Pemkot Cirebon menyiapkan pemeriksaan Covid-19 melalui metode PCR untuk pendatang dari luar kota. Pemeriksaan ini punya akurasi tinggi.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Pemerintah Kota Cirebon, Jawa Barat, menyiapkan pemeriksaan Covid-19 melalui metode polymerase chain reaction (PCR) untuk pendatang dari luar kota. Pemeriksaan berakurasi tinggi itu diharapkan mengidentifikasi warga yang terpapar virus korona baru sehingga dapat segera ditangani.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon Edy Sugiarto mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan aparat kecamatan hingga RT (rukun tetangga) untuk memantau para pendatang dari daerah episentrum Covid-19 di Jakarta dan sekitarnya. Setiap pendatang akan menjalani tes virus korona baru dengan metode PCR berbasis apus tenggorok atau swab. ”Kalau sudah ada alatnya, mereka akan dites,” katanya, Kamis (2/4/2020), di Cirebon.
Pimpinan daerah sedang membicarakan sumber dananya.
Edy belum bisa memastikan kapan alat tersebut tersedia. Namun, pihaknya berupaya segera membeli alat itu dan meminta izin kepada Kementerian Kesehatan untuk menggelar tes PCR yang saat ini terpusat di Balai Penelitian dan Pengembangan Kemenkes Jakarta.
”Kota Cirebon membutuhkan setidaknya 46 alat tes PCR per hari dengan biaya Rp 720 juta. Pimpinan daerah sedang membicarakan sumber dananya,” ujar Edy. Jika terlaksana, Cirebon tidak perlu menunggu lama hasil tes PCR dari Balitbangkes Kemenkes Jakarta.
Selama ini, kata Edy, hasil pemeriksaan PCR yang terpusat di Jakarta memakan waktu hingga 10 hari. ”Kapasitas pemeriksaan hasil tes di sana sekitar 90 sampel per hari. Tetapi, saat ini, kabarnya sampai 1.000 sampel,” ucapnya.
Kondisi ini membuat pasien dalam pengawasan (PDP) harus menunggu lama dalam ketidakpastian. Sementara kapasitas ruangan isolasi di rumah sakit terbatas. Di Rumah Sakit Daerah Gunung Jati, misalnya, hanya mampu menampung 30 pasien Covid-19 saat ini. Alat pelindung diri tenaga medis untuk merawat pasien juga semakin sedikit.
”Kalau kami melakukan tes PCR, hasilnya hanya beberapa jam. Dengan begitu, kami dapat segera bertindak untuk pasien,” kata Edy.
Sebenarnya, pihaknya telah melakukan tes uji cepat Covid-19 yang tidak berbasis swab sehingga tingkat akurasinya rendah. Hingga kini, jumlah warga yang telah menjalani tes sebanyak 78 orang dengan hasil negatif. ”Padahal, seharusnya ada 6.000 alat tes uji cepat. Kami sudah ajukan penambahan alat tes kepada Pemprov Jabar, tetapi belum ada kabar,” katanya.
Sekretaris Daerah Kota Cirebon Anwar Sanusi mengatakan, pemeriksaan Covid-19 melalui tes PCR perlu segera dijalankan karena jumlah pendatang dari Jakarta dan sekitarnya terus bertambah. Pada Rabu (1/4/2020) saja sebanyak 246 warga datang dari luar Cirebon. Petugas puskesmas pun turut memantau kesehatan mereka.
”Nanti, kalau hasil tes PCR positif, pasien akan dirawat di ruangan isolasi rumah sakit. Kami juga menyiapkan gedung eks Pusdiklatpri sebagai tempat perawatan jika pasien Covid-19 melonjak,” katanya. Gedung tersebut dapat menampung 300 hingga 400 pasien.
Hingga kini, Pemkot Cirebon belum menerima laporan kasus warga setempat yang positif terinfeksi Covid-19. Adapun pasien dalam pengawasan yang masih dirawat tercatat dua orang dan 151 orang masih dalam pemantauan.
Pemerintah Kota Cirebon juga memutuskan meniadakan shalat Jumat di Masjid Raya At-Taqwa dan masjid lainnya demi mencegah penyebaran Covid-19. Shalat Jumat bakal diganti dengan shalat Dzuhur di rumah masing-masing.
Keputusan itu berdasarkan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar. Aturan tersebut mencakup peliburan sekolah, pembatasan kegiatan keagamaan, dan atau pembatasan kegiatan di tempat dan fasilitas umum.
”Kami mengajak masyarakat ikut anjuran pemerintah untuk tetap di rumah dan mendoakan agar Covid-19 segera hilang dari bumi Indonesia,” kata Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis.