Mentawai Siapkan Pembatasan Pergerakan Orang Antarpulau
Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, segera membatasi pergerakan orang antarpulau seiring ditemukannya kasus pertama positif Covid-19 wilayah itu.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, segera membatasi pergerakan orang antarpulau, seiring ditemukannya kasus pertama positif Covid-19 kabupaten itu. Pembatasan untuk mencegah penyebaran Covid-19 di kabupaten yang termasuk daerah terdepan, terluar, dan tertinggal itu.
Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet, Selasa (14/4/2020), mengatakan, pemkab tengah mengkaji dan menyusun aturan terkait pembatasan pergerakan orang antarpulau dalam kabupaten. Pembatasan kemungkinan mulai diterapkan pekan depan.
”Kami sedang mengkaji dan menyusun aturan pembatasan itu. Salah satunya, soal siapa saja yang diperkenankan melintas antarpulau saat ada pembatasan, misalnya pasien rujukan di luar Covid-19. Kami bekerja sama dengan kepala kepolisian resor, komandan distrik militer, dan aparat vertikal lainnya,” kata Yudas ketika dihubungi dari Padang.
Sebelumnya, satu warga Kepulauan Mentawai yang merupakan mahasiswi perguruan tinggi di Jakarta dinyatakan positif Covid-19. Ia tiba di kampung halaman pada 27 Maret 2020, empat hari sebelum pemkab membatasi pergerakan orang keluar-masuk Kepulauan Mentawai. Sekarang pasien kategori ringan itu dirawat di ruang isolasi RSUD Kepulauan Mentawai.
Kami sedang mengkaji dan menyusun aturan pembatasan itu. Salah satunya, soal siapa saja yang diperkenankan melintas antarpulau saat ada pembatasan, misalnya pasien rujukan di luar Covid-19.
Menurut Yudas, pembatasan pergerakan orang antarpulau sangat penting diterapkan untuk mencegah terjadinya lonjakan kasus positif di Kepulauan Mentawai. Apalagi sebagai daerah 3T dengan jumlah pulau 99 pulau, termasuk Siberut, Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan; akses transportasi, fasilitas kesehatan, dan tenaga kesehatan di Kepulauan Mentawai masih minim.
Sementara itu, dalam kasus pertama positif Covid-19 tersebut, ada kemungkinan virus sudah menyebar ke pulau lain. Sebab, dua hari sebelum dirawat di rumah sakit dan terkonfirmasi positif, pasien itu sempat berkontak erat dengan sejumlah kerabat yang sedang berada di Tuapejat, ibu kota Kepulauan Mentawai. Salah satu saudaranya lantas kembali ke Sikakap, Pulau Pagai Utara, dengan menumpang kapal.
Tim kesehatan Mentawai sudah menelusuri orang yang berkontak dengan saudara mahasiswi selama perjalanan. Menurut Yudas, dalam waktu dekat, tim juga dikirim ke Sikakap untuk mengetes orang yang kontak erat, minimal dengan rapid test. Sementara itu, setidaknya ada sembilan rumah yang penghuninya menjalani isolasi mandiri karena kontak erat dengan mahasiswi itu ketika ia baru sampai di kampung halaman.
”Karena itu, salah satu antisipasinya, pergerakan orang antarpulau akan kami batasi. Sebelumnya, pergerakan orang dari Padang, baik jalur laut maupun udara, sudah dibatasi. Mentawai Fast, kapal penumpang dari Padang ke Mentawai, sudah berhenti operasi. Yang bergerak hanya KMP Gambolo dan KMP Ambu-Ambu serta kapal perintis yang mengangkut barang. Orang hanya boleh masuk jika ada kasus sangat genting dan itu harus mengikuti protokol kesehatan, seperti surat keterangan kesehatan, menjalani karantina, dan lain-lain,” ujar Yudas.
Dalam pembatasan pergerakan orang antarpulau, kapal antarpulau tetap beroperasi. Namun, kapal hanya membawa barang-barang dan tidak diperbolehkan mengangkut penumpang. Hanya orang dalam kondisi genting atau darurat yang diperkenankan melintas antarpulau. Misalnya, pasien yang dirujuk ke RSUD Kepulauan Mentawai, baik kasus Covid-19 maupun penyakit lainnya. Adapun orang dengan urusan genting masih diperkenankan, dengan syarat harus melalui pengecekan kesehatan dan lain-lain serta jumlah orang di atas kapal tidak lebih dari sepuluh orang.
Yudas pun mengimbau agar warga Kepulauan Mentawai di perantauan tidak mudik. Kepulangan para perantau, terutama dari daerah terjangkit, sangat berisiko menularkan Covid-19 kepada keluarga ataupun warga lainnya di Kepulauan Mentawai. Dengan keterbatasan akses transportasi, fasilitas kesehatan, dan tenaga kesehatan di Kepulauan Mentawai, dikhawatirkan penanganannya akan kewalahan jika terjadi lonjakan kasus.
Tiga pasien
Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kepulauan Mentawai Lahmuddin Siregar mengatakan, selain mahasiswi yang terkonfirmasi positif Covid-19, ada dua orang lagi yang dirawat di ruang isolasi RSUD Kepulauan Mentawai. ”Satu pasien dalam pengawasan (PDP) positif (melalui pemeriksaan) rontgen. Satu lagi orang dalam pengawasan (ODP) positif (melalui) rapid test,” kata Lahmuddin.
Lahmuddin menjelaskan, PDP tersebut adalah tenaga kesehatan yang menangani mahasiswi yang terkonfirmasi positif. Ia diduga terpapar dari pasien yang ditanganinya. Sementara itu, ODP tersebut adalah pekerja swasta yang baru kembali dari Padang.
Benar atau tidaknya kedua orang itu positif Covid-19 sedang diuji kembali. Sampel usap hidung dan tenggorokan mereka sudah dikirimkan ke Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang, untuk diuji. Begitu pula dengan sampel lima anggota keluarga mahasiswi yang terkonfirmasi positif. Hasil pengujian diperkirakan keluar paling lambat Rabu (15/4) besok.
Menurut Lahmuddin, kondisi tiga pasien yang diisolasi di RSUD Kepulauan Mentawai dalam kategori ringan. Ketiga pasien itu sebenarnya bisa menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing. ”Namun, agar lebih disiplin dan terawasi, mereka kami rawat di ruang isolasi rumah sakit,” ujar Lahmuddin.
Sementara itu, kondisi lima anggota keluarga yang kontak dengan mahasiswi positif juga tidak menunjukkan gejala. Mereka telah menjalani tes cepat dan hasilnya negatif. Walaupun demikian, sampel usap hidung dan tenggorokan mereka tetap diuji untuk semakin memastikan hasilnya. Kelima anggota keluarga itu sekarang menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing dengan pengawasan petugas kesehatan dan koordinasi dengan kepala desa serta kepala dusun.
Terkait alat pelindung diri, Lahmuddin mengatakan, stok APD cukup untuk beberapa hari ke depan dengan jumlah pasien sebanyak saat ini. Namun, karena terus digunakan, stoknya berkurang setiap hari. Dinas tengah memesan APD dan diharapkan segera datang. Pemerintah daerah dan pihak lain juga ada yang membantu APD.