JAD Manfaatkan Situasi Wabah Covid-19 untuk Bergerak
Jaringan teroris JAD bergerak mempersiapkan aksi terornya selagi pemerintah dan masyarakat sibuk memerangi wabah Covid-19.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian Negara RI kembali menangkap terduga teroris yang merupakan jaringan kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah atau JAD. Penangkapan tersebut menegaskan jaringan JAD masih cukup kuat di Indonesia.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Raden Prabowo Argo Yuwono, dalam jumpa pers, Kamis (26/3/2020), di Jakarta, mengatakan, pada Rabu, 24 Maret, Detasemen Khusus (Densus) 88 Polri telah mengamankan empat terduga teroris di Kecamatan Subah, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Keempat orang itu berinisial MW, MF, MS, dan MT.
Selain keempat orang yang diamankan, terdapat seorang terduga teroris lain yang ketika ditangkap melakukan perlawanan kepada petugas sehingga ditembak mati. Kini, jenazahnya berada di Rumah Sakit Bhayangkara, Semarang.
”Keempat terduga teroris tersebut merupakan jaringan JAD dari wilayah Makassar, Semarang, Temanggung, dan Kendal,” kata Argo.
Menurut Argo, penangkapan terduga teroris di Batang tersebut dilakukan sekitar pukul 15.50 WIB. Dari penangkapan tersebut, petugas mengamankan barang bukti antara lain sebuah pedang samurai, sebilah golok, sangkur, dan beberapa catatan.
Selain itu, lanjutnya, petugas menyita 10 bungkus korek api, 10 resistor, 4 telepon genggam, 24 botol plastik kecil, dan 24 botol berisi cairan. Menurut Argo, petugas saat ini masih memeriksa jenis cairan tersebut.
Pada 11 Maret lalu, Densus 88 Antiteror telah menangkap seorang terduga teroris di Kecamatan Payakumbuh Barat, Kota Payakumbuh, Sumatera Barat. Petugas menangkapnya karena diduga terkait dengan jaringan kelompok teroris JAD Pekanbaru.
Manfaatkan situasi
Secara terpisah, pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian, Noor Huda Ismail, berpandangan, jaringan JAD berbeda dengan jaringan Jamaah Islamiyah (JI) yang tertata dengan struktur dan aturan organisasi yang rapi dan hati-hati. Jaringan JAD bersifat lebih cair dan banyak terkait melalui media sosial, terutama melalui aplikasi grup Telegram. Ada kemungkinan antar-mereka sendiri tidak pernah bertemu atau jika bertemu hanya beberapa kali, tetapi mereka disatukan dalam satu ideologi yang sama, yaitu ide khilafah.
”Densus 88 itu, kan, bisa mendeteksi jaringan itu lewat online juga. Bisa jadi Densus menangkap jaringan mereka yang terdahulu, kemudian yang tertangkap ini buka rahasia,” kata Noor Huda.
Menurut Noor Huda, saat ini Densus 88 semakin cepat dan tanggap dalam menanggapi pergeseran cara kerja teroris baru ala Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) ini dibandingkan dengan cara kerja teroris dulu. Selain itu, kemampuan organisasi dan militeristik teroris ala NIIS dinilai semakin lemah karena mereka lebih banyak bertemu dalam jaringan (online).
Sementara itu, pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan, JAD adalah kelompok utama teroris di Indonesia. Jaringan JAD Sumatera dan Jawa berada dalam satu koordinasi, yakni Mujahidin Indonesia Barat (MIB) yang dulu dipimpin Abu Roban.
Wabah Covid-19 merupakan saat bagi mereka untuk bergerak. Sebab, Covid-19 dilihat sebagai tentara Imam Mahdi yang membantu memerangi Indonesia.
Menurut Al Chaidar, wabah Covid-19 merupakan saat bagi mereka untuk bergerak. Sebab, Covid-19 dilihat sebagai tentara Imam Mahdi yang membantu memerangi Indonesia.
”Mereka ditangkap karena hendak melakukan serangan. Penangkapan (oleh Densus 88) juga tergantung komunikasi mereka aktif atau tidak. Mereka masih menggunakan aplikasi Telegram,” tutur Al Chaidar.