Pandemi Covid-19 menuntut orang kreatif berkarya dari rumah. Romo Agustinus Handi S Pr dari Gombong, Kebumen, menggelar wayang wahyu yang kisahnya diambil dari Alkitab untuk meneguhkan iman umat di masa pandemi.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·5 menit baca
Pesan kebaikan di masa pandemi terus digelorakan. Saat pembatasan sosial menutup sekat perjumpaan fisik, media sosial jadi pilihan. Termasuk Romo Agustinus Handi Setyanto Pr, imam Katolik dari Gombong, Jawa Tengah, yang memainkan pentas wayang wahyu secara daring melalui kanal Instagram.
Dalam cerita, terkisahlah Abot, seorang pengemis lumpuh. Dia sehari-hari tidur berbaring. Untuk pergi ke suatu tempat, dia mengandalkan uluran bantuan kedua temannya, Abit dan Abiah. Meski sesekali mereka mencibir si lumpuh karena bau dan tidak bisa apa-apa selain mengemis, keduanya tetap bersedia menggendong si lumpuh ke gerbang indah Bait Allah. Di depan gerbang itulah, Abot biasa mengemis.
”Aku hanyalah seorang pengemis. Oh Tuhan, aku mengemis seperti ini karena terpaksa. Aku diciptakan lumpuh sejak lahir sehingga kesulitan mencari nafkah. Lagipula, aku ini miskin,” keluh Abot sambil menangis.
Setibanya di tempat Abot biasa mengemis, kedua rekannya meninggalkannya untuk mengurus keperluan masing-masing. Ada yang bekerja dan ada juga yang berbelanja. Kepada orang-orang yang lalu lalang, Abot meminta-minta. Hingga tiba saatnya Rasul Petrus dan Rasul Yohanes datang menghampiri Abot.
Rasul Petrus mengatakan, dia tidak memiliki harta benda. Namun, atas kuasa dari Tuhan Yesus, Petrus menyembuhkan Abot. ”Demi nama Yesus Kristus orang Nazareth, kamu berjalanlah,” kata Petrus.
Abot pun terkejut, girang bercampur heran. Perlahan-lahan kakinya mulai kuat dan dia bisa berdiri lalu berjalan. Abot penuh sukacita dan memuji nama Tuhan. ”Oh, kakiku jadi kuat seperti ini. Aku bisa berjalan. Puji Tuhan, terima kasih Tuhan,” tutur Abot. Ia pun kemudian bersaksi kepada kedua rekannya, Abiah dan Abit, yang juga keheranan melihat mukzijat itu.
Itulah kisah Alkitab yang sedang diperbincangkan oleh Kang Aman dan Kang Amin, dua orang di masa kini yang diceritakan dalam wayang sedang membicarakan mukjizat di masa pandemi Covid-19 akibat virus korona baru. Kisah yang dibicarakan Aman dan Amin itu terinspirasi dari firman di Alkitab, yaitu Kisah Para Rasul Bab 3, Ayat 1-10.
Mereka berbincang tentang mukzijat masa kini terlebih dalam situasi pandemi Covid-19. ”Jika Yesus bisa melakukan mukzijat, mbok aku minta mukzijat supaya wabah korona bisa berakhir sekarang juga,” kata Amin.
Menanggapi itu, Aman berucap, menurut dia, jangan pernah memandang mukzijat itu sebagai tujuan. Mukzijat itu hanyalah cara. ”Tujuannya, pertama, supaya nama Tuhan semakin dimuliakan. Kedua, supaya iman semakin dipertebal. Sebenarnya kita tidak harus mengalami mukzijat jika memang nama Tuhan sungguh dimuliakan dan iman kita memang bisa diandalkan,” tutur Aman.
Mukzijat-mukzijat yang besar itu bukanlah mukzijat lahiriah seperti yang dibuat Rasul Petrus dan Yohanes. Mukzijat yang besar pertama-tama adalah kesembuhan batin.
Kang Aman melanjutkan, mukzijat-mukzijat yang besar itu bukanlah mukzijat lahiriah seperti yang dibuat Rasul Petrus dan Yohanes. Mukzijat yang besar pertama-tama adalah kesembuhan batin.
”Saat hati kita dipenuhi Roh Kudus. Di situlah kita semakin percaya akan kehadiran Yesus dalam diri kita dan, satu lagi, kalau kita percaya, mukzijat itu ada, nyata. Ingat, diberi atau tidak, Tuhanlah yang menentukan, bukan kita,” tutur Aman.
Terkait wabah ini, lanjut Aman, mukzijat masa kini bisa terjadi kalau manusianya juga mengupayakan dengan baik. ”Contohnya kita bisa saling membantu. Khususnya untuk virus korona yang saat ini mewabah. Mukjizat akan terjadi kalau masing-masing kita itu mempunyai kesabaran hati,” tuturnya.
Artinya, batin harus disembuhkan sehingga setiap orang bisa menjaga diri untuk memutus mata rantai penyebaran virus itu. ”Caranya, tinggallah di rumah. Jaga hati. Jaga diri,” ujar Aman.
Mukjizat akan terjadi kalau masing-masing kita itu mempunyai kesabaran hati.
Kang Aman dan Kang Amin menjadi tokoh utama dalam wayang wahyu malam itu. Adapun wayang wahyu merupakan pertujukan wayang yang kisahnya diambil dari firman Tuhan di Alkitab. Romo Handi yang juga seorang dalang memberi tajuk pementasan pada Kamis malam itu ”Un Miracolo”, sebuah mukzijat.
Kisah ini disampaikan untuk meneguhkan iman umat Katolik dalam menghadapi pandemi Covid-19. Pertunjukan wayang yang digelar dari Gereja Katolik Santo Mikael, Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, itu berlangsung pada Kamis (17/4/2020) malam. Sedikitnya 40 orang menonton melalui akun Instagram @flobramahendra milik Pastor Florianus Bram Mahendra Siagian Pr, rekan berkarya Pastor Handi.
Setelah pertunjukan wayang wahyu, Romo Handi pun tampil serta menyampaikan beberapa pesan. Ia berpesan semoga muatan dalam wayang wahyu ini bisa menjadi permenungan semua penonton. Ia berharap semua orang sungguh-sungguh semakin diberi ketangguhan dan kesehatan.
”Jangan lupa bantu sesama kita. Saya sudah memberi contoh (pakai masker), jangan lupa pakai masker. Jangan lupa melakukan physical distancing karena ini sangat penting untuk menjaga kesehatan kita dan kesehatan masyarakat. Terima kasih. Berkah Dalem,” tutur Handi.
Sejumlah orang yang menonton melalui akun pribadinya masing-masing memberikan apresiasi, seperti mengirimkan emoticon bentuk hati dan tanda jari jempol. Akun @fransisca.asti77, misalnya, mengucapkan terima kasih dengan menuliskan, ”Terima kasih, Rm Handi. Berkah Dalem.”
Carolin Atin Soelistianing Widi (41) yang juga menonton wayang wahyu tersebut mengaku penasaran dengan isi cerita, tokoh siapakah dari Alkitab yang dijadikan lakon. ”Judulnya enggak biasa, asing di telinga. Selain itu, juga bisa menjadi hiburan karena sudah sebulan tinggal di rumah,” kata Atin.
Atin menyampaikan, pelajaran yang didapat dari pertunjukan wayang wahyu itu adalah dengan hati yang dipenuhi Roh Kudus dapat membuat umat percaya bahwa semua yang terjadi dalam hidup adalah sebuah mukzijat.
”Semoga semua segera kembali seperti sedia kala. Saya merindukan aktivitas sehari-hari,” kata Atin yang sehari-hari bekerja sebagai guru.
Wayang wahyu yang ditampilkan Romo Handi mencoba menerjemahkan kata-kata Paus Fransiskus dalam pesan kepada dunia atau Urbi et Orbi (Untuk Kota dan Dunia) dari balkon Basilika Santo Petrus seusai misa Minggu Paskah di Vatikan. ”Jangan takut, jangan menyerah pada ketakutan: ini adalah pesan harapan. Ini ditujukan kepada kita hari ini.” Keteguhan hati untuk bersabar sambil terus saling membantu sesama di masa sulit menjadi salah satu kunci melewati pandemi.