Kalbar Kesulitan Mendapatkan Reagen untuk Pemeriksaan Laboratorium
RS Universitas Tanjungpura Pontianak telah menyiapkan laboratorium untuk pemeriksaan spesimen pasien. Namun, pengoperasian laboratorium itu terbentur karena daerah sulit mendapatkan bahan reagen.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Rumah Sakit Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, telah menyiapkan laboratorium untuk pemeriksaan spesimen pasien yang diduga Covid-19. Namun, pengoperasian laboratorium itu terbentur sulitnya mendapatkan salah satu bahan uji laboratorium, yakni reagen.
Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji, Sabtu (11/4/2020), menuturkan telah meninjau kesiapan laboratorium di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak. Ruangan dan peralatan sebagian besar sudah siap. Petugas laboratorium berjumlah dua orang juga sudah siap, salah satunya dokter.
”Jika sudah beroperasi, rata-rata laboratorium itu bisa menyelesaikan pemeriksaan 100 sampel spesimen pasien per hari. Hanya saja, kami masih kesulitan mendapatkan reagen untuk pemeriksaan,” ungkap Sutarmidji.
Reagen merupakan pereaksi kimia yang dipakai dalam uji sampel spesimen Covid-19 dengan metode PCR. Sutarmidji mengatakan telah berupaya mendapatkannya dari Kementerian Kesehatan melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana serta para distributor. Namun, hingga kini pihaknya belum juga mendapatkannya.
Rektor Universitas Tanjungpura Garuda Wiko menuturkan, untuk mempercepat hasil pemeriksaan spesimen para pasien di Kalbar, Untan memang sudah menyiapkan laboratorium rujukan di Fakultas Kedokteran. Persiapan sudah dilakukan sekitar seminggu terakhir. Namun, mereka terkendala reagen yang belum ada.
Selama ini, spesimen pasien dari Kalbar selalu dikirim ke laboratorum di Jakarta. Jika laboratorium di Fakultas Kedokteran Untan beroperasi nanti, hasil tes spesimen pasien akan lebih cepat diketahui. Hal ini dapat membantu penanganan pasien secara lebih cepat pula.
Sebab, sebagian besar kasus-kasus reaktif punya riwayat pernah dari luar atau pernah mengunjungi daerah-daerah terjangkit.
Sutarmidji menuturkan, dalam menanggulangi pandemi Covid-19, pihaknya juga akan melakukan langkah-langkah lebih ketat dalam mengatur keluar-masuk orang. Mulai Senin (13/4), seluruh penumpang pesawat dari jurusan mana pun dan kapal laut yang masuk Kalbar akan dijadikan orang dalam pemantauan (ODP). Alamat mereka akan dicatat.
”Saya minta masyarakat, khususnya lurah dan ketua RT/RW, mengawasi mereka. Sebab, sebagian besar kasus-kasus reaktif punya riwayat pernah dari luar atau pernah mengunjungi daerah-daerah terjangkit. Saat ini, Pontianak masuk sebagai wilayah transmisi lokal,” ujarnya.
Beberapa orang yang baru pulang dari wilayah terjangkit, ketika tiba di Kalbar dan dilakukan tes cepat (rapid test), hasilnya reaktif. Anggota keluarganya juga reaktif meski tidak ke mana-mana. Hal itu menunjukkan penularan Covid-19 bisa berlangsung antarindividu di dalam kota. Keluarganya juga menjadi rentan.
”Maka, hati-hati. Kepala keluarga yang masih beraktivitas di luar rumah, saat pulang, pakaiannya harus diganti dan mandi serta menggunakan masker dan jaga jarak baru berinteraksi dengan keluarga. Tolong perhatikan ini agar Kalbar tidak banyak kasus,” kata Sutarmidji.
Sementara itu, Pemerintah Kota Pontianak menyiapkan tempat karantina untuk mempersempit transmisi Covid-19 di masyarakat dan mengurangi beban rumah sakit. Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak Sidiq Handanu menuturkan, rumah susun di Jalan Nipah Kuning akan dijadikan tempat karantina.
”Rumah susun itu baru dan belum pernah ditempati orang. Kapasitasnya 58 unit yang ukurannya setara dengan rumah tipe 36 dengan dua kamar. Satu kamar bisa untuk dua orang. Di kamar itu juga ada televisi, kamar mandi, dan kipas angin,” ujarnya.
Meski demikian, Sidiq menambahkan, kemungkinan tidak semua kamar dipakai. Warga yang akan dikarantina di sana adalah pasien yang berpotensi menularkan, tetapi masih bisa mandiri sehingga tidak perlu diberikan oksigen dan infus.
”Jadi, kalau ada pasien yang hasil rapid test-nya reaktif, tetapi dia tidak melakukan isolasi mandiri di rumah, akan dikarantina. Pasien yang sudah dinyatakan sehat, tetapi masih menunggu hasil tes kedua, juga akan dikarantina di sana sehingga bisa mengurangi beban rumah sakit,” kata Sidiq.
Di tempat karantina itu, konsumsi mereka ditanggung Pemerintah Kota Pontianak. Mereka juga didampingi petugas kesehatan, petugas gizi, kesehatan lingkungan, psikolog, dan petugas kebersihan.
Masa persiapan diupayakan selesai paling lambat pada Minggu (12/4) sehingga pada Senin sudah siap digunakan. Penempatan orang ke rusun itu dilakukan secara bertahap. Sejauh ini, ada dua pasien yang sebetulnya sudah boleh pulang dari rumah sakit, tetapi masih menunggu hasil laboratorium tahap kedua. Kedua orang itu akan ditempatkan di tempat karantina.