Satu Pasien Terkonfirmasi Positif Covid-19 di Bali Meninggal
Jumlah kematian terkait penyakit Covid-19 di Bali bertambah satu kasus. Seorang pasien dalam pengawasan di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar, meninggal dan sudah dikremasi pada Rabu (22/4/2020).
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Jumlah kematian terkait penyakit akibat virus korona baru (Covid-19) di Bali bertambah satu kasus. Seorang pasien dalam pengawasan di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar, meninggal dan sudah dikremasi pada Rabu (22/4/2020).
Perihal itu disampaikan Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Provinsi Bali, yang juga Sekretaris Daerah Provinsi Bali, I Dewa Made Indra dalam konferensi pers di Denpasar, Bali, Rabu petang. Indra juga menyatakan Pemerintah Provinsi Bali sudah menangani dan menanggung pasien yang meninggal tersebut.
Dengan demikian, secara kumulatif jumlah kasus meninggal terkait penyakit Covid-19 di Bali sejak Maret hingga Rabu (22/4) sebanyak empat orang, yakni dua warga negara asing dan dua warga negara Indonesia. Adapun jumlah kasus positif Covid-19 di Bali secara kumulatif sampai Rabu sebanyak 152 orang, yang terdiri dari delapan orang warga negara asing dan 144 orang warga negara Indonesia. Dari jumlah kasus tersebut, sebanyak 47 orang dilaporkan sudah sembuh dan 101 orang masih dirawat.
Lebih lanjut Indra menjelaskan, pasien yang meninggal itu adalah seorang laki-laki berusia 52 tahun. ”Saudara kita yang meninggal itu adalah pekerja migran Indonesia yang sebelumnya bekerja di Portugal,” kata Indra melalui tayangan siaran langsung dari Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik Provinsi Bali, Rabu. ”Menurut pihak rumah sakit, yang bersangkutan, selain terkonfirmasi positif (Covid-19), juga menderita hipertensi,” ujar Indra.
Menurut pihak rumah sakit, yang bersangkutan, selain terkonfirmasi positif, juga menderita hipertensi.
Melalui konferensi pers itu, Indra juga menekankan pentingnya komitmen dan disiplin mulai dari diri sendiri untuk mencegah penyebaran penyakit Covid-19 dan menghindarkan penularan penyakit itu. Indra menyebutkan, langkah pencegahan dijalankan dengan disiplin memakai masker penutup mulut dan hidung, disiplin menjaga jarak, disiplin mencuci tangan atau membersihkan tangan, dan disiplin menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. ”Disiplin menerapkan protokol pencegahan penyakit Covid-19,” kata Indra.
Adapun mengenai kepulangan pekerja migran Indonesia asal Bali, menurut Indra, tercatat sebanyak 10.935 orang yang sudah tiba di Bali hingga Selasa (21/4). ”Jumlah ini tentu akan bertambah mengingat masih ada saudara-saudara kita para pekerja migran Indonesia yang akan pulang,” ujar Indra.
Dalam konferensi pers itu, Indra menyatakan setiap daerah di Bali membentuk satuan tugas gotong royong pencegahan Covid-19 dengan basis desa adat. Satuan tugas (satgas) itu bersinergi dengan desa. ”Mereka bersama-sama juga mendata kelompok masyarakat yang terdampak dan diusulkan menerima bantuan,” kata Indra.
Secara terpisah, Ketua Forum Perbekel (kepala desa) Provinsi Bali I Gede Pawana mengatakan, aparatur desa di Bali sedang bekerja memformulasikan realokasi dana desa sesuai arahan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi serta pihak pemerintah daerah melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD). ”Teman-teman di seluruh Bali sedang proses pendataan masyarakat yang akan diusulkan menerima bantuan langsung tunai desa,” kata Pawana kepada Kompas, Rabu.
Dihubungi Kompas, Kepala Dinas PMD Bali Putu Anom Agustina menyatakan pemerintah pusat ataupun Pemerintah Provinsi Bali sudah mengarahkan penggunaan sebagian dana desa untuk penanganan Covid-19, termasuk untuk alokasi jaring pengaman sosial melalui bantuan langsung tunai desa. Anom menambahkan, pemerintah juga sudah mengarahkan agar desa dan desa adat di Bali bersinergi dalam penanganan Covid-19 itu. ”Desa membentuk relawan desa dan desa adat membentuk satgas gotong royong,” kata Anom, Rabu.
Lebih lanjut Pawana, yang juga Kepala Desa Duda Timur, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, mengatakan, aparatur desa mendata kelompok masyarakat yang terkena dampak penyakit Covid-19, misalnya kehilangan mata pencarian atau berhenti kerja dan pulang kampung karena dirumahkan pihak perusahaannya. Hasil pendataan itu selanjutnya ditabulasikan dan dibahas dalam musyawarah desa. ”Kami ingin bantuan itu benar-benar tepat sasaran,” ujar Pawana.