Industri sawit menopang ekonomi di tengah pandemi Covid-19. Ekspor sawit tidak terganggu karena penurunan permintaan pasar dunia tidak signifikan. Pembatasan sosial di kebun dan pabrik pun tetap dilakukan.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Industri sawit menopang ekonomi Sumatera Utara di tengah pandemi Covid-19. Ekspor minyak sawit tidak terganggu karena penurunan permintaan di pasar dunia tidak signifikan. Pembatasan sosial yang ketat juga tetap dapat diterapkan di perkebunan ataupun pabrik sawit.
”Perusahaan sawit menerapkan protokol kesehatan yang ketat agar pandemi Covid-19 tidak sampai masuk ke kawasan perkebunan dan pabrik sawit. Industri sawit merupakan tulang punggung ekonomi di Sumut,” kata Sekretaris Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut Timbas Prasad Ginting, di Medan, Rabu (15/4/2020).
Timbas mengatakan, di Sumut terdapat 1,8 juta hektar kebun sawit dengan 162 pabrik. Industri sawit di Sumut pun menyerap lebih dari 560.000 tenaga kerja. Menurut Timbas, hingga saat ini tidak ada karyawan di perkebunan ataupun di pabrik yang dirumahkan atau diberhentikan.
Petani sawit pun tetap bisa menjual tandan buah segar (TBS) sawit ke pabrik sehingga ekonomi di desa sentra sawit tetap bergerak. Timbas mengatakan, kebun sawit dan desa di sekitarnya kini dijaga ketat. Hanya karyawan dan penduduk di kebun yang diizinkan masuk ke perkebunan sawit. Karyawan juga diminta untuk tidak keluar dari kawasan perkebunan.
”Karyawan yang mempunyai kebutuhan mendesak diizinkan keluar perkebunan dengan membuat laporan rencana dan riwayat perjalanan di luar kebun,” kata Timbas.
Presiden Direktur PT Paya Pinang Group Kacuk Sumarto mengatakan, penurunan ekspor minyak sawit dari Indonesia memang terjadi karena beberapa negara tujuan ekspor masih melakukan penutupan atau lockdown, seperti China dan Eropa. ”Namun, beberapa negara tetap membuka pintu masuk logistik, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan India,” ucapnya.
Kacuk mengatakan, permintaan minyak sawit dari Indonesia pun meningkat karena Malaysia sebagai salah satu produsen besar saat ini masih melakukan penutupan. Harga minyak sawit di pasar internasional juga masih stabil.
Permintaan minyak sawit dari Indonesia pun meningkat karena Malaysia sebagai salah satu produsen besar saat ini masih melakukan penutupan.
Timbas mengatakan, Gapki Sumut juga memberikan bantuan logistik ke rumah sakit di 14 kabupaten/kota sentra sawit di Sumut. Perusahaan sawit juga menyalurkan bantuan sosial berupa bahan pokok kepada masyarakat di sekitar perusahaan.
Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengatakan, pemerintah akan segera menyalurkan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) agar bisa menolong masyarakat di tengah merosotnya ekonomi akibat pandemi Covid-19. Di Sumut, sebanyak 408.321 keluarga akan menerima bantuan PKH.
Pemprov Sumut dan pemerintah kabupaten/kota juga akan memberikan bantuan sosial dan jaring pengaman sosial untuk menolong masyarakat yang kehilangan pendapatan atau berhenti bekerja akibat pandemi.
Untuk meningkatkan penanganan Covid-19, kata Edy, Pemprov Sumut akan menyalurkan 100 paket alat pelindung diri bagi tiap rumah sakit rujukan, 50 paket untuk tiap kabupaten/kota, dan lima paket untuk tiap puskesmas di Sumut. ”Kami juga telah memesan 56.000 alat tes cepat dan 100.000 masker N95,” kata Edy.
Menurut data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumut, jumlah pasien positif di Sumut kini mencapai 102 orang, sembilan di antaranya meninggal dan 12 telah sembuh. Sementara pasien dalam pengawasan yang dirawat di rumah sakit mencapai 129 orang.