Perangkat Desa di Magelang Gadai Mobil hingga Berutang
Desa-desa di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, terus berupaya maksimal memutus rantai penularan Covid-19. Saat dana desa belum turun, perangkat desa memakai dana pribadi, bahkan berutang.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·4 menit baca
Sejumlah perangkat desa di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, tak menyerah menyiasati keterbatasan dana guna melakukan berbagai upaya antisipasi penularan Covid-19. Karena dana desa belum turun, ada yang ditalangi dengan dana pribadi, bahkan berutang.
Heri Purwanto, Kepala Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, menuturkan, saat ini, pihaknya sudah menghabiskan lebih dari Rp 40 juta untuk berbagai kegiatan dan pengadaan barang terkait antisipasi penyebaran Covid-19. Selain dari utang ke berbagai toko, biaya untuk sejumlah kegiatan diakuinya juga ia talangi dari dana pribadi.
”Sebagian dana kegiatan saya dapatkan dengan menggadaikan mobil pribadi,” ujarnya, Rabu (8/4/2020).
Sementara ini, Pemerintah Desa Krincing mengalokasikan dana untuk penanggulangan Covid-19 sebesar Rp 105 juta. Mengikuti arahan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, dana tersebut direncanakan dialokasikan dari dana desa.
Tahun ini, Desa Krincing akan menerima dana desa sekitar Rp 1 miliar. Adapun pencairannya akan terbagi dalam tiga tahap. Pada tahap pertama bulan Mei, Desa Krincing menerima sekitar Rp 400 juta atau 40 persen dari total dana yang diterima.
Sejauh ini, menurut Heri, pihaknya sudah melakukan berbagai kegiatan, antara lain membeli obat-obatan antiseptik, melakukan pengadaan thermo gun, alat semprot dan disinfektan, serta membangun bilik-bilik isolasi di gedung olahraga dan aula desa. Pekan depan, bilik-bilik tersebut siap dipakai bagi pemudik yang kembali ke desa itu.
Jumlah bilik isolasi yang dibangun mencapai 20 unit. Semua bilik tersebut dimaksudkan menjadi tempat isolasi mandiri bagi semua perantau yang mudik ke Desa Krincing tanpa melaporkan kedatangannya. ”Pemudik yang tidak lapor akan langsung kami jemput untuk ditempatkan di bilik isolasi,” ujarnya.
Seluruh bilik tersebut dimaksudkan sebagai tempat isolasi mandiri bagi semua perantau yang mudik ke Desa Krincing tanpa melaporkan kedatangannya.
Hal serupa juga terjadi di Desa Windusari, Kecamatan Windusari. Sekalipun dana desa belum cair, Desa Windusari tetap berupaya melakukan berbagai kegiatan, termasuk menyiapkan paket bantuan pangan untuk 760 keluarga miskin yang terdampak wabah Covid-19.
”Untuk bantuan beras saja, saat ini kami masih berutang pada Bulog,” ujar Kepala Desa Windusari Yusup Hidayat.
Beras dari Bulog tersebut adalah beras kualitas premium yang dijual dengan harga Rp 11.000 per kilogram. Paket bantuan pangan tersebut terdiri dari 7 kilogram (kg) beras, 1 kg telur, dan 7 bungkus mi instan. Paket tersebut direncanakan mulai dibagikan sebelum Ramadhan. Selama 14 hari, 760 keluarga tersebut akan menerima satu paket bantuan pangan per hari.
Total dana desa yang akan dialokasikan untuk penanggulangan Covid-19 di Desa Windusari sejauh ini diperkirakan mencapai Rp 155 juta. Dana itu digunakan untuk membeli obat-obatan, antiseptik, disinfektan, dan membangun bilik isolasi. Selain itu, dana digunakan pula untuk membayar honor bagi warga yang terlibat penyemprotan disinfektan dan yang piket di sembilan posko Covid-19 di sembilan dusun.
”Tugas penanggulangan Covid-19 di posko dan di kegiatan penyemprotan ini kami kemas sebagai program padat karya bagi warga,” ujarnya. Posko Covid-19 yang dimaksud adalah posko pemantauan untuk setiap pengunjung dan pendatang yang masuk ke setiap dusun.
Honor berjaga di posko Rp 60.000 per orang per hari, sedangkan honor untuk petugas penyemprot Rp 50.000 per orang per hari.
Sekalipun terkendala keterbatasan dana, pemerintah desa tetap melakukan upaya antisipasi Covid-19 secara optimal. Ketua Posko Induk Covid-19 Desa Windusari Betty Kurniawati mengatakan, pihaknya terus intensif mendata warga desa yang merantau ke luar kota dan mencatat yang sudah kembali di desa.
”Saat ini kami pun sudah kembali mengintensifkan kegiatan ronda untuk memantau kedatangan pemudik di malam hari,” ujarnya.
Kami terus intensif mendata warga desa yang merantau ke luar kota dan mencatat yang sudah kembali di desa. (Betty Kurniawati-Desa Windusari)
Di Desa Krincing, Heri Purwanto mengatakan, pemantauan terhadap kedatangan pemudik dan pengunjung dari luar kota intensif dilakukan oleh pemuda desa di 20 posko yang tersebar di delapan dusun.
”Pemantauan harus dilakukan intensif karena ada 20 akses yang menghubungkan delapan dusun kami dengan sejumlah desa dan kecamatan lain,” ujarnya.
Saat ini, kedatangan para perantau yang mudik pun terus didata. Jumlah warga Desa Krincing yang pergi merantau terdata sekitar 300 orang dan yang sudah mudik baru terdata sekitar 30 orang.
Heri menuturkan, sementara ini, dia sudah melakukan realokasi penggunaan dana desa dengan menunda empat kegiatan pembangunan fisik. Jika memang wabah Covid-19 belum mereda, dia siap kembali melakukan realokasi dana desa untuk menangani dampak ekonomi warga akibat pandemi Covid-19.
Bupati Magelang Zaenal Arifin mengatakan, selain menggunakan dana APBD dan APBN, kegiatan penanggulangan dan penularan Covid-19 di Kabupaten Magelang diharapkan dibantu dari dana desa. Untuk itu, pemerintah desa diharapkan berinisiatif merelakan realokasi penggunaan dana desa untuk memerangi pandemi Covid-19.