Di Aceh selama bulan puasa, tingkat penyebaran diperkirakan lebih masif, sebab biasanya banyak warga yang keluar pada sore dan malam hari secara bersamaan.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Menjelang Ramadhan, pasar-pasar tradisional di Provinsi Aceh dipadati oleh warga yang ingin membeli daging meugang. Warga mengabaikan protokol pencegahan penyebaran virus korona baru. Kondisi seperti akan mempercepat penyebaran virus di kalangan warga.
Di Pasar Ulee Kareng, Kota Banda Aceh, Kamis (23/4/2020), warga memadati lapak penjual daging di sepanjang jalan. Setiap tahun menjelang Ramadhan, penjual daging sapi musiman menggelar lapak di jalan utama. Meski dalam keadaan darurat Covid-19, pola penjualan tidak berubah. Sebagian warga tidak menggunakan masker dan tidak menjaga jarak fisik.
Jerri (34), pedagang di Pasar Ulee Kareng, menuturkan sulit menerapkan jarak fisik karena pembeli datang dalam satu waktu. Bahkan, Jerri tidak menggunakan masker saat melayani pembeli.
Kondisi serupa terjadi di pasar Kota Sigli Kabupaten Pidie, Perureulak Kabupaten Aceh Timur, dan Simpang Tiga Kabupaten Bener Meriah. Warga tidak mengikuti imbauan pemerintah untuk menjaga jarak dan menggunakan masker.
Wakil Ketua Tim Bidang Informasi dan Publikasi Penanganan Covid-19 Bener Meriah, Wahidi menuturkan, pemerintah mengatur jarak 4 meter antarlapak pedagang, tetapi untuk pembeli sulit diatur sebab terlalu ramai. Personel Satpol PP disiagakan di pasar-pasar untuk mengingatkan warga menerapkan protokol pencegahan Covid 19.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh Safrizal Rahman mengatakan, kondisi seperti ini sangat berisiko terhadap penyebaran virus korona baru di kalangan warga Aceh. ”Kita tidak tahu siapa di antara warga yang ternyata terpapar kemudian menyebar kepada warga lainnya,” kata Safrizal.
Safrizal mengingatkan pemerintah agar tegas menerapkan protokol pencegahan Covid-19 agar penyebaran virus bisa dicegah. Menurut Safrizal, selama bulan puasa, tingkat penyebaran lebih masif, sebab biasanya banyak warga yang keluar pada sore dan malam hari secara bersamaan.
Hingga Kamis, jumlah pasien positif di Aceh sebanyak tujuh orang, empat di antaranya sembuh, satu meninggal, dan dua dalam perawatan. Sementara orang dalam pemantauan sebanyak 1.729 orang dan pasien dalam pengawasan sebanyak 73 orang.
Uji cepat secara random terhadap warga dan tenaga medis terus berjalan. Di Aceh Tamiang, dua warga yang baru pulang dari Jawa Timur dilaporkan positif Covid-19 melalui tes cepat. Pasien tersebut akan diuji sampel tenggorok di laboratorium Covid-19 di Banda Aceh.
Kita tidak tahu siapa di antara warga yang ternyata terpapar kemudian menyebar kepada warga lainnya
Wakil Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Aceh Dyah Erti Idawati menuturkan uji cepat dilakukan, terutama di kawasan tempat tinggal pasien positif untuk menelusuri ada warga yang ikut terpapar. Warga yang baru pulang dari daerah pandemi juga dites cepat.
”Kemarin tes cepat dilakukan terhadap 82 warga di kecamatan Montasik, Aceh Besar, sebagian warga baru pulang dari luar kota, hasilnya semua negatif,” kata Dyah.
Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Faisal Ali menuturkan, ibadah shalat tarawih hanya dilaksanakan di masjid di luar kawasan zona merah. Di Aceh, saat ini belum ada yang dikategorikan zona merah. Pelaksanaan ibadah shalat tarawih tetap dilakukan secara berjemaah di masjid, tetapi, saf jamaah diatur berjarak.