Gerakan Swadaya Warga Menghadang Korona Kian Tumbuh
Gerakan melawan penyebaran virus korona oleh masyarakat di sejumlah kota dan kabupaten di Jawa Timur yang dilakukan secara swadaya kian tumbuh. Caranya, bergotong royong membuat disinfektan dan cairan pencuci tangan.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA/AMBROSIUS HARTO
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Gerakan melawan penyebaran virus korona oleh masyarakat di sejumlah kota dan kabupaten di Jawa Timur yang dilakukan secara mandiri kian tumbuh. Tak hanya mengikuti semua aturan pemerintah untuk beraktivitas di rumah, menghindari kerumunan, dan menjaga jarak, warga juga bergotong royong membuat disinfektan dan cairan cuci tangan secara mandiri.
Memang Pemerintah Kota Surabaya sejak dua pekan lalu terus melakukan penyemprotan disinfektan sampai ke permukiman (depan rumah) warga menggunakan mobil pemadam kebakaran dan sepeda motor. Jadwal penyemprotan di permukiman pun diatur oleh kelurahan masing-masing.
”Tidak mungkin penyemprotan oleh pemkot dilakukan sampai ke dalam rumah warga, kan, begitu luas ini kota,” kata Ketua PKK RT 006 RW 012 Kelurahan Medokanayu, Reni (37).
”Untuk itu kami, warga RW 012 Kelurahan Medokanayu, sepakat membuat sekaligus menyediakan pembersih tangan berikut sabun atau cairan di depan rumah masing-masing dan juga mengolah disinfektan. Semua alat untuk sterilisasi warga kami pakai barang bekas, seperti galon, kaleng cat, atau drum,” tuturnya.
Dengan membuat disinfektan secara mandiri, seluruh rumah di RW 12, setiap tiga hari sekali disemprot. Penyemprotan pun dilakukan secara bergantian oleh warga. Bahan baku untuk disinfektan pun yang kami gunakan benar-benar sesuai dengan standar kesehatan.
Tidak mungkin penyemprotan oleh pemkot dilakukan sampai ke dalam rumah warga, kan, begitu luas ini kota.
”Bahan baku untuk disinfektan yang kami pakai pun aman buat manusia dan hewan. Awalnya sempat kami buat disinfektan dengan mencampur beberapa cairan pembersih lantai dengan pengusir nyamuk, ditambah pemutih kain. Begitu disemprotkan, beberapa hewan peliharaan warga ada yang lemas,” ujar Ketua RW 012, Suyanto (46).
Sementara warga Perumahan Sukolilo Park Regency membuat gebrakan dengan memasang bilik sterilisasi secara otomatis di pintua masuk perumahan. Semua yang keluar masuk ke perumahan, kata Ahmad Qosim (46), wajib melewati bilik yang otomatis menyemprotkan disinfektan.
Warga setempat juga melakukan penyemprotan disinfektan ke rumah-rumah menggunakan mobil bak terbuka. ”Tidak mungkin sampai ke dalam rumah warga disemprot oleh pemkot, maka kami mengolah dan menyemprotkan disinfektan ke seluruh rumah warga,” katanya.
Terowongan sterilisasi
Warga Puri Jepun Permai II, Tulungagung, Jawa Timur, secara swadaya juga membangun terowongan sterilisasi di gerbang kompleks tersebut. Pembangunan terowongan dengan instalasi pipa penyemprot disinfektan bertujuan mencegah paparan virus korona yang telah menjadi pandemi.
Menurut warga Puri Jepun Permai II, Destyan Sujarwoko, yang dihubungi dari Surabaya, terowongan telah aktif dengan menyemprotkan disinfektan melalui instalasi pipa dan 12 sprinkle sprayer di atap lorong dan tiang dari bambu serta dibungkus plastik untuk menahan uap air cairan yang disemprotkan itu.
Terowongan hasil swadaya masyarakat itu berukuran panjang 5 meter, lebar 3 meter, dan tinggi 4 meter. Sistem penyemprot akan bekerja saat diaktifkan ketika setiap benda atau orang melewati terowongan itu.
Menurut Ketua Rukun Tetangga Puri Jepan Permai II Suwarno, pembangunan terowongan sterilisasi secara mandiri ini merupakan wujud aktif masyarakat dalam mencegah penularan virus korona.
”Kami juga mengikuti dan menjalankan anjuran serta protokol kesehatan dari pemerintah, yakni kebersihan diri dan lingkungan serta jaga jarak fisik,” kata Suwarno.
Warga terinspirasi konsep terowongan sterilisasi di peternakan modern atau instalasi kesehatan lain yang mereka saksikan baik secara sendiri maupun melalui tayangan rekaman video. Siapa atau apa pun yang melewati terowongan akan disemprot dengan uap disinfektan guna membunuh kuman dengan harapan obyek akan bersih.
”Di Kalipakis, Bantul, warga membuat gerbang disinfektan sehingga kami meniru dan memodifikasinya,” kata Destyan. Mereka bergotong royong membangun instalasi dengan uang yang dikumpulkan senilai Rp 2 juta. Terowongan itu selesai dibangun dua malam.
Bupati Tulungagung Maryoto Birowo mengapresiasi langkah warganya yang proaktif dalam mencegah penularan virus korona. Tulungagung dan daerah sekitar, yakni Trenggalek, Ponorogo, Kediri, dan Blitar, bahu-membahu di perbatasan dengan mengecek kesehatan warga atau pelintas. Mereka ingin menekan sekeras mungkin penularan virus korona.
Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin yang dihubungi terpisah mengatakan, di setiap perbatasan telah ditempatkan pos pemeriksaan dan terowongan sterilisasi. Mobil yang akan keluar atau masuk wilayah harus disemprot terlebih dahulu. Kemudian, tim kesehatan memeriksa suhu dan kondisi fisik penumpang di dalam kendaraan.
”Yang dicurigai ada gejala seperti pasien virus korona akan kami tarik dan isolasi dengan pengawasan yang ketat,” kata Arifin.
Makin langka dan mahalnya perlengkapan pencegahan penyebaran virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19, seperti masker, hand sanitizer, dan disinfektan, membuat sejumlah elemen masyarakat bergerak. Beberapa komunitas dan organisasi masyarakat di Jawa Timur, khususnya di Surabaya, mulai menggalang donasi berupa masker, hand sanitizer, sabun antiseptik, dan disinfektan untuk dibagi-bagikan secara gratis kepada masyarakat.
Hal ini seperti dilakukan Jatim for Indonesia (JFI) bekerja sama dengan Jaringan Arek Ksatria Airlangga (JAKA), kata Ketua JAKA Teguh Prihandoko, yang akan terus membagikan cairan cuci tangan, masker, dan disinfektan kepada masyarakat.
Komunitas ini juga menerima donasi berbagai kebutuhan untuk mencegah penyebaran virus korona, antara lain hand sanitizer, masker, sabun cair antiseptik, serta dana untuk melakukan pengadaan barang-barang itu.
”Semua barang tersebut kami bagikan secara gratis kepada masyarakat, terutama yang di permukiman, pasar tradisional, dan pengemudi angkutan umum,” ujarnya.
Saat ini, jejaring JFI telah mengupayakan 9.000 botol hand sanitizer secara bertahap dan JAKA dalam proses menyediakan 2.000 botol cairan pembersih tangan.
”Setiap hari relawan membagikan barang-barang itu kepada warga, terutama yang tinggal di permukiman padat,” ucap Teguh.
Ia menambahkan, disinfektan dan cairan pencuci tangan mereka olah secara mandiri, lalu dibagikan gratis kepada masyarakat.