NTB Pasang Bilik Disinfektan di Sejumlah Obyek Vital
Memasuki fase kedua wabah Covid-19, yakni dengan adanya dua kasus positif, langkah pencegahan terus dilakukan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Salah satunya memasang bilik disinfektan di sejumlah obyek vital.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA/KHAERUL ANWAR
·4 menit baca
PRAYA, KOMPAS — Memasuki fase kedua wabah Covid-19, yakni dengan adanya dua kasus positif, langkah pencegahan terus dilakukan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Salah satunya dengan memasang bilik disinfektan di sejumlah obyek vital, seperti bandara, pelabuhan, dan rumah sakit.
Pemasangan bilik disinfektan mulai dilakukan di Bandara Internasional Lombok, Kamis (26/3/2020). Pemasangan dan uji coba dihadiri oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zulkieflimansyah didampingi Komandan Rayon Militer 162/Wira Bhakti Kolonel Czi Ahmad Rizal Ramdhani, Kepala Dinas Perhubungan NTB Lalu Bayu Windia, General Manager Bandara Internasional Lombok (BIL) Nugroho Jati, dan tim Satuan Tugas Penanganan Covid-19 NTB.
Bandara merupakan gerbang keluar-masuknya orang dari dan ke NTB. Jadi, diharapkan setelah melewati bilik ini, para penumpang akan steril dan terbebas dari bakteri atau virus, termasuk (virus penyebab) Covid-19, yang menempel di pakaian, tubuh, ataupun barang bawaan para penumpang.
Menurut Jati, ada lima bilik desinfektan (disinfectantchamber) yang dipasang, yakni di jalur keberangkatan dan jalur kedatangan penumpang BIL. Dari lima bilik disinfektan itu, tiga unit berasal dari Pemerintah Provinsi NTB, sedangkan dua unit dari BIL.
”Bandara merupakan gerbang keluar-masuknya orang dari dan ke NTB. Jadi, diharapkan setelah melewati bilik ini, para penumpang akan steril dan terbebas dari bakteri atau virus, termasuk (virus penyebab) Covid-19, yang menempel di pakaian, tubuh, ataupun barang bawaan para penumpang,” kata Jati.
Zulkieflimansyah menambahkan, pemasangan bilik disinfektan merupakan upaya serius pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid-19 di NTB. Apalagi, saat ini sudah ada dua kasus positif Covid-19 di NTB.
”Semua penumpang yang masuk dan keluar dari NTB harus masuk ke bilik disinfektan ini untuk mencegah diri dari penyebaran Covid-19,” kata Zulkieflimansyah.
Menurut dia, selain di bandara, bilik disinfektan yang diproduksi industri kecil menengah (IKM) di Science Technology Industrial Park (STIP) Banyumulek, Lombok Barat, itu juga akan dipasang di Pelabuhan Lembar (Lombok Barat), Pelabuhan Kayangan dan Rumah Sakit Umum Daerah Selong (Lombok Timur), serta Rumah Sakit Umum Daerah NTB.
Kepala STIP Banyumulek Khairul Ikhwan mengatakan, pada tahap awal, mereka akan memproduksi 40 unit. Lalu secara bertahap produksi akan bertambah karena selain dipasang di semua obyek vital, bilik ini juga akan dipasang di tempat lain, seperti sekolah-sekolah di NTB.
Khairul menjelaskan, mereka membuat prototipe, kemudian diperbanyak oleh IKM-IKM di seluruh NTB.
”Untuk bandara, karena risiko tinggi, dipasang yang model semprot. Jadi, sistem kerjanya, ketika penumpang masuk dengan membawa tas dan lainnya, bilik akan otomatis menyemprot selama delapan detik. Setelah lampu hijau, baru keluar. Delapan detik sudah kami ukur karena cukup untuk mengenai seluruh tubuh orang di dalamnya,” kata Khairul.
Ia menambahkan, dalam pembuatan bilik disinfektan itu, mereka akan melibatkan 20 IKM di Lombok. Ia memperkirakan bisa memproduksi 40 unit per hari dengan jumlah IKM tersebut. ”Di sisi lain, adanya musibah ini memang berdampak terhadap kompetensi dan penghasilan IKM. Harapannya, mereka bisa tumbuh dan alat yang diproduksi semakin berkembang,” kata Khairul.
Jemaah tablig
Dari 320 anggota jemaah tablig asal Pulau Lombok yang pulang dari Pakatto, Gowa, Sulawesi Selatan, 12 orang masuk karantina di Balai Pelatihan Kesehatan/Bapelkes Mataram. Hasil pemeriksaan menyebutkan, ke-12 orang itu mengalami flu, pilek, dan panas sehingga berstatus orang dalam pemantauan (ODP).
”Belum tentu mereka terpapar Covid-19. Karena petugas khawatir melihat mereka mengalami flu, batuk, suhu tubuhnya panas, mereka dikarantina selama 14 hari di Kantor Bapelkes. Petugas kesehatan terus memantau perkembangan mereka,” ujar Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 NTB Ahsanul Halik.
Menurut Ahsanul, yang juga Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB, 320 anggota jemaah tablig itu tiba di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat, dengan menumpang feri dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (24/3/2020) malam. Mereka pulang dari Pakatto, Gowa, Sulawesi Selatan, setelah pertemuan tahunan Ijtima Zona Asia tahun 2020 dibatalkan.
Seperti dikatakan Kepala Dinas Kesehetan NTB Nurhandini Eka Dewi, para anggota jemaah tablig menjalani prosedur standar operasi (SOP) seperti tubuhnya disemprot cairan disinfektan, lalu dibawa ke lokasi karantina di Asrama Haji NTB, Jalan Lingkar Selatan, Kota Mataram. Karena ada penolakan dari warga sejumlah kompleks perumahan yang lokasinya relatif jauh dari Asrama Haji NTB, satgas membawa mereka ke Masjid Attaqwa Mataram.
Rabu (25/3/2020), dari 320 orang, sebanyak 308 orang diizinkan pulang ke daerah asal di Pulau Lombok, sedangkan 12 lainnya menjalani karantina. ”Nama dan identitas mereka yang pulang itu sudah kami sampaikan kepada bupati-wali kota,” ujar Ahsanul.
Selanjutnya, para bupati-wali kota melalui dinas kesehatan memeriksa kesehatan para anggota jemaah. Dari hasil pemeriksaan itu bisa diketahui mana yang masuk karantina atau yang melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing.
Ahsanul menambahkan, para anggota jemaah tablig pulang ke NTB menumpang pesawat terbang dan kapal laut. Mereka yang berasal dari Pulau Sumbawa diperkirakan tiba hari Kamis melalui Pelabuhan Sape, Kabupaten Bima.