Lhokseumawe dan Aceh Utara Siapkan Lokasi Karantina TKI
Dalam keadaan darurat Covid-19, gedung ini dimanfaatkan untuk lokasi karantina orang dalam pemantauan yang baru tiba dari luar negeri dan dari daerah terjangkit.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Untuk mencegah penyebaran virus korona jenis baru, Pemerintah Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh, menyiapkan lokasi karantina bagi tenaga kerja yang pulang dari luar negeri. Para tenaga kerja Indonesia dari negara terjangkit coronavirus disease 2019 atau Covid-19 berpotensi menularkan virus korona jenis baru di daerah asalnya.
Ketua Gugus Penanganan Covid-19 Lhokseumawe Teuku Adnan, dihubungi pada Rabu (1/4/2020), menuturkan, sejauh ini baru delapan tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Lhokseumawe yang pulang dari Malaysia. Mereka diminta karantina mandiri di rumah masing-masing.
Pemkot Lhokseumawe mempersiapkan tempat karantina bagi warga yang pulang dari luar negeri. Tempat itu adalah rumah susun sewa (rusunawa) yang berlokasi di Desa Ulee Jalan, Kecamatan Banda Sakti. ”Sejauh ini belum ada yang karantina di sana, tetapi kami tetap mempersiapkan. Jika ada warga menolak kepulangan TKI, akan dilakukan karantina di rusunawa,” kata Adnan.
Rusunawa itu awalnya dibangun untuk para keluarga nelayan di Desa Pusong. Namun, belum digunakan. Dalam keadaan darurat Covid-19, gedung itu dimanfaatkan untuk lokasi karantina orang dalam pemantauan (ODP) yang baru tiba dari luar negeri dan dari daerah terjangkit.
Hingga Rabu, di Lhokseumawe, terdapat 22 ODP dan satu pasien positif Covid-19 meninggal. Sementara di Provinsi Aceh sebanyak 893 ODP, sebanyak 45 pasien dalam pengawasan, dan sebanyak lima warga positif Covid-19.
Pemerintah Kabupaten Aceh Utara menyiapkan barak bekas penampungan pengungsi Rohingya di Desa Blang Adoe, Kecamatan Suka Makmur, sebagai tempat karantina. Barak itu mampu menampung 50 orang. Namun, hingga kini belum ada yang menempati barak tersebut.
Bupati Aceh Utara Muhammad Thaib meminta kepala desa untuk mendata warganya yang kembali dari Malaysia. Sejauh ini, sebanyak 620 warga yang pulang dari luar daerah dan Malaysia terdata, tetapi mereka belum ditempatkan ke barak. Mereka diminta melakukan isolasi diri selama 14 hari.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Utara Arafat meminta warga untuk saling mendukung dalam upaya melawan Covid 19. Warga yang baru kembali dari luar negeri agar tidak dikucilkan, tetapi harus dibantu untuk menjalani karantina.
”Pemerintah harus bersatu menanggulangi Covid-19. Anggaran perjalanan dinas (DPRK) sebesar Rp 8,7 miliar kami alihkan untuk tanggap darurat,” ujar Arafat.
Pemerintah harus bersatu menanggulangi Covid-19. Anggaran perjalanan dinas (DPRK) sebesar Rp 8,7 miliar kami alihkan untuk tanggap darurat.
Rektor Universitas Malikussaleh Lhokseumawe Herman Fitra menuturkan, TKI yang berada di negara terjangkit Covid-19 sebaiknya menunda pulang ke Aceh. Sebab, berpeluang menjadi pembawa virus ke kampungnya. Namun, bagi TKI yang terpaksa pulang harus karantina mandiri selama 14 hari.
”Saya berharap warga yang baru dari luar negeri memiliki kesadaran untuk isolasi diri. Aparatur desa juga harus aktif mengingatkan warganya,” kata Herman.
Sementara itu, untuk mencegah penyebaran Covid-19, Pusat Riset Nilam Universitas Syiah Kuala Banda Aceh membagikan secara gratis 1.700 botol hand sanitizer kepada rumah sakit, puskesmas, mahasiswa, dan warga lain. Hand sanitizer itu produksi Pusat Riset Nilam Unsyiah.