Keterlambatan Hasil Tes Rentan Memperluas Penyebaran Covid-19
Keterlambatan hasil tes usap tenggorokan terhadap pasien dan minimnya tempat pelaporan tes berpotensi memperluas penyebaran Covid-19. Saking lamanya, pasien telah pulang ke rumah dan kontak dengan banyak orang.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI
Petugas membersihkan alat pelindung diri setelah menggelar tes uji cepat di Balai Pendidikan dan Latihan Kependudukan dan Keluarga Berencana di Kota Cirebon, Jawa Barat, Selasa (14/4/2020). Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Cirebon menyelenggarakan tes uji cepat untuk orang rentan terpapar Covid-19 pada Senin-Rabu (13-15/4/2020).
CIREBON, KOMPAS — Keterlambatan hasil tes usap tenggorokan terhadap pasien dan minimnya tempat pelaporan tes berpotensi memperluas penyebaran Covid-19. Saking lamanya, pasien telah pulang ke rumah dan kontak dengan banyak orang hingga menerima hasil tes yang menyatakan mereka positif Covid-19.
Pasien di Rumah Sakit Daerah Gunung Jati, Kota Cirebon, Jawa Barat, misalnya, harus menunggu hingga 16 hari untuk mengetahui hasil tes usap tenggorokan dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Empat sampel yang masuk ke Laboratorium Kesehatan Pemprov Jabar pada 4 April itu baru keluar hasilnya Senin (20/4/2020). Padahal, biasanya hanya tiga hari.
”Kami baru menerima kabar tentang hasil tes kemarin sore (Selasa, 21/4/2020). Mungkin banyak sampel yang harus diperiksa. Hasilnya, tiga pasien yang sudah pulang ke rumah ternyata positif Covid-19. Seorang perawat kami juga positif,” kata Direktur RSD Gunung Jati Ismail Jamaludin, Rabu (23/4/2020), di Gedung Sekretariat Daerah Kota Cirebon.
Berdasarkan hasil tes, pihak RS langsung menutup operasional instalasi gawat darurat (IGD) pada Selasa malam hingga Rabu siang. Langkah ini merupakan upaya sterilisasi IGD sekaligus melacak riwayat kontak perawat yang terkonfirmasi positif Covid-19 itu.
”Pelayanan di IGD sudah normal kembali. Perawat kami sedang diisolasi di RS dengan kondisi baik. Hingga kini, kami mendata 61 orang yang pernah kontak dengan perawat itu. Jumlah ini bisa bertambah dan tidak menutup kemungkinan ada tenaga medis lain,” lanjut Ismail.
Dari jumlah itu, 19 orang telah menjalani CT scan untuk mengetahui apakah ada gangguan di paru-paru sebagai gejala Covid-19. Sebanyak 18 orang dinyatakan normal. Jika ditemukan gejala, pihak RS akan melanjutkan pada pemeriksaan uji usap tenggorokan.
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI
Petugas RSD Gunung Jati di Kota Cirebon, Jawa Barat, mengenakan alat pelindung diri yang disumbangkan dari masyarakat, Jumat (17/4/2020). Pihak rumah sakit memperkirakan stok APD saat ini mampu bertahan hingga pertengahan Mei dengan catatan tidak ada lonjakan kasus Covid-19. Saat ini, 20 pasien dirawat di ruangan isolasi rumah sakit.
Ismail menuturkan, pihaknya telah membekali perawat dengan alat pelindung diri (APD) minimal level 2. Pada level ini, tenaga medis mengenakan antara lain penutup kepala, kacamata pelindung, masker bedah, gaun, dan sarung tangan sekali pakai.
Perawat yang berasal dari Kabupaten Majalengka tersebut diketahui kontak erat dengan salah satu pasien positif Covid-19 akhir Maret. Tes uji usap tenggorokan pun dilakukan. Namun, hasilnya baru diperoleh lebih dari dua pekan.
”Hanya dia yang positif Covid-19. Hasil tes swab tenaga medis lainnya negatif,” ujarnya.
Saat ini, cari APD standar susah dan harganya selangit.
Berdasarkan kejadian itu, pihaknya akan meningkatkan standar APD bagi tenaga medis di RSD Gunung Jati menjadi level tiga atau tertinggi. ”Dengan begitu, APD standar yang kami punya saat ini hanya bertahan sebulan. Setiap bulan, kami butuh 600 sampai 650 set APD. Masker N95 saja butuh 800 buah per bulan. Saat ini, carinya susah dan harganya selangit,” ujarnya.
Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Majalengka, Alimudin, mengatakan telah memantau dan melakukan tes uji cepat kepada delapan orang yang kontak erat dengan pria perawat berusia 24 tahun itu. ”Hasilnya, semuanya negatif,” katanya.
Pasien pulang
Selain seorang perawat, tiga pasien dalam pengawasan di RSD Gunung Jati juga terkonfirmasi positif Covid-19. Padahal, mereka sudah kembali ke rumah. Mereka diizinkan pulang karena secara klinis sudah baik.
”Berdasarkan rontgen tidak ada flek di paru-paru. Tidak demam, batuk, dan pilek. Dokter lalu meminta mereka rawat jalan sambil menunggu hasil tes swab,” kata Ismail.
Menurut dia, ketiga pasien yang datang dari luar kota itu saat ini menjalani isolasi mandiri. Pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Cirebon terkait perkembangan kondisi dua pasien dan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan terkait seorang pasien lain.
Di sisi lain, hasil tes yang lebih dari dua pekan itu memperpanjang penggunaan ruangan isolasi yang terbatas. Saat ini, 21 orang dirawat di ruangan isolasi RSD Gunung Jati. RS rujukan utama untuk pasien Covid-19 di Jabar bagian timur itu mampu menyediakan 29 tempat tidur tanpa tekanan udara negatif dan enam tempat tidur dengan tekanan udara negatif.
Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis mengatakan, lambannya pelaporan hasil tes dari menjadi kendala pihaknya memutus mata rantai penyebaran Covid-19. ”Kami berharap pemerintah pusat mengizinkan pemda melakukan tes swab. Kami siapkan anggaran untuk tes PCR. Namun, kami butuh panduan dari pusat,” katanya.
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI
Petugas menyiapkan kamar isolasi bagi pemudik yang berisiko terpapar Covid-19 di Balai Pendidikan dan Latihan Kependudukan dan Keluarga Berencana di Jalan Sudarsono Nomor 8, Kota Cirebon, Jawa Barat, Selasa (14/4/2020). Setidaknya terdapat tujuh ruangan yang mampu menampung tiga hingga tujuh orang per kamar.
Azis juga meminta pasien Covid-19 memaklumi kesiapan rumah sakit dalam penanganan penyakit tersebut. Pasalnya, perawat yang terinfeksi Covid-19 sempat merawat seorang pasien yang melepas masker dan marah-marah karena protes terkait pelayanan RS.
”Kami belum siap untuk tempat isolasi nyaman bagi pasien,” ujarnya.
Kadinkes Kota Cirebon Edy Sugiarto menambahkan, pihaknya tengah menyiapkan 30 kamar hotel selama 14 hari, termasuk pemenuhan kebutuhan makanannya bagi tenaga medis yang ingin menjalankan isolasi mandiri. ”Hari ini sudah kami siapkan,” ucapnya.
Hingga kini, tercatat empat kasus positif Covid-19 di Kota Cirebon dan salah satunya meninggal. Enam orang tercatat sebagai pasen dalam pengawasan (PDP) dan 26 orang dalam pemantauan (ODP) terkait Covid-19.