Padat Karya dan Bansos, Daya Desa Menepis Jatuhnya Ekonomi Warga
program padat karya Desa Windusari, Kabupaten Magelang, jadi contoh ikhtiar desa menekan dampak ekonomi bagi warganya di masa pandemi. Selama pembatasan sosial, lapisan masyarakat terbawah dan marginal paling terdampak.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·4 menit baca
Demi mengantisipasi berlanjutnya dampak pandemi pada kehidupan ekonomi warganya, Desa Windusari, di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah menggelar program padat karya. Program ini menyasar mereka yang ekonominya paling terdampak di tengah pandemi Covid-19.
Koordinator Posko Induk Covid-19 sekaligus perangkat Desa Windusari, Kecamatan Windusari, Bety Kurniawati, mengatakan, kegiatan padat karya yang dilaksanakan saat ini yakni pemantauan di posko Covid-19 serta penyemprotan disinfektan. Peserta kegiatan padat karya ini, diatur ketat sehingga benar-benar hanya diikuti oleh mereka yang membutuhkan pemasukan.
“Yang kami libatkan dalam program padat karya antara lain mereka yang menjadi korban PHK, tukang ojek online yang kini kehilangan banyak pelanggan, dan buruh bangunan yang kini tidak lagi bekerja karena proyek pembangunan dihentikan,” ujarnya, Senin (13/4/2020).
Selain terbatas bagi warga yang terdampak Covid-19, menurut Bety, keterlibatan warga pun diatur ketat dengan sistem bergiliran. Dengan begitu, program ini bisa melibatkan dan menjangkau kehidupan banyak orang.
Untuk kegiatan padat karya berjaga di posko Covid-19, setiap tenaga yang terlibat mendapatkan honor Rp 60.000 per hari ditambah dengan satu kali makan siang.
Posko Covid-19 di setiap dusun sudah berjalan selama 14 hari. Dalam satu hari ditugaskan dua personel, yang akan berjaga mulai pukul 08.00-16.00. Namun, karena belum terlalu mendesak, maka posko dihentikan dan saat ini yang didirikan hanyalah posko induk Desa Windusari.
Untuk kegiatan padat karya berjaga di posko Covid-19, setiap tenaga yang terlibat mendapatkan honor Rp 60.000 per hari ditambah dengan satu kali makan siang.
Adapun, di posko induk Desa Windusari, tugas penjagaan posko diatur dalam tiga jadwal jaga. Satu kali giliran ditempatkan dua orang yang bertugas. Mulai, Minggu (12/4/2020), personel di posko Covid-19 ini akan terus berjaga selama 24 jam.
Personel di Posko Covid-19 tersebut bertugas berjaga memantau kedatangan serta memeriksa kesehatan pengunjung, terutama pemudik, yang datang ke desa. Mereka juga harus siaga memberikan edukasi tentang isolasi mandiri 14 hari kepada pemudik berikut keluarganya.
Khusus untuk kegiatan penyemprotan, semula direncanakan bahwa dalam 14 hari hanya akan dilaksanakan sebanyak empat kali. Namun, ke depan, kegiatan penyemprotan akan dilaksanakan sekali dalam sepekan. Setiap petugas penyemprot akan mendapatkan upah Rp 50.000 per hari, ditambah jatah satu kali makan siang.
Semua dana pembayaran upah tenaga kerja yang terlibat dalam padat karya tersebut, diambilkan dari dana desa. Selain itu, tahun ini, Desa Windusari akan berupaya melakukan padat karya untuk sejumlah pembangunan fisik di salah satu dusun, dengan nilai total proyek sekitar Rp 100 juta.
“Kami akan mencoba melakukannya di satu dusun yang jumlah penganggurnya paling banyak dibanding tujuh dusun lainnya,” ujarnya.
Selain melakukan padat karya, Desa Windusari juga telah menyiapkan paket bahan pangan untuk 760 keluarga miskin yang terdampak Covid-19.
Selain melakukan program padat karya, Desa Windusari juga telah menyiapkan paket bahan pangan untuk 760 keluarga miskin yang terdampak Covid-19.
Kepala Desa Windusari, Yusuf Hidayat mengatakan, program padat karya semacam ini sangat diperlukan karena jumlah warga miskin di desa diprediksi meningkat karena banyak orang kehilangan pendapatan akibat wabah Covid-19.
“Selain karena banyak warga yang tinggal di desa mengalami penurunan pendapatan dan kehilangan pekerjaan, jumlah warga miskin di Desa Windusari dimungkinkan bertambah karena saat ini kami juga menerima banyak warga perantau yang kembali pulang akibat menjadi korban PHK,” ujarnya.
Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Magelang Iwan Sutiarso, mengatakan, pihaknya saat ini juga berencana mengusulkan program padat karya untuk pemeliharaan 210 destinasi wisata, bentukan warga, di Kabupaten Magelang.
“Selain memberikan tambahan pemasukan untuk warga, padat karya ini penting dilakukan agar obyek wisata tersebut siap untuk langsung dibuka kembali setelah pandemi berakhir,” ujarnya.
Bupati Magelang Zaenal Arifin mengatakan, pihaknya terus mendorong penggunaan dana desa agar secara cair, sehingga bisa langsung dimanfaatkan untuk kebutuhan penanganan dampak Covid-19 di desa-desa.
Dana tersebut, menurut dia, memang bisa dilakukan untuk kegiatan padat karya di desa. Namun, sejauh ini, dia juga masih menunggu peraturan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, yang mengatur lebih teknis penggunaan dana desa untuk penanganan Covid-19.
Inisiatif program padat karya dari Desa Windusari menjadi contoh ikhtiar pemerintah desa mengurangi dampak ekonomi bagi warganya selama masa pandemi. Sebab, dalam masa pembatasan sosial seperti ini, lapisan masyarakat terbawah jelas yang akan paling terdampak.