Investasi Kalbar Masih Tumbuh, Antisipasi Guncangan di Triwulan II
Realisasi investasi di Kalimantan Barat triwulan I-2020 masih tumbuh 18,59 persen dibanding periode sama tahun lalu. Namun, guncangan akan terasa pada triwulan II akibat dampak pandemi Covid-19.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Realisasi investasi di Kalimantan Barat triwulan I-2020 masih tumbuh 18,59 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Namun, guncangan ekonomi diyakini bakal terasa pada triwulan II akibat dampak pandemi Covid-19.
Berdasarkan data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kalimantan Barat (Kalbar), realisasi investasi di Kalbar triwulan I-2020 sebesar Rp 6,34 triliun atau meningkat 18,59 persen dibanding periode sama tahun lalu Rp 5,35 triliun.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kalbar Junaidi, Kamis (23/4/2020), menuturkan, investasi triwulan I-2020 untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN) Rp 3,28 triliun meningkat 27,48 persen dari Rp 2,57 triliun pada periode sama 2019.
Adapun penanaman modal asing (PMA) Rp 3,07 triliun, meningkat 10,38 persen dari periode sama tahun 2019 sebesar Rp 2,78 triliun. Selama triwulan I-2020, tenaga kerja yang terserap 5.289 tenaga kerja Indonesia dan 98 tenaga kerja asing.
”Tren positif ini diharapkan tetap berlanjut di tengah pandemi Covid-19. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kalbar dan kabupaten bersama Badan Koordinasi Penanaman Modal RI bekerja sama mengawal investasi,” ujar Junaidi.
Realisasi PMA dan PMDN berdasarkan lokasi proyek, yaitu di Kabupaten Mempawah Rp 2,97 triliun (10,26 persen), Kabupaten Ketapang Rp 1,21 triliun (4,18 persen), dan di Kabupaten Kubu Raya Rp 1,08 triliun (3,74 persen). Kemudian, Kabupaten Bengkayang Rp 473,13 miliar (1,63 persen) dan di Kabupaten Sambas sebesar Rp 161,27 miliar (14,79 persen).
Adapun realisasi PMA dan PMDN berdasarkan sektor usaha yang terbesar adalah di sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi, yakni Rp 2,14 triliun atau 33,74 persen dari total investasi. Selanjutnya, disusul sektor tanaman pangan, perkebunan dan peternakan, industri logam dasar, barang logam, serta bukan mesin dan peralatannya. Kemudian, industri makanan dan listrik, gas, serta air.
Realisasi PMA dan PMDN berdasarkan sektor usaha yang terbesar adalah di sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi, yakni Rp 2,14 triliun.
PMA terbesar berasal dari British Virgin Islands sebesar 111,79 juta dollar AS (52,46 persen). Investasi lain datang dari Cayman Islands, China, Singapura, dan Hong Kong. Realisasi penyerapan tenaga kerja Indonesia triwulan I-2020 mencapai 5.289 orang yang terdiri dari 4.325 orang di proyek PMDN dan 964 orang di proyek PMA. Sementara penyerapan tenaga kerja asing pada triwulan I-2020 sebanyak 98 orang yang terdiri dari 29 orang di proyek PMDN dan 69 orang di proyek PMA.
Gubernur Kalbar Sutarmidji menuturkan, penanganan Covid-19 yang serius akan menciptakan kepercayaan investor. Ada berbagai potensi investasi di Kalbar, antara lain di sektor pertambangan dan perkebunan.
”Kami berupaya mengajak investor di sektor pertanian, peternakan, dan pengelolaan hasil alam lainnya. Kami berupaya meskipun ada efek pandemi Covid-19 diharapkan secara keseluruhan jangan sampai nilai investasi turun,” kata Sutarmidji.
Untuk itu Pemerintah Provinsi Kalbar terus berupaya memberikan kemudahan perizinan yang cepat dan transparan. Hal penting lain yakni kelancaran transportasi dan kepercayaan.
Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Tanjungpura Pontianak Eddy Suratman menilai, realisasi investasi di Kalbar triwulan I-2020 masih tumbuh karena efek Covid-19 baru terasa pada pertengahan Maret. Dengan kondisi itu, investasi di Kalbar masih bisa tumbuh normal di triwulan I-2020.
Hal itu juga terkonfirmasi dengan penerimaan pajak di Kalbar per Maret 2020 yang masih tumbuh 15,57 persen dibandingkan Maret 2019. Kalbar masih mampu menghasilkan pajak mendekati 16 persen itu menggambarkan keadaan ekonomi Kalbar di triwulan I masih normal.
Realisasi investasi di Kalbar triwulan I-2020 masih tumbuh karena efek Covid-19 baru terasa pada pertengahan Maret.
Namun, setelah itu Eddy memprediksi, Kalbar akan cukup kesulitan karena sejumlah indikator akan turun. Investasi akan terganggu dimulai triwulan II. Meskipun demikian, ada beberapa sektor yang diprediksi juga tetap tumbuh karena proyek lanjutan. Contohnya, pembangunan pelabuhan ekspor-impor di Kabupaten Mempawah oleh PT Pelabuhan Indonesia II (Persero).
Kemudian, ada perusahaan perkebunan sawit di Mempawah yang akan mengolah minyak sawit mentah (CPO) menjadi minyak goreng. Mereka akan tetap bekerja. Investasi salah satu perusahaan yang mengolah CPO itu sekitar Rp 1 triliun.
Hal itu bisa menahan laju pertumbuhan ekonomi Kalbar agar tidak negatif. Untuk meredam dampak Covid-19, Pemprov Kalbar hendaknya selain memberi kemudahan investasi juga tetap bisa menjaga stabilitas keamanan. Bahkan, keamanan menjadi variabel penting dalam kondisi sekarang ini.
Untuk menjaga stabilitas keamanan, kebutuhan pokok masyarakat hendaknya tetap tersedia dan menjaga daya beli masyarakat. Hal itu perlu dilakukan agar tidak terjadi gejolak sosial. Dengan stabilitas sosial, investasi dengan proyek lanjutan tersebut bisa tetap beroperasi.