Tanah Longsor, Akses Padang-Solok Selatan Terputus
Tanah longsor memicu amblesnya jalan nasional yang menghubungkan Padang-Solok Selatan, di Jorong Cubadak, Nagari Air Dingin, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
SOLOK, KOMPAS — Tanah longsor memicu amblesnya jalan nasional yang menghubungkan Kota Padang dengan Kabupaten Solok Selatan di Jorong Cubadak, Nagari Air Dingin, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Titik longsor berada sekitar 70 kilometer dari Kota Padang atau sekitar 84 kilometer dari Solok Selatan. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, tetapi jalan terputus berjam-jam.
Darmis (69), warga Jorong Cubadak, mengatakan, tanah longsor terjadi pada Sabtu (18/4/2020) sekitar pukul 21.00. Tanah longsor bersumber dari lereng perbukitan di samping jalan.
”Sabtu pagi, tanah lereng mulai rengkah. Sorenya, tanah mulai bergeser ke bawah. Sekitar pukul 21.00, terjadi tanah longsor dan membuat jalan ambles,” kata Darmis yang menyaksikan langsung kejadian itu.
Menurut Darmis, tanah lereng itu tergolong labil. Kondisi tersebut diperparah dengan hujan deras tiga hari berturut-turut pada Rabu-Jumat (15-17/4/2020) yang memicu aliran air dari arah bukit deras dan tanah semakin labil. Akhirnya, tanah tidak kuat menahan beban sehingga terjadi longsor.
Pantauan Kompas di lapangan, Minggu siang hingga sore, jalan terputus sekitar 40 meter. Seluruh badan jalan ambles terseret ke jurang. Material longsor berupa lumpur, kerikil, dan batu perlahan terseret aliran air yang merembes dari arah bukit. Di bukit, terdapat areal pertambangan kerikil dan batu
(koral).
Dua ekskavator dikerahkan untuk membersihkan material dan membuat jalan alternatif. Ekskavator menggali lereng yang masih tersisa dan memadatkan tanah untuk membuat jalan darurat. Puluhan penumpang angkutan dan kendaraan pribadi menunggu di sekitar lokasi karena tidak dapat melintas.
Baca juga: Jalan Tol Trans-Jawa Relatif Lengang Saat Pandemi
Susrianto (38), warga Solok Selatan yang baru kembali dari Jakarta, mengaku terjebak di lokasi sejak Minggu pukul 10.00. Angkutan umum yang ia tumpangi dari Padang tidak dapat melintas. Adapun jika lewat jalan lain tidak memungkinkan karena jauh, harus memutar ke kabupaten lain, seperti ke Dharmasraya atau Pesisir Selatan.
Sudah empat jam saya menunggu, belum juga bisa lewat.
”Sudah empat jam saya menunggu, belum juga bisa lewat. Mudah-mudahan jalan darurat segera selesai sehingga bisa melanjutkan perjalanan ke rumah,” kata Susrianto.
Curah hujan
Kepala BPBD Kabupaten Solok Armen mengatakan, secara umum, tanah longsor terjadi akibat curah hujan tinggi beberapa hari sebelum kejadian. Hal itu memicu turunnya tanah di lereng bukit yang kondisinya memang labil.
”Secara kasatmata, itu penyebabnya. Cuma, apakah ada faktor aktivitas tambang atau tidak kami belum dapat menyimpulkan. Perlu dilakukan kajian atau investigasi lapangan terlebih dahulu,” kata Armen.
Terkait legalitas aktivitas tambang tersebut, Armen enggan menjawab. Begitu pula ketika ditanya siapa pemilik tambang, apakah warga atau perusahaan. Adapun Darmis sebelumnya menyebut aktivitas tambang dikelola warga.
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional III Padang Aidil Fiqri mengatakan, petugas sedang membersihkan material longsor dan membuat jalan darurat. Balai mengupayakan jalan darurat bisa dilewati kendaraan hari ini.
Balai mengupayakan jalan darurat bisa dilewati kendaraan hari ini.
Aidil melanjutkan, untuk pembangunan jalan permanen, balai akan melakukan kajian agar kejadian serupa tidak terulang. Secara kasatmata, Aidil menduga tanah longsor yang memicu jalan ambles ada kaitannya dengan aktivitas tambang di perbukitan.
Baca juga: Sembilan Petambang Emas Tewas Tertimbun di Solok Selatan
”Dari pengamatan sepintas, kami menduga aktivitas pertambangan di atas yang merusak lereng sehingga terjadi longsor. Memang belum bisa disimpulkan disebabkan aktivitas tambang, tapi ada dugaan ke sana,” kata Aidil.
Menurut Aidil, sepanjang jalan nasional di Kabupaten Solok dan Solok Selatan itu banyak ditemukan aktivitas tambang kerikil dan batu di lereng bukit samping jalan. Material dari aktivitas tambang tersebut jatuh ke saluran air ataupun badan jalan.
Dari pengamatan Kompas, beberapa kilometer sebelum lokasi tanah longsor dari arah Kota Padang, memang banyak aktivitas tambang kerikil dan batu di lereng perbukitan dekat jalan. Di sejumlah titik jalan, material tambang menutupi badan jalan.
Saluran air di pinggir jalan juga banyak yang tersumbat. Air dari atas bukit mengalir ke badan jalan menuju lembah. Di beberapa titik, badan jalan ada yang retak dan turun.
Saluran air yang tersumbat, kata Aidil, membuat air hujan dari arah bukit mengalir ke badan jalan. Kondisi itu membuat jalan mudah ambles saat terjadi longsor. ”Kami akan melaporkan persoalan ini kepada bupati. Masalah ini sudah kami amati sejak lama,” ujar Aidil.