Cegah Kolaps, Pelaku UMKM di Karawang Mulai Beralih Usaha
Sejumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, terpaksa beralih bisnis akibat dampak pandemi Covid-19. Hal ini dilakukan untuk tetap bertahan di tengah anjloknya omzet usaha.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Sejumlah pelaku usaha mikro, kecil, menengah atau UMKM di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, beralih bisnis akibat terdampak pandemi Covid-19. Hal itu dilakukan agar tetap bertahan menyusul anjloknya omzet usaha.
Maryorita (52), pemilik usaha Effrita Craft, mengatakan, tiga pekan terakhir tidak lagi memproduksi tas dan kerajinan dari bahan eceng gondok. Hal itu karena sepinya pesanan dari para pelanggan. Biasanya, banyak penyelenggara seminar memesan tas barang atau goodie bag. Pesanan terakhir terjadi awal Januari silam.
Dari usaha itu, ia bisa meraup omzet hingga Rp 30 juta per bulan, dengan keuntungan bersih sekitar 30 persen. Namun, dalam situasi sekarang, tak mudah untuk bertahan dengan usaha tersebut. ”Sekarang, jarang ada yang mau membeli barang kerajinan, tas, dan tempat tisu. Kebutuhan lain yang jauh lebih penting adalah makanan,” kata Rita.
Untuk tetap bertahan, mulai awal April, ia memutuskan untuk beralih usaha dengan berjualan masker dan lauk kering. Rita melihat peluang masker kain begitu cemerlang di pasaran. Terlebih ia tak perlu mengeluarkan modal besar karena mesin jahit dan kain perca tersedia cukup banyak di bengkel kreasinya.
Hingga kini, 50 lusin masker kain dijual dengan harga Rp 50.000 per lusin. Hasil penjualannya berkisar Rp 300.000-Rp 500.000 per hari. Tak berhenti di situ, ia juga membuat lauk kering untuk persiapan puasa dan menjualnya ke tetangga sekitar.
”Lauk kering lebih murah modalnya dibandingkan berjualan produk makanan beku (frozen food). Kami tidak perlu menyediakan freezer besar dan biaya listrik tidak banyak,” ucap Rita.
Selagi masih ada modal yang bisa diputar, kita harus jeli melihat peluang.
Langkah serupa dilakukan oleh Nita Damayanti (31), pemilik usaha kembang goyang. Pada kondisi normal, ia rutin menitipkan 260 pak produknya ke toko ritel dan swalayan di wilayah Karawang, Jakarta, dan Bandung. Sudah beberapa pekan terakhir, ia terpaksa menghentikan produksi karena permintaan sepi.
Ia pun beralih menjual mukena bermotif batik dengan bahan rayon premium. Berjualan mukena secara daring diyakininya membawa berkah karena banyak warga yang mencarinya menjelang awal puasa.
”Alhamdulillah, 50 mukena sudah terjual. Selagi masih ada modal yang bisa diputar, kita harus jeli melihat peluang,” ucapnya.
Meski demikian, tak sedikit pula pelaku usaha yang harus memberhentikan pekerjanya. Muchtar Yusuf (48), pemilik usaha tas dan jaket Banstar di Karawang, misalnya, terpaksa merumahkan enam dari delapan pekerja karena sudah tidak memproduksi tas lagi. Kondisi ini dinilainya paling sulit sepanjang dirinya berwirausaha sejak 2003.
”Ini jadi beban bagi saya. Saya tidak enak hati kepada mereka karena saya harus memberhentikan sementara,” ucapnya lirih.
Muchtar pun akhirnya beralih memproduksi masker kain dengan mempertahankan dua pekerja. Hingga kini, ia telah memproduksi 1.400 kodi masker kain dan dikirim ke sejumlah daerah di Jawa Barat.
Terdampaknya pelaku usaha di tengah pandemi ini mendapat perhatian dari pemerintah provinsi. Mereka bakal mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah dalam bentuk uang dan sembako totalnya senilai Rp 500.000, terdiri dari Rp 150.000 berupa uang tunai dan Rp 350.000 dalam bentuk sembako.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Karawang Ahmad Suroto mengatakan, jumlah pedagang dan industri kecil menengah di Karawang ada 250 usaha dan 2.700 pedagang nonformal. Angka tersebut diprediksinya belum mendata total jumlah riil di lapangan.
Mereka bakal mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah dalam bentuk uang dan sembako totalnya senilai Rp 500.000, terdiri dari Rp 150.000 berupa uang tunai dan Rp 350.000 dalam bentuk sembako.
Data tersebut telah dilaporkan kepada dinas sosial kabupaten. Saat ini pihaknya tengah menunggu hasil verifikasi dari provinsi. Menurut Ahmad, bantuan ini diharapkan dapat membantu kesulitan ekonomi pelaku usaha kecil dan menengah.