Mengatasi Korona, NTT Dapat Bantuan 500.000 Masker
Pemprov Nusa Tenggara Timur mendapat bantuan 500.000 set alat pelindung diri bagi tenaga medis dari pemerintah pusat. Pemprov NTT menyiapkan anggaran Rp 60 miliar untuk menangani mewabahnya virus korona baru.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur mendapat bantuan 500.000 masker dari pemerintah pusat. Pemprov NTT juga menyiapkan anggaran Rp 60 miliar untuk menangani mewabahnya virus korona baru atau SARS-CoV-2.
Saat ini di NTT ada satu pasien dalam pengawasan (PDP) dan 110 orang dalam pemantauan ODP). Untuk itu, pemprov menyediakan tiga rumah sakit alternatif di Kota Kupang jika RSUD WZ Yohannes tidak memadai lagi.
Gubernur NTT Viktor Laiskodat kepada pers di Kupang, Selasa (24/3/2020), mengatakan, NTT masih negatif penyebaran virus korona sehingga mendapat masker dari pemerintah pusat. ”Prioritas masker diberikan ke daerah-daerah yang sudah positif terpapar virus korona,” ujarnya.
Menurut Viktor, NTT dapat salag satu alat pelindundung diri berupa masker karena NTT masih negatif Covid-19. APD ini menjadi kesulitan seluruh Indonesia, bahkan seluruh dunia.
Pemprov juga menyediakan anggaran Rp 60 miliar untuk menangani ancaman virus korona. Dana ini digunakan sesuai kebutuhan paling mendesak di lapangan. Kemungkinan termasuk insentif tenaga kesehatan, tetapi akan dibahas bersama.
Prioritas masker diberikan ke daerah-daerah yang sudah positif terpapar virus korona.
Pemerintah pusat melarang kebijakan lockdown oleh kepala daerah di wilayah tertentu. Namun, lebih penting dari itu, bagaimana seluruh masyarakat NTT menyadari diri sebagai pembawa atau carrier virus bagi orang di sekitar. Menjadi carrier virus korona bukan saja orang yang sudah positif dirawat di rumah sakit, melainkan juga orang yang masih tampak sehat, belum mengeluh sakit atau memperlihatkan gejala awal, tetapi sudah terpapar virus itu.
Jika kesadaran ini dibangun semua elemen masyarakat, NTT berpeluang bebas dari virus ini. Setiap saran, imbauan, dan petunjuk pemerintah terkait upaya pencegahan virus korona harus dipatuhi dan ditaati bersama.
Sementara itu, pasien dalam pengawasan ada satu orang di Labuan Bajo. Pasien ini berasal dari Kecamatan Kurus, Kabupaten Manggarai Barat, usia 44 tahun. Sebelumnya, ia dirawat di RSUD dr Soetomo, Surabaya, dengan keluhan demam, batuk, dan muntah. Kemudian dia dibawa ke Manggarai Barat dan kini dirawat di rumah.
Lima hari lalu, pihak keluarga memberi tahu petugas Dinas Kesehatan Manggarai Barat. Pasien kemudian dipantau petugas kesehatan dan dirawat di RS Swasta Sulawesi di Labuan Bajo. Sesuai rencana, pasien segera dipindahkan ke RSUD Komodo, Labuan Bajo.
Sampai 23 Maret, di Provinsi NTT jumlah orang dalam pemantauan (OPD) sebanyak 110 orang. Mereka tersebar di 16 kabupaten. Kota Kupang terbanyak dengan 24 orang, sementara yang terkecil Kabupaten Manggarai Timur, Malaka, dan Alor masing-masing 1 orang. Sebelumnya jumlah OPD 131 orang, tetapi sebanyak 21 orang sudah selesai masa pemantauan dan dinyatakan sehat.
Dikarantina
Laiskodat menyebutkan, migran asal NTT dari Malaysia tiba melalui Bandara El Tari, Kupang, akan dikarantina selama 14 hari di Hotel Sasando, Kupang. Setelah 14 hari dinyatakan sehat, mereka dipulangkan ke kediaman masing-masing, tetapi tetap dipantau petugas kesehatan di daerah itu.
Pemprov telah meminta bupati dan wali kota se-NTT, tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat agar melakukan sosialisasi penyebaran virus ini kepada semua RT dan RW di desa dan kelurahan. Masih banyak warga belum paham soal sistem dan cara penyebaran virus ini. Jika mereka memahami, dengan sendirinya warga bisa mencegah agar tidak terpapar virus korona.
Social distance dan physical distance atau jaga jarak sedapat mungkin dipahami dan dihayati masyarakat dan tokoh agama. Masyarakat diharapkan menggunakan masker, taat mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, serta membersihkan badan dan pakaian setelah bepergian ke pusat perbelanjaan.
Pemprov menyediakan tiga rumah sakit alternatif di Kota Kupang, yakni Rumah Sakit Pendidikan Undana Kupang di Oepura, RS Jiwa di Naimata, dan Hotel Sasando di Kelapa Lima jika kondisi pasien korona membeludak.
Pemda dan masyarakat tidak mengharapkan NTT positif korona. Namun, jika hal itu terjadi, apalagi dalam jumlah yang cukup, sebaiknya antisipasi awal harus ada.
Kesulitan tenaga medis adalah kurangnya dokter ahli spesialis paru. Saat ini NTT hanya memiliki empat dokter spesialis paru sehingga masih butuh 7-8 dokter ahli paru lagi untuk menangani 11 rumah sakit rujukan yang sudah disiapkan. Jika kondisi pasien meningkat, empat dokter ahli ini terpaksa keliling ke setiap rumah sakit yang membutuhkan.
Pemprov segera melakukan pertemuan membahas semua masalah yang dihadapi. Mana yang bisa ditangani di daerah dan mana yang perlu mendapat dukungan dari pusat.
”Pemprov juga akan membahas dan mengkaji dampak dari virus ini terhadap usaha kecil dan menengah, termasuk usaha restoran. Pemprov bisa mengatasi secara sederhana dengan memesan makanan dari restoran itu, juga menggalang kelompok UKM menanam kelor, kemudian dibayar pemprov,” tuturnya.
Sementara itu, Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Kupang RD Gerardus Duka mengatakan, Keuskupan Agung Kupang meniadakan misa di gereja sejak Minggu (22/3/2020). Pihak keuskupan menyelenggarakan misa secara live streaming di Gereja Katedral Kupang yang dipimpin Mgr Petrus Turang pada pukul 08.00 Wita dan pukul 09.00 Wita di Gereja Asumpta oleh pastor Paroki Asumpta.
”Keuskupan Agung Kupang sedang mengupayakan agar misa live streaming diperluas di daratan Pulau Timor, Alor, Sabu, dan Rote Ndao, apalagi semua kegiatan gereja yang melibatkan massa untuk dibatalkan,” ujarnya.