Warga Binaan Lapas I Surabaya Produksi 300 Masker Setiap Hari
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kantor Wilayah Jawa Timur memberdayakan warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Surabaya untuk memproduksi masker. Mereka mampu memproduksi 300 lembar setiap hari.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kantor Wilayah Jawa Timur memberdayakan warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Surabaya untuk memproduksi masker. Mereka mampu memproduksi 300 lembar setiap hari dengan target untuk memenuhi kebutuhan 2.527 penghuni dalam upaya menangkal penyebaran virus korona galur baru.
Kepala Seksi Perawatan Lapas Kelas I Surabaya Prayogo Mubarak mengatakan, saat ini ada 15 warga binaan yang memiliki keterampilan memproduksi masker. Mereka sebelumnya telah mengikuti program pelatihan menjahit. Produk masker yang dihasilkan ini berbahan kain tiga lapis sesuai dengan anjuran dari Kementerian Kesehatan.
Untuk memproduksi masker ini, pengelola lapas memanfaatkan salah satu ruang klinik kesehatan. Kemampuan produksi masker itu terjadi bertahap sebab para warga binaan memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan keterampilan baru tersebut.
”Awalnya mereka hanya mampu memproduksi 100 lembar masker per hari. Kemudian meningkat menjadi 120 lembar dan sekarang 300 lembar per hari,” ujar Prayogo, Senin (13/4/2020).
Menurut rencana, masker akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan penghuni Lapas Kelas I Surabaya yang saat ini berjumlah 2.527 orang. Dengan asumsi setiap orang butuh empat lembar masker dalam sepekan, total masker yang harus disediakan minimal 10.000 lembar.
Lapas Kelas I Surabaya juga melakukan penyemprotan disinfektan ke semua bagian ruang lapas, terutama blok hunian para warga binaan. Ada 16 alat penyemprot yang dikerahkan. Petugas merupakan personel gabungan dari Dinas Kesehatan Sidoarjo dibantu 12 tahanan pendamping.
Total masker yang harus disediakan minimal 10.000 lembar.
Total luas area yang disemprot disinfektan mencapai 2.784 meter persegi. Selain blok hunian tempat tidur para warga binaan, area tempat berkumpul juga disterilkan, seperti ruang kunjungan, kantin, dan tempat ibadah. Upaya penyemprotan disinfektan itu diharapkan efektif membunuh kuman, bakteri, serta virus yang mengancam kesehatan penghuni lapas.
Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan Dinkes Sidoarjo Supaat Setia Hadi menambahkan, rutan dan lapas merupakan salah satu sasaran lokasi penyemprotan disinfektan. Lapas dan rutan memiliki penghuni yang cukup banyak sehingga menjadi lokasi interaksi banyak orang.
Selain lapas dan rutan, sasaran penyemprotan disinfektan adalah tempat ibadah, seperti masjid, gereja, dan kelenteng. Jalan raya, kompleks perumahan serta perkampungan juga kerap disemprot disinfektan. Sejumlah perumahan bahkan sudah memasang bilik sterilisasi untuk para pendatang.
Berdasarkan Data Dinkes Sidoarjo, hingga saat ini jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai 31 orang. Jumlah tersebut melonjak tinggi dibandingkan sehari sebelumnya, yang berjumlah 21 orang.
Adapun jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) mencapai 103 orang. Dari 103 pasien tersebut, 38 orang masih dirawat di rumah sakit, 23 orang melakukan isolasi mandiri, 14 orang sembuh, 23 orang lepas dari pemantauan dan 5 orang meninggal.
Sidoarjo merupakan zona merah Covid-19 dengan jumlah pasien terkonfirmasi positif terbanyak kedua di Jatim. Pertambahan PDP di wilayah ini juga tinggi setiap hari. Ada lima rumah sakit rujukan yang disiapkan untuk merawat pasien Covid-19, yakni RSUD Sidoarjo, RS Mitra Keluarga Waru, RS Anwar Medika, RS Siti Hajar, dan RS Siti Kodijah.