Sultra Harus Waspadai Bencana Alam di Tengah Pandemi
Ancaman bencana hidromoteorologi di Sulawesi Tenggara cukup tinggi seiring curah hujan yang meningkat. Persiapan matang dibutuhkan terlebih di tengah pandemi seperti saat ini.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Ancaman bencana hidromoteorologi di Sulawesi Tenggara terbilang tinggi seiring turunnya hujan dengan curah tinggi di sejumlah wilayah. Persiapan matang dibutuhkan, apalagi potensi bencana bisa terjadi di tengah pandemi seperti sekarang.
Hujan deras dengan intensitas rendah hingga tinggi mulai sering terjadi, baik itu di Kendari, Konawe, hingga Kolaka. Catatan Stasiun Meteorologi Maritim Kendari, pola curah hujan kali ini berbeda dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019.
”Sebelumnya, intensitasnya lama dengan curah hujan sedang. Sekarang tiba-tiba hujan sangat deras, meski dengan intensitas rendah hingga sedang. Hal ini terjadi karena pengaruh cuaca lokal di daerah tersebut dan mulai masuknya puncak musim hujan,” kata Ramlan, Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Kendari, Rabu (15/4/2020), di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Menurut Ramlan, peningkatan curah hujan yang terjadi beberapa pekan terakhir memang cukup tinggi, tetapi belum dikategorikan hujan esktrem. Hanya saja, ketika dilihat dalam periode jam, curah hujan telah mencapai 50 milimeter atau masuk dalam kategori ekstrem.
Perubahan cuaca yang terjadi, kata Ramlan, masih dipengaruhi oleh faktor lokal, seperti penguapan, dan kelembaban. Pengaruh cuaca dari luar belum terdeteksi. Namun, pengaruh cuaca dari ekuator mesti diwaspadai karena bisa memicu perubahan cuaca menjadi ekstrem.
Sejumlah wilayah di daratan Sultra, ucap Ramlan, memang mulai memasuki puncak musim hujan. Kendari, Konawe Selatan, hingga Bombana, diperkirakan akan memasuki puncak hujan di akhir April. Sementara itu, di daerah utara, seperti Konawe, Konawe Utara, hingga Kolaka, akan memasuki puncak musim hujan pada bulan Mei.
”Sebagian besar wilayah di utara sedang menuju puncak musim hujan. Daerah-daerah ini mesti waspada utamanya ketika terjadi hujan di hulu dan lereng. Karena dalam kondisi sekarang, ancaman bencana hidrometeorologi cukup tinggi. Jika hujan dalam intensitas tinggi turun dalam sekali waktu di hulu, akan terjadi banjir bandang,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Ramlan menuturkan, daerah-daerah di utara Sulawesi Tenggara sebaiknya waspada dan mempersiapkan diri mulai dari sekarang. Sebab, cuaca tiba-tiba berubah dalam sehari, dan tidak bisa diprediksi.
Wilayah utara Sultra kerap menjadi langganan banjir tinggi. Pada Mei hingga Juli 2019, banjir merendam sedikitnya lima kabupaten dan kota, yang membuat puluhan ribu keluarga terdampak.
Di wilayah Konawe Utara, banjir bandang terjadi dan memorak-porandakan wilayah, khususnya di pinggiran sungai. Ratusan rumah hanyut tersapu air bah yang datang tiba-tiba karena hujan dengan curah besar di hulu. Di Konawe, banjir merendam wilayah selama lebih dari satu bulan.
Kewaspadaan tinggi memang perlu ditingkatkan di tengah kondisi cuaca seperti sekarang. Terlebih lagi, ketika wabah Covid-19 terus merebak.
Sebagian besar wilayah di utara sedang menuju puncak musim hujan. Daerah-daerah ini mesti waspada utamanya ketika terjadi hujan di hulu dan lereng
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sultra dr La Ode Rabiul Awal menyampaikan, upaya menghadapi pandemi memang akan semakin berat dengan kondisi ancaman cuaca seperti sekarang. Wilayah Sultra telah memiliki pengalaman erat dengan banjir, di periode bulan sekarang ini.
”Jadi, tugas kita semua bertambah berat. Hal ini seharusnya telah dikoordinasikan di tingkat yang lebih teknis. Yang jelasnya, kami berharap kita semua saling bahu-membahu menanggulangi penyebaran Covid-19, sambil bersiap untuk kemungkinan terburuk,” ujarnya.
Pasien positif bertambah
Hingga Rabu sore, pasien positif Covid-19 terus bertambah. Jumlah pasien positif mencapai 24 orang. Sebanyak empat orang telah dinyatakan sembuh dan satu orang meninggal. Pasien ini berasal dari empat daerah, yaitu Konawe, Kolaka, Kolaka Utara, dan Kota Kendari. Kota Kendari menjadi daerah yang paling tinggi penyebarannya dengan jumlah 19 orang positif.
Menurut Rabiul, berdasarkan hasil laboratorium diperoleh penambahan delapan pasien positif baru di wilayah Sultra. Tujuh orang merupakan pasien dalam satu kluster yang baru saja pulang pendidikan di Sukabumi (Jawa Barat), sementara satu orang berkaitan erat dengan pasien sebelumnya.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kendari dr Al Gazali mengatakan, sebanyak enam orang ini dirawat di rumah sakit berbeda, yaitu lima orang di RS Bhayangkara dan satu orang di RS Bahteramas Kendari.
”Untuk yang lima orang itu baru pulang mengikuti pendidikan dari Sukabumi, dan belum melakukan kontak dengan orang lain. Setelah tiba langsung diisolasi, dan dilakukan tes usap pada 10 April lalu. Hari Ini keluar hasilnya dan dinyatakan positif,” ujarnya.