuk kategori positif Covid-19 karena mereka datang dari daerah terpapar Covid-19.
Ia mengatakan, puluhan orang yang telah berkontak fisik dengan pasien positif Covid-19 pertama di NTT sudah menjalani tes cepat dengan hasil nonreaktif. Namun, mereka masih dalam pemantauan petugas medis. Demikian pula dua sopir dan anggota keluarga yang membawa delapan orang Timor Leste positif Covid-19 ke Dili, Timor Leste, beberapa waktu lalu.
Jelamu meminta OTG, ODP, dan PDP di 22 kabupaten/kota dipantau secara teratur oleh Gugus Tugas Covid-19 di daerah masing-masing. ODP yang sedang menjalani karantina mandiri juga diminta tetap taat berada di dalam rumah selama masa karantina. Jika terpaksa keluar rumah untuk berbelanja, harus melapor kepada ketua RT setempat.
Hasil tes cepat menyebutkan, 60 orang reaktif Covid-19, tersebar di enam kabupaten. Namun, mereka ini harus menjalani tes lanjutan, yakni polymerase chain reaction. Mereka ini adalah orang yang baru pulang dari daerah terpapar Covid-19.
El Asamau (34), eks pasien Covid-19 yang telah sembuh dari RSUD Yohannes Kupang, mengatakan, dirinya kini sedang menjalani karantina mandiri selama 14 hari di rumah. Ia meminta warga NTT tetap mengikuti protokol pencegahan Covid-19 yang ditetapkan pemerintah.
Sebelumnya, Gubernur NTT Viktor Laiskodat menuturkan, Pemerintah Provinsi NTT mendapat bantuan 500.000 masker dari pemerintah pusat. Bantuan masker jadi fokus karena penularan Covid-19 di daerah ini belum masif.
Bantuan masker jadi fokus karena penularan Covid-19 di daerah ini belum masif.
Laiskodat menyebutkan, migran asal NTT dari Malaysia yang tiba melalui Bandara El Tari, Kupang, juga akan dikarantina selama 14 hari di Hotel Sasando, Kupang. Setelah 14 hari dinyatakan sehat, mereka dipulangkan ke kediaman masing-masing, tetapi tetap dipantau petugas kesehatan di daerah itu.
Pemprov telah meminta bupati dan wali kota se-NTT, tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat agar melakukan sosialisasi penyebaran virus ini kepada semua RT dan RW di desa dan kelurahan. Masih banyak warga yang belum paham soal sistem dan cara penyebaran virus ini.