Tingkat kesadaran masyarakat di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, untuk mencegah penyebaran virus korona galur baru melalui pembatasan sosial dan fisik dinilai masih rendah.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Tingkat kesadaran masyarakat di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, untuk mencegah penyebaran virus korona galur baru melalui pembatasan sosial dan fisik dinilai masih rendah. Banyak warga yang tetap keluar rumah untuk nongkrong di warung dan tempat hiburan meski patroli sudah digalakkan.
Sebagai gambaran, dalam patroli pada Sabtu (4/4/2020) malam, petugas gabungan mendapati kerumunan warga di sejumlah warung kopi, rental permainan daring, dan tempat hiburan lainnya. Masyarakat nongkrong seperti kondisi normal seolah tidak sedang terjadi pandemi Covid-19 yang telah menewaskan banyak orang.
”Apabila sikap warga masih seperti ini terus, banyak yang tidak patuh, tidak menutup kemungkinan penularan virus korona semakin sulit dibendung. Sekarang ini jumlah penderitanya semakin bertambah banyak,” ujar Kepala Kepolisian Resor Kota Sidoarjo Komisaris Besar Sumardji, Minggu (5/4/2020).
Sumardji mengatakan, pihaknya tak kurang memberikan imbauan kepada masyarakat agar mematuhi protokol kesehatan dengan berdiam diri di rumah. Pembatasan sosial dan pembatasan fisik juga telah diterapkan di berbagai tempat, mulai jalan protokol, kawasan perumahan, hingga diperluas di kawasan perdesaan.
Namun, sebagian warga tetap membandel. Mereka keluar rumah dan berkerumun di warung kopi dan tempat hiburan, seolah tidak terjadi pandemi. Kawasan pembatasan fisik di jalan protokol, seperti di depan Alun-alun Sidoarjo, juga banyak dilanggar oleh pengendara motor dan mobil.
Sekretaris Daerah Sidoarjo Achmad Zaini mengatakan, pemda belum menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) karena berbagai pertimbangan. Salah satunya kemampuan keuangan daerah dalam menjamin kebutuhan dasar bagi warganya. Selain itu, Sidoarjo juga merupakan pusat industri terbesar di Jatim dan menjadi penopang industri nasional.
Sementara itu, satu pasien dalam pengawasan (PDP) meninggal di Sidoarjo, Minggu. Korban seorang perempuan (44), warga Kecamatan Prambon. Jenazah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Delta Praloyo di Jalan Lingkar Timur. Ini merupakan pemakaman khusus bagi PDP dan pasien terkonfirmasi positif Covid-19.
Meninggalnya seorang PDP ini menambah jumlah warga Sidoarjo yang meninggal karena terjangkit virus korona galur baru. Berdasarkan catatan Kompas, total jumlah PDP meninggal sebanyak enam orang. Adapun jumlah PDP yang dirawat saat ini 73 orang.
Jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 14 orang dan 2 orang meninggal. Sementara jumlah orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 270 orang. Jumlah orang terpapar virus korona galur baru diprediksi terus bertambah setiap hari. Salah satu sumber penularannya lewat kerumunan sosial.
Zaini mengatakan, dalam upaya menanggulangi Covid-19, Pemkab Sidoarjo memerlukan anggaran Rp 114 miliar yang bersumber dari APBD tahun berjalan. Caranya dengan menggeser pos anggaran dari organisasi perangkat daerah, terutama program yang tidak terealisasi seperti kegiatan mudik bareng, pembangunan jalan paralel, dan pembangunan pusat industri sepatu di Krian.
”Prosesnya saat ini pengajuan ke tim Banggar (badan anggaran DPRD) untuk segera disahkan agar dapat dicairkan,” ucap Zaini.