Di tengah berkecamuknya wabah Covid-19, alat pelindung diri menjadi teramat penting. Di Sulawesi Utara, masalah pemenuhan kebutuhan vital itu sempat memunculkan percikan persoalan antara pemerintah kota dan provinsi.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·5 menit baca
Bayangkan seorang ibu yang memiliki 15 anak. Karena sibuk, ibu itu meminta seorang pengasuh untuk menjaga dan memperhatikan kebutuhan anak-anaknya. Menjelang ujian sekolah, sang ibu memberi 100 batang pensil kepada pengasuh untuk dibagikan kepada anak-anaknya.
Sang pengasuh takzim, tugas pun dijalankan. Namun, anak pertama yang menghadapi lebih banyak ujian dibanding saudara-saudaranya malah ngambek. Ia mengklaim pengasuh tak memberikan jumlah pensil sesuai kebutuhannya. Anak itu pun memutuskan akan membeli pensil pakai uang tabungannya sendiri.
Kira-kira begitulah gambaran dinamika relasi Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dan Pemerintah Kota Manado kala Ibu Pertiwi dihadapkan pada ujian besar, yaitu wabah penyakit Covid-19. Bagi tenaga medis sebagai pasukan garda terdepan, alat pelindung diri (APD) berupa baju coverall atau hazardous material (hazmat) adalah salah satu senjata utama dalam menghadapi ujian wabah ini.
Celakanya, di masa yang sulit ini, APD adalah barang langka yang dibutuhkan ratusan negara untuk menangani 1,78 juta kasus positif Covid-19. Sejauh ini, Indonesia menghadapi 4.241 kasus dengan 373 kematian. Sebanyak 17 kasus positif dan dua kematian ada di Sulut.
Pada Jumat (10/4/2020), pemerintah pusat menyatakan telah membagikan 698.650 APD ke seluruh provinsi dari total 769.000 APD yang diadakan. Pemprov Sulut telah kebagian 10.000 APD untuk dibagikan kepada tenaga medis di 17 rumah sakit rujukan yang melayani pasien dari seluruh 15 kabupaten/kota di Sulut. Tiga rumah sakit rujukan berada di Manado.
Bantuan APD kloter pertama sebanyak 3.000 buah tiba pada 26 Maret lalu. Gelombang kedua sebanyak 4.000 buah datang pada 5 April. Terakhir, 3.000 APD didatangkan pada Sabtu, 11 April.
”Kami akan bagikan secara merata ke seluruh rumah sakit rujukan. Tapi, Rumah Sakit Umum Pusat Prof Dr RD Kandou Manado akan dapat lebih banyak karena jumlah kasus positif dan pasien dalam perawatan paling banyak di sana,” kata Kepala Dinas Sulut Debie Kalalo saat menerima aliran bantuan pertama, Maret lalu.
Uang dari saya dan dari teman-teman perangkat daerah yang dikumpulkan itu akan kami belikan 1.000 APD untuk dibagikan ke semua puskesmas di Manado.
Namun, Kamis (9/4) lalu, secara mengejutkan, Wali Kota Manado Vicky Lumentut menyatakan akan mendonasikan sebagian gajinya untuk membeli APD. Ia menyatakan, ratusan personel kantor-kantor pemerintahan Kota Manado juga akan mengikuti jejaknya.
”Uang dari saya dan dari teman-teman perangkat daerah yang dikumpulkan itu akan kami belikan 1.000 APD untuk dibagikan ke semua puskesmas di Manado,” kata Vicky.
Menurut Vicky, kebutuhan APD di Manado sangat mendesak. Sebab, seluruh kasus positif Covid-19 Sulut ditangani di Manado. Sebanyak 16 dari 31 pasien dalam pengawasan (PDP) juga dirawat di Manado. Tenaga medis di puskesmas dan rumah sakit di Manado dianggap lebih mudah terpapar virus korona baru penyebab wabah itu daripada di kota dan kabupaten lainnya.
Karena itu, Manado seharusnya diprioritaskan sebagai tujuan penyaluran APD. ”Sampai saat ini, Manado belum dapat bantuan APD itu, bahkan dari Pemprov Sulut. Maka, kami memohon bantuan ke pemerintah pusat, tapi jawabannya dikembalikan ke Pemprov Sulut karena mereka yang distribusikan,” kata Vicky.
Pernyataan ini memantik kehebohan, setidaknya di kalangan pemerintah daerah dan wartawan. Menanggapi hal ini, Wakil Gubernur Sulut Steven Kandouw sempat membantahnya. ”Ngawur kalau ada statement (pernyataan) kalau Manado tidak dibantu. Paling besar bantuan ke RSUP Kandou. Semua kabupaten/kota pasti dibantu, apalagi yang punya rumah sakit umum daerah,” kata Steven.
Juru Bicara Satuan Tugas Covid-19 Sulut dr Steaven Dandel turut membantah pernyataan Wali Kota Manado. Pemprov Sulut justru memprioritaskan rumah-rumah sakit di Manado. Hingga Jumat (10/4), Steven mengklaim sudah dibagikan 2.125 APD ke berbagai rumah sakit di Manado, termasuk yang bukan rumah sakit rujukan.
”RSUP Kandou, RS Tingkat III Robert Wolter Monginsidi, RS Bhayangkara, RS Advent Manado, RSU Manado Medical Center, RSU Permata Bunda, dan RSU Pancaran Kasih, semua sudah dapat APD dari Pemprov Sulut, termasuk alat rapid test (uji cepat),” kata Steaven.
Steaven menambahkan, pihaknya telah mengalokasikan 100 APD dan 150 alat tes cepat kepada Dinas Kesehatan Manado, tetapi baru 50 buah APD yang diambil. ”Pemprov telah membagikan APD dengan Manado sebagai prioritas, begitu pula ke kota/kabupaten lainnya di Sulut,” katanya lagi.
Sehari setelah klarifikasi Steaven, Juru Bicara Satgas Covid-19 Manado dr Sanil Marentek menggelar konferensi pers. Pemkot Manado pun menarik kembali pernyataannya untuk diganti dengan rangkaian kata yang baru. ”Terima kasih kepada Pemprov Sulut sudah menyalurkan bantuan APD dan masker kepada Pemkot Manado. Kiranya sinergi ini terus ditingkatkan dalam upaya kita bersama melawan Covid-19,” kata Sanil.
Sanil menambahkan, pada hari Vicky menyatakan akan membeli 1.000 APD dengan sebagian uang gaji dan urunan pegawai pemkot, Manado sebenarnya sudah menerima 50 APD dan 250 dus masker operasi.
Pada Minggu Paskah (12/4), sang wali kota sendiri yang kini menggelar konferensi pers untuk mengucapkan terima kasih kepada Pemprov Sulut secara publik. Sebab, ternyata pihaknya telah menerima 50 unit hazmat suit, 450 lembar masker, 10 buah APD jas hujan, 10 pasang sepatu bot, 150 alat tes cepat, dan 50 APD lainnya sejak dua hari sebelumnya.
”Terima kasih Pak Gubernur (Olly Dondokambey) atas bantuan APD dan alat penanganan Covid-19 di Kota Manado. Bantuan ini sangat membantu para tenaga medis dalam menjalankan tugasnya menangani Covid-19. Alat bantuan yang diberikan dapat menambah semangat para tenaga medis di garda terdepan dalam menjalankan tugas dan pelayanan,” kata Vicky.
Tak terelakkan, muncul ”analisis warung kopi” dari berbagai pihak atas kejadian ini. Nuansa politik di tengah wabah pun tak terhindarkan, sebab Vicky Lumentut telah menyatakan diri akan menantang Olly-Steven dalam perebutan kursi gubernur di Pilkada 2020 yang sedianya dijadwalkan September mendatang.
Namun, Pilkada 2020 telah dipastikan ditunda. Di saat yang sama, kasus Covid-19 di Nusantara, termasuk Sulut, mungkin akan terus meningkat. Apakah pemerintah daerah akan membiarkan celah bagi riak-riak kecil tetap terbuka?
”Meningkatkan kerja sama dalam rangka melawan Covid-19 perlu kita semua lakukan. Caranya adalah melaksanakan peran kita masing-masing sebaik mungkin. Bersama-sama, kita atasi wabah ini,” kata Sanil Marentek.