Universitas Tanjungpura Memproduksi Pelindung Wajah untuk Tenaga Medis
Sejumlah dosen dan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat, memproduksi alat pelindung diri untuk tenaga medis.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Pandemi Covid-19 belum ada tanda-tanda berakhir. Para tenaga medis pun masih terus memerlukan alat pelindung diri atau APD. Sejumlah dosen dan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat, merespons hal itu dengan memproduksi pelindung wajah dan kotak aerosol bagi tenaga medis.
Rektor Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak Garuda Wiko, Selasa (14/4/2020), menuturkan, produksi APD dilakukan sejak pertengahan Maret. Produksi dimulai saat Indonesia dinyatakan darurat Covid-19.
”Fakultas Teknik Untan memberikan respons terhadap situasi yang terjadi. Fakultas Teknik Untan juga memiliki kemampuan yang baik untuk memproduksi APD,” ujarnya.
Pelindung wajah itu sudah dipergunakan di berbagai rumah sakit. Bahkan, rumah sakit di Jakarta juga ada yang sudah menggunakannya. Produksinya melibatkan mahasiswa dengan bimbingan para dosen. Namun, jumlah mahasiswa dan dosen yang memproduksi disesuaikan dengan situasi saat ini agar tidak menumpuk.
Gubernur Kalbar Sutarmidji juga sudah mengunjungi Fakultas Teknik Untan pada Senin (13/4) untuk melihat hasil produksi APD tersebut. Gubernur memberikan perhatian dan bantuan finansial untuk memproduksinya.
Gubernur berpesan, distribusi APD dilakukan satu pintu di Provinsi Kalbar agar tepat sasaran sesuai kebutuhan di daerah. Sepanjang kebutuhan terhadap APD ada, Fakultas Teknik Untan bersedia terus memproduksinya.
Dekan Fakultas Teknik Untan Rustamaji menuturkan, APD yang diproduksi ada dua macam, yakni pelindung wajah (face shields) dan kotak aerosol (aerosol box). Sejauh ini, total 820 pelindung wajah yang sudah diproduksi dan 15 kotak aerosol.
Pelindung wajah berfungsi agar wajah petugas medis terlindung dari percikan saat berada di lingkungan berisiko. Pelindung wajah yang diproduksi ada dua tipe, yakni yang menggunakan pengencang (fastener) seperti helm proyek dan yang menggunakan tali karet.
”Kemampuan produksi saat ini 10 buah per hari per tipe. Tipe tali karet akan diupayakan diproduksi 20 buah per hari dengan memanfaatkan mesin pemotong persisi otomatis,” ujar Rustamaji.
Pelindung wajah sudah didistribusikan ke Rumah Sakit Untan dan Klinik Pratama Untan. Selain itu, ke rumah sakit dan klinik kesehatan di Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Kota Singkawang, Kabupaten Bengkayang, dan Jakarta.
Kami ingin berbuat yang secara kompetensi kami bisa lakukan untuk mempercepat pengadaan barang APD.
Sementara kotak aerosol diproduksi untuk tindakan intubasi pasien, khususnya oleh dokter anestesi. Fungsinya melindungi tenaga medis dari percikan cairan yang berasal dari pasien saat dilakukan intubasi. Produksi kotak aerosol berkisar 25-30 kotak per hari. Distribusinya ke RS Untan, RS di Bengkayang, dan RS di Kabupaten Sintang.
”Kami ingin berbuat yang secara kompetensi kami bisa lakukan untuk mempercepat pengadaan barang APD. Kemudian, memproduksi sesuatu yang tidak begitu rumit sehingga ketika diproduksi, barang tersebut fungsional, dan ternyata kami bisa. Kami tidak menjual, kami ada dana dari universitas untuk membantu produksi,” papar Rustamaji.
Laboratorium di Jurusan Teknik Industri Untan juga sudah merancang alat untuk memproduksi hand sanitizer atau cairan pembersih tangan. Sekali siklus produksi, hasilnya bisa 100 liter. Dalam sehari dapat dilakukan 10 siklus produksi sehingga potensi hasilnya mencapai 1.000 liter dengan catatan bahan baku mencukupi.
Sementara itu, Sutarmidji menuturkan, laboratorium Fakultas Teknik Untan sudah banyak memproduksi kelengkapan APD untuk tenaga medis dan sudah didistribusikan.
”Saya minta mereka terus berinovasi agar bisa melindungi tenaga medis dan membuat pasien nyaman,” kata Sutarmidji.
Rata-rata stok APD di rumah sakit-rumah sakit di Kalbar bisa bertahan 10-20 hari. Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar juga mempunyai cadangan. Kebutuhan se-Kalbar untuk menangai kondisi seperti sekarang ini, baik di rumah sakit maupun puskesmas dan kegiatan lainnya, memerlukan sekitar 750 set APD per hari.
”Stok semakin menipis dan menjadi salah satu yang dikeluhkan tenaga medis. Hampir setiap negara memerlukan APD. Adanya APD buatan lokal bisa mengurangi ketergantungan impor APD,” ujar Sutarmidji.
Pemerintah Provinsi Kalbar juga akan mendapatkan pasokan 9.000 set APD pada Selasa (14/4) ini. Itu merupakan pengadaan Pemerintah Provinsi Kalbar yang dipesan ke produsen.