Paskah bagi umat Katolik tidak sebatas dirayakan sebagai kemenangan Yesus Kristus atas maut. Paskah hendaknya menjadi momentum bagi umat untuk membaharui diri.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Paskah bagi umat Katolik tidak sebatas dirayakan sebagai kemenangan Yesus Kristus atas maut. Paskah hendaknya menjadi momentum bagi umat untuk membaharui diri menjadi pribadi yang semakin baik dengan mengikuti ajaran Yesus. Umat Katolik diharapkan menjadi pewarta cinta kasih lewat tindakan nyata bagi semua orang tanpa memandang perbedaan.
Demikian inti khotbah Uskup Diosis Amboina MGR Petrus Canisius Mandagi MSC dalam perayaan Paskah di Katedral Santo Fransiskus Xaverius, Ambon, Maluku, Minggu (12/4/2020). Perayaan ekaristi itu berlangsung tanpa umat. Jalannya perayaan disiarkan secara langsung melalui media sosial Facebook dan Youtube. Ratusan umat mengikuti siaran itu.
Paskah merupakan puncak dari pekan suci. Pekan suci dimulai sejak Kamis Putih yang mengenang perjamuan terakhir Yesus bersama para rasulnya, Jumat Agung mengenang Yesus dihukum mati hingga wafat di Kayu Salib, serta Sabtu Suci dan Minggu Paskah mengenang tentang kebangkitan Yesus dari alam maut. Dalam iman Katolik, wafat dan kebangkitan Yesus merupakan misi Ilahi yang dilakukan Yesus untuk menebus dosa manusia.
Mandagi mengajak umat meninggalkan kebiasaan lama dan memulai hidup baru yang semakin baik. Kebiasaan lama seperti iri hati, dendam, kebencian, korupsi, dan kekerasan harus ditinggalkan. ”Jangan sia-siakan pengorbanan Yesus di kayu salib. Yesus sudah berkorban untuk semua umat manusia, mari kita saling memberi kasih seperti Yesus mengasihi kita,” ujarnya.
Pembaharuan diri yang dimaksud Mandagi harus dilakukan lewat tindakan nyata, tidak sebatas doa. Pembaharuan ditunjukan dengan perbuatan kasih. Kasih terhadap semua manusia tanpa melihat latar belakang termasuk agama. Di tengah wabah korona yang semakin mengganas sehingga menyebabkan gerak manusia kian terbatas, tindakan kasih sangat diperlukan.
Umat diminta tetap memperteguh iman dan keyakinan bahwa badai ini segera berlalu. Jangan sampai kekhawatiran menguburkan harapan dan ketakutan menghilangkan kepercayaan akan kuasa Tuhan. ”Tuhan tidak akan meninggalkan umatnya,” ujar Mandagi. Badai virus korona yang telah membunuh lebih dari 100.000 orang di seluruh dunia itu menjadi momentum pergumulan iman umat.
Di tengah wabah korona yang semakin mengganas sehingga menyebabkan gerak manusia kian terbatas, tindakan kasih sangat diperlukan.
Dalam kesempatan itu, Mandagi mengajak umat Katolik, dengan iman yang teguh, mendoakan secara khusus orang-orang yang terlibat dalam mengatasi virus korona, mulai dari tenaga medis, pemerintah, dan aparat keamanan. ”Juga mohon doanya bagi semua pasien yang kini sedang dirawat. Semoga Tuhan menyembuhkan mereka,” kata pemimpin umat Katolik di Provinsi Maluku dan Maluku Utara itu.
Kendati umat dilarang ke gereja, tampak ada yang tetap datang. Di pintu gerbang gereja, mereka dihentikan oleh petugas keamanan. ”Tolong Pak, ini Paskah. Kami ingin sekali masuk ke gereja,” pinta seorang umat. ”Tolong bapak/ibu pahami kondisi ini. Silahkan kembali ke rumah dan berdoa,” jawab petugas keamanan. Harapan umat itu menunjukkan kerinduan mereka.
Umat dimaksud lalu pergi. Gerbang gereja digembok. Selain uskup, imam, dan petugas perayaan, yang diperkenankan masuk adalah videografer dan teknisi yang mengatur siaran langsung. Jumlah orang yang berada dalam katedral berkapasitas 1.200 orang itu tak lebih dari 30 orang.
Pastor Paroki Santo Fransiskus Xaverius Katedral Ambon RD Patrisius Angwarmas memahami kerinduan umat untuk datang ke gereja. Namun, umat juga diharapkan memahami bahwa perayaan tanpa umat itu bertujuan memutus rantai penularan virus korona yang kini telah mencapai Ambon. Hingga Minggu petang, jumlah kasus positif Covid-19 di Ambon sebanyak 12. Satu pasien sembuh, sedangkan 11 lain dalam perawatan.