Universitas Tanjungpura Pontianak Siapkan Laboratorium untuk Pemeriksaan Spesimen
Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalbar, tengah menyiapkan laboratorium khusus unruk memeriksa spesimen pasien terkait pandemi Covid-19. Jika sudah beroperasi, hasil pemeriksaan diharapkan bisa diketahui lebih cepat.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat, tengah menyiapkan laboratorium khusus untuk memeriksa spesimen pasien terkait pandemi Covid-19. Jika sudah beroperasi, hasil pemeriksaan spesimen pasien diharapkan bisa diketahui lebih cepat.
Rektor Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak Garuda Wiko, Selasa (7/4/2020), menuturkan, untuk mempercepat hasil pemeriksaan spesimen para pasien di Kalbar, pihaknya menyiapkan laboratorium rujukan di Fakultas Kedokteran (FK). Persiapan sudah dilakukan sekitar seminggu terakhir.
”Alat kelengkapannya sebagian sudah ada. Namun, ada yang masih ditunggu, misalnya reagen. Setelah lengkap dan siap, akan ada visitasi dari Kementerian Kesehatan untuk memastikan laboratorium apakah sudah sesuai dengan standar atau belum,” kata Garuda Wiko.
Setelah visitasi dari Kemkes, selanjutnya ada pelatihan bagi para tenaga medis yang akan bekerja di laboratorium. Ada 15 petugas yang disiapkan. Namun, kemungkinan akan dievaluasi lagi jumlahnya. Jika laboratorium beroperasi, petugas medis yang akan bekerja di laboratorium sementara ini berasal dari FK Untan.
”Kami berupaya laboratorium secepatnya bisa beroperasi. Semakin cepat penyediaan alat-alat yang belum tersedia, semakin cepat pula laboratorium itu digunakan,” katanya.
Selama ini, spesimen pasien dari Kalbar selalu dikirim ke laboratorium di Jakarta. Jika laboratorium di FK Untan beroperasi, nanti hasil tes spesimen pasien akan lebih cepat diketahui. Garuda Wiko menuturkan, berdasarkan informasi dari satuan tugas di Untan, jika laboratorium tersebut beroperasi, normalnya bisa memeriksa 36-72 sampel pasien per hari.
Kami berupaya laboratorium secepatnya bisa beroperasi. Semakin cepat penyediaan alat-alat yang belum tersedia, semakin cepat pula laboratorium itu digunakan
Tidak terbuka
Sementara itu, perempuan berusia 68 tahun di Pontianak meninggal, Senin (6/4/2020) malam. Ia pernah ikut kegiatan keagamaan Sajadah Fajar di Kabupaten Kapuas Hulu, Februari lalu. Penyebab kematian belum diketahui Covid-19 atau bulan. Alasannya, pasien tidak sempat mengikuti tes cepat atau pengambilan spesimen.
Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Barat Harisson, Selasa (7/4/2020), menuturkan, pada Senin, sekitar pukul 20.00, pihaknya menerima informasi itu. Korban adalah pemilik tempat kos di Pontianak.
”Perempuan itu diperkirakan sudah dua hari meninggal. Menurut adiknya, almarhum ikuti acara keagamaan Sajadah Fajar di Kabupaten Kapuas Hulu pada 21-27 Februari,” ujar Harisson. Dia berangkat bersama salah seorang warga meninggal positif Covid-19.
Sebelumnya, pada 21 Maret lalu, seorang perempuan 69 tahun berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soedarso Pontianak. Pasien tersebut terkonfirmasi Covid-19 dan juga pernah mengikuti kegiatan Sajadah Fajar (Kompas.id, 21/3/2020).
”Jenazah dibawa ke RSUD Soedarso Pontianak untuk penatalaksanaan jenazah sesuai prosedur yang sudah ditetapkan. Senin malam juga dimakankan,” ujarnya.
Lokasi kejadian sudah diberi disinfektan pada Senin malam. Hari ini, lokasi tersebut kembali diberi disinfektan. Masyarakat tidak perlu panik karena penanganan jenazah sudah sesuai dengan prosedur.
Harisson menyayangkan sikap kelompok Sajadah Fajar yang tidak mau menyerahkan nama-nama peserta yang datang ke Kapuas Hulu. Akibatnya, Dinkes kesulitan menelusuri siapa saja yang pernah saling kontak dalam acara itu.
”Ini jadi masalah tersendiri. Jika ada yang tertular, mereka akan menularkan kepada orang lain,” ujar Harisson.
Ia berharap, kelompok Sajadah Fajar menyerahkan nama-nama peserta yang ikut dalam acara itu kepada Dinkes Kota Pontianak. Dengan data itu, Dinkes Kota Pontianak bisa melakukan pemeriksaan cepat. Harisson mengatakan semuanya harus dilakukan segera. Jika dibiarkan, penularan Covid-19 berpotensi terus terjadi.
”Jika memang kelompok Sajadah Fajar tetap tidak mau menyerahkan nama-nama peserta, kami akan lapor polisi,” kata Harisson.