Meniran merupakan gulma, tapi oleh Loekas Soesanto dari Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, tanaman ini dijadikan minuman penjaga stamina. Meniran melengkapi khazanah warisan tanaman herbal Nusantara.
Oleh
Wilibrordus Megandika Wicaksono
·5 menit baca
Pada masa pandemi Covid-19, manusia berusaha keras meningkatkan imunitas tubuh, salah satunya dengan racikan herbal. Selain aneka empon-empon yang lazim, seperti temulawak dan jahe, meniran yang merupakan tanaman gulma di pekarangan ternyata juga menyimpan khasiat.
”Meniran ini gulma, tanaman yang tidak dikehendaki tumbuh di mana-mana dan sering dicabuti orang. Ini sudah diteliti banyak orang. Saya tinggal menggunakan, dampaknya bagus dan berkepanjangan,” kata Profesor Loekas Soesanto sembari meracik minuman dari bahan baku tanaman meniran (Phyllantus niruri), dipadu temulawak (Curcuma xanthoriza), di Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (14/4/2020).
Loekas yang juga Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, itu menyampaikan, manfaat meniran ini di antaranya meningkatkan imunitas tubuh, mengurangi masalah insomnia atau sulit tidur, dan alergi yang sulit sembuh.
”Saya dulu alergi udang. Saat makan udang, saya biduren atau gatal seluruh tubuh. Setelah minum meniran ini, sekarang saya tidak lagi alergi udang,” tutur ahli penyakit tanaman tersebut.
Meniran, lanjut Loekas, biasa tumbuh di tanah halus dan berpasir. Tanaman ini bisa hidup pula di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut. ”Tanaman ini disebut gulma karena menjadi pesaing bagi tanaman lain, seperti tanaman hortikultura, ada cabai, jagung, dan bayam,” paparnya.
Menurut Loekas, pada masa wabah Covid-19 ini, mengonsumsi air rebusan tanaman meniran dan temulawak sehari sekali bisa menjaga stamina tubuh. Racikan minuman fungsional itu sebulan terakhir telah dibagikan ke beberapa tenaga medis di Banyumas dan Purbalingga.
”Dokter dan tenaga medis itu berada di garis depan. Saya prihatin mendengar ada dokter yang gugur,” tuturnya.
Racikan minuman fungsional itu sebulan terakhir telah dibagikan ke beberapa tenaga medis di Banyumas dan Purbalingga.
Dalam buku Tumbuhan Berkhasiat untuk Kesehatan, sebuah petunjuk teknis yang diterbitkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Sumatera Utara 2017 (https://docplayer.info/69202402-Tumbuhan-berkhasiat-untuk-kesehatan.html), tanaman meniran mengandung senyawa flavonoid, lignin, dan tannin.
Selain itu, dalam buku yang ditulis oleh Imelada S Marpaun, Dorkas Parhusip, dan Lukas Sebayang ini, tanaman yang menyerupai putri malu tersebut berkhasiat sebagai antioksidan dan antineoplastik (antikanker), dapat menghambat aktivitas enzim polimerase DNA dari virus Epstein Bar (virus yang diduga sebagai penyebab kanker getah bening).
Di samping sebagai antikanker, meniran juga berkhasiat sebagai imunoterapi. Disebutkan pula, manfaat meniran dapat mengurangi sakit mag, batu ginjal, batu empedu, malaria, nyeri haid, menurunkan berat badan, jerawat, dan sakit gigi.
Sementara temulawak disebutkan mengandung minyak atsiri (kamfer, sikloisopren mirsen, p-toluilmetikarbinil) dan xantorizal. Temulawak berkhasiat sebagai antioksidan, anti-inflamasi, antispasmodic, antitumor, dapat menghambat perkembangan bakteri, dan menghilangkan rasa nyeri.
Manfaat meniran dapat mengurangi sakit mag, batu ginjal, batu empedu, malaria, nyeri haid, menurunkan berat badan, jerawat, dan sakit gigi.
Loekas menyampaikan, racikan meniran dan temulawak ini direbus menggunakan 1 liter air. Sebaiknya direbus dengan panci bahan stainless steel atau tanah liat. Tidak disarankan memakai panci aluminium.
”Untuk tanaman meniran setinggi 40-50 sentimeter dibutuhkan dua atau tiga tanaman saja. Kalau 20-25 sentimeter perlu empat tanaman. Dicuci dulu, lalu direbus air. Semuanya direbus mulai daun, batang, akar, hingga bijinya,” katanya.
Jika racikan tersebut terlalu pahit, kata Loekas, bisa ditambahkan jeruk nipis dan gula semut. Minuman tersebut bisa disimpan juga di dalam kulkas selama sebulan. Selain diberikan kepada para dokter dan tenaga medis, Loekas juga memberikannya kepada tetangga sekitar.
”Saya berharap minuman ini bisa diberikan juga kepada para pasien dan bisa sampai ke wisma atlet di Jakarta sana,” ujarnya.
Dihubungi secara terpisah, Rabu (15/4/2020), Wakil Ketua Tim Satgas Pandemi Covid-19 Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Ridlwan Kamaluddin menyampaikan, minuman fungsional karya Profesor Loekas telah didistribusikan ke sejumlah instansi.
”Tahap pertama sudah didistribusikan ke RS DKT, Puskesmas Purwokerto Timur, Klinik IDI, Puskesmas Kembaran I, dan BPBD Banyumas. Per instansi lebih kurang 25 botol,” kata Ridlwan.
Ridlwan mengatakan, selain minuman fungsional ini, tim satgas juga mendistribusikan bantuan alat pelindung diri bagi tenaga medis. ”Tujuannya untuk meningkatkan kekebalan tubuh, khususnya kepada teman-teman di klinik dan rumah sakit. Mereka berinteraksi dan punya risiko tinggi. Ini bantuan dari Unsoed,” tuturnya.
Meski demikian, Ketua Ikatan Dokter Indonesia Cabang Banyumas Noegroho Harbani menyampaikan, ramuan herbal tidak bisa serta-merta diresepkan oleh dokter kepada para pasiennya. Dokter harus memakai evidence base medicine dan penelitian RCT atau randomized controlled trial (uji acak terkendali atau uji acak terkontrol).
”Obat kalau mau diberikan dokter kepada pasien harus melalui penelitian RCT. Kalau hanya testimoni dan empiris atau pengalaman tidak boleh diberikan kepada pasien oleh dokter,” kata Noegroho yang juga Wakil Direktur Umum RSUD Banyumas.
Noegroho juga menyampaikan, jika suatu obat dikatakan baik untuk stamina juga harus ada alat ukur dan pembandingnya yang jelas. ”Standar kami (para dokter) harus ada pembanding. Orang stamina bagus, apa indikatornya. Kalau kami di medis, stamina itu oksigen berapa persen yang diikat Hb, setelah lari nadinya berapa, pakai treadmill sekian menit kecepatan sekian, detak jantungnya berubah atau tidak,” tuturnya.
Bagaimanapun, produk herbal memang bukan obat. Namun, sebagai suplemen penambah asupan ke tubuh, tanaman herbal layak dicoba, terlebih karena bukan bahan kimia sehingga minim efek samping. Sebab, di masa pandemi, daya tahan tubuh salah satu yang penting untuk menjauhkan diri dari penularan Covid-19.