Dalam pesan Paskah, Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko mendorong seluruh umat kristiani tidak takut dan penuh pengharapan menjalani hidup di tengah pandemi Covid-19. Solidaritas juga perlu terus dipupuk.
Oleh
GREGORIUS MAGNUS FINESSO
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS – Hari Paskah yang tahun ini dirayakan di tengah masa pandemi Covid-19 mesti tetap dimaknai dengan sukacita oleh seluruh umat kristiani. Kebangkitan Yesus Kristus harus mampu menghalau ketakutan dan menumbuhkan pengharapan umat manusia untuk keluar dari masa krisis seperti sekarang ini.
Demikian disampaikan Uskup Agung Semarang Monsinyur Robertus Rubiyatmoko dalam permenungan Malam Paskah, Sabtu (11/4/2020) malam pada misa ekaristi secara daring dari Gereja Katedral Semarang, Jawa Tengah. “Kebangkitan Yesus menghalau kuasa kegelapan yang selama ini mencengkeram dan mencekam kita,” tuturnya.
Rubiyatmoko mengungkapkan, saat ini seluruh umat manusia sedang dilanda kecemasan dan ketakutan akan sakit serta kematian. Akibat pandemi, manusia juga dihadapkan pada kekhawatiran akan hari esok, kehilangan pekerjaan, kesejahteraan, hingga kelanjutan studi. Untuk itu, seluruh umat mesti menjiwai sabda Yesus untuk tidak takut.
“Yesus bersabda, Jangan takut! Kita mesti menghalau rasa takut itu dan mengubahnya dalam bentuk pengharapan dan keyakinan bahwa Tuhan menyertai dan menyelenggarakan yang terbaik untuk kita,” ungkap Rubiyatmoko.
Ia melanjutkan, pengharapan itu mesti dibarengi dengan sikap kehati-hatian dan kewaspadaan terutama menghadapi ancaman virus korona baru penyebab Covid-19.
Lebih lanjut, Mgr Rubiyatmoko mengaku, sebagai pemimpin umat Kristiani di wilayah Keuskupan Agung Semarang, ia prihatin perayaan Tri Hari Suci tahun ini tidak dapat diselenggarakan seperti biasa di gereja seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, kebijakan itu mesti diambil sebagai bentuk kehati-hatian penuh pengharapan agar seluruh umat Katolik terhindar dari virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
“Bahkan, saya tega-tegakan untuk tidak memperkenankan romo dan prodiakon untuk berkeliling dari rumah ke rumah membagikan komuni suci. Ini berat lho,” ucapnya.
Umat kristiani didorong untuk memperkuat rasa solidaritas sesama manusia di lingkungan sekitar yang kondisinya terdampak.
Selain itu, Monsinyur Rubiyatmoko juga mengungkapkan, di masa pandemi dan pembatasan sosial, umat kristiani didorong untuk memperkuat rasa solidaritas sesama manusia di lingkungan sekitar yang kondisinya terdampak.
Mereka yang terlupakan mulai dari para lanjut usia, orang sakit, dan orang-orang yang kekurangan secara ekonomi. Ini mesti dilakukan tanpa membeda-bedakan latar belakang.
Secara khusus, Rubiyatmoko juga membuat video untuk menyampaikan mengapresiasi dan memberi berkat kepada para tenaga medis, dokter, dan karyawan rumah sakit yang berada di garda terdepan menangani kesehatan masyarakat. Ia mengaoresiasi perjuangan para tenaga kesehatan yang belakangan justru kerap disingkirkan masyarakat.
“Yang terakhir, jangan lupa bahagia dan jangan takut menghadapi segala macam peristiwa dalam hidup karena Tuhan selalu menyertai kita,” tutup Rubiyatmoko.
Yang terakhir, jangan lupa bahagia dan jangan takut menghadapi segala macam peristiwa dalam hidup karena Tuhan selalu menyertai kita. (Mgr Rubiyatmoko)
Sementara itu, Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Semarang Romo Edy Purwanto Pr, dalam khotbah perayaan Paskah, Minggu (12/4/2020) mengajak seluruh umat kristiani untuk merayakan Paskah tidak dalam kepanikan dan ketakutan, melainkan dengan sukacita.
“Kita yakin bahwa Tuhan yang bangkit tidak akan meninggalkan kita. Tuhan yang bangkit akan selalu menyertai kita,” tutur Edy.