Dua Warga Tewas, Longsor Masih Mengancam Perbukitan Tasikmalaya
Dua warga Desa Cukangjayaguna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, tewas akibat bencana longsor, Minggu (5/4/2020). Musim hujan yang masih berlangsung hingga Mei mesti diwaspadai warga yang tinggal di wilayah rawan.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Warga Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, di wilayah perbukitan dengan kontur tanah miring diminta mewaspadai ancaman longsor selama musim hujan. Bencana di Desa Cukangjayaguna, Kecamatan Sodonghilir, Minggu (5/4/2020) yang menimbulkan dua korban jiwa, masih berpotensi berulang.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya, korban bernama Ela (24) dan anaknya, Elinda (3). Saat kejadian, kedua korban sedang berada di dalam rumah yang bersebelahan dengan tembok setinggi lebih dari 2 meter tersebut.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Tasikmalaya Irwan, saat dihubungi pada Senin (6/4/2020), menuturkan, hujan yang turun di kawasan tersebut sejak Minggu pukul 16.00 membuat tanah di sekitar tembok menjadi jenuh dengan air. Kondisi ini diperparah dengan struktur tembok penahan yang tegak lurus sehinggga tidak bisa menahan beban tanah yang dipenuhi air hujan.
”Selain ibu dan anak, suami korban, Dadang (31), juga mengalami luka. Tembok tersebut juga sudah berumur lebih dari empat tahun, dan bahan pembuat tembok diduga tidak memiliki campuran yang baik,” ujarnya.
Menurut Irwan, bencana terjadi akibat struktur tanah yang jenuh air akibat hujan deras yang melanda daerah tersebut. Kondisi permukiman yang rentan longsor kerap dijumpai di sejumlah daerah di Kabupaten Tasikmalaya. Selain Kecamatan Sodonghilir, beberapa daerah lain, seperti Kecamatan Puspahiang, Salawu, Bojonggambir, Cisayong, dan Culamega, juga memiliki kondisi tanah miring serupa.
Musim hujan yang diprediksi terjadi hingga Mei dikhawatirkan memicu bencana di daerah-daerah tersebut. Irwan berujar, lebih dari 50 persen kawasan Tasikmalaya masuk dalam zona merah pergerakan tanah. Sebagian besar permukiman warga di kawasan tersebut juga berada di daerah miring sehingga bencana serupa bisa kembali melanda.
Musim hujan yang diprediksi terjadi hingga Mei dikhawatirkan memicu bencana di daerah-daerah tersebut.
”Karena itu, kami mengimbau warga di lokasi-lokasi yang serupa dengan kejadian di Cukangjayaguna untuk lebih waspada. Apalagi, bagi rumah yang tinggal di dekat tembok penahan tanah, harus dilihat lagi kondisi temboknya,” ujar Irwan.
Selain itu, BPBD juga memberikan atensi khusus ke daerah dengan struktur batuan cadas, seperti Kecamatan Culamega. Menurut Irwan, kondisi hujan yang deras dapat mengikis tanah yang berada di atas bebatuan cadas tersebut sehingga berpotensi longsor.
Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung Tony Agus Wijaya menyatakan, cuaca ekstrem berpotensi terjadi hingga akhir musim hujan yang diprediksi pada Mei. Tidak hanya Tasikmalaya, beberapa daerah, seperti Bandung Raya, Garut, Cianjur, Ciamis, dan Pangandaran, juga memiliki potensi cuaca ekstrem.
Dari prakiraan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Senin pukul 16.00, sebagian besar daerah tersebut berpotensi dilanda hujan lebat disertai kilat. Kondisi tersebut bisa berlangsung hingga pukul 18.00, tergantung kondisi wilayah masing-masing.
”Kondisi serupa bisa saja terjadi di daerah-daerah tersebut hingga akhir musim hujan. Potensi hujan sedang hingga lebat terjadi di hampir seluruh wilayah Jabar, biasanya terjadi pada siang dan sore hari, sedangkan pada malam hari umumnya berawan,” paparnya.