Covid-19 Mengancam, Kota Cirebon Krisis Alat Pelindung Diri
Jumlah orang yang dipantau terkait penyakit Covid-19 di Kota Cirebon, Jawa Barat, terus meningkat. Namun, tenaga medis sebagai garda terdepan melawan virus korona baru tersebut malah krisis alat pelindung diri
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Jumlah orang yang dipantau terkait penyakit coronavirus disease 2019 atau Covid-19 di Kota Cirebon, Jawa Barat, terus meningkat. Namun, tenaga medis sebagai garda terdepan melawan virus korona jenis baru ini malah krisis alat pelindung diri.
”Kami krisis APD (alat pelindung diri). Di puskesmas, APD bertahan paling lama dua pekan ke depan. Kalau tidak ada penambahan, tenaga medis tumbang menghadapi Covid-19,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon Edy Sugiarto, Senin (23/3/2020), setelah rapat koordinasi penanggulangan Covid-19 di Balai Kota Cirebon.
Menurut dia, dari 22 puskesmas yang melayani sekitar 320.000 warga kota, hanya dua puskesmas yang memiliki stok APD hingga Juni. Padahal, menurut dia, jumlah warga yang memeriksakan diri di satu puskesmas bisa mencapai 80 hingga 300 orang per hari. Tenaga medis di puskesmas pun membutuhkan APD karena pasien umumnya memeriksakan diri terkait Covid-19.
Kami krisis APD. Di puskesmas, APD bertahan paling lama dua pekan ke depan. Kalau tidak ada penambahan, tenaga medis tumbang menghadapi Covid-19.
Untuk masker bedah, misalnya, dibutuhkan 182.886 buah hingga akhir Mei mendatang. Adapun gown cover all perlu 1.827 unit. Pihaknya memperkirakan, kebutuhan dana APD mencapai Rp 2,3 miliar. Adapun anggaran biaya tak terduga yang disiapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Cirebon untuk bencana sekitar Rp 2 miliar. ”Direncanakan, dananya cair hari ini. Namun, ada kendala administrasi. Mohon doanya,” ucap Edy.
Kondisi APD di RSD Gunung Jati, Kota Cirebon, yang merupakan RS rujukan penanganan Covid-19 di wilayah timur Jabar tidak lebih baik. Pada Senin siang, masker N95 tersisa 12 unit. Padahal, kebutuhan per hari minimal 40 hingga 200 unit. Begitu pun dengan cover all, hanya 111 unit dan dapat bertahan hingga dua hari ke depan.
Pekan lalu, pihaknya menerima bantuan lima set APD lengkap. Permintaan APD pun sudah diajukan ke Dinkes Jabar dan Kementerian Kesehatan. Namun, pihaknya belum menerima bantuan APD terbaru karena barang tersebut langka di pasaran. ”Tolong para pengusaha buka keran APD. Jangan ada spekulan. Tolong bantu kami,” ujarnya.
Padahal, jumlah orang dalam pemantauan (ODP) terkait Covid-19 di Kota Cirebon meningkat sedikitnya lima orang setiap hari. Saat ini, pihaknya mencatat 41 ODP, atau meningkat dibandingkan pada Kamis (19/3/2020) yang masih 13 orang.
ODP merupakan orang yang diduga pernah kontak dengan pasien positif Covid-19 atau mengunjungi daerah/negara yang memiliki wabah Covid-19. ODP juga bisa memiliki gejala seperti batuk, demam, dan gangguan saluran pernapasan ringan meski tidak dirawat.
Adapun pasien dalam pengawasan (PDP) yang merupakan warga Kota Cirebon tercatat empat orang. PDP merupakan orang yang dirawat di ruang isolasi karena memiliki gejala Covid-19 dan pernah kontak dengan kasus infeksi Covid-19 atau mengunjungi daerah/negara tempat mewabahnya virus tersebut.
Direktur RSD Gunung Jati Ismail Jamaludin mengatakan, saat ini terdapat delapan PDP dan seorang pasien positif terinfeksi Covid-19. Sesuai kapasitas RS, enam pasien dirawat di ruang isolasi. Hingga Senin pagi, terdapat tiga pasien yang ditempatkan di ruang tunggu menuju isolasi karena ruangan penuh.
Memindahkan pasien
Pihaknya berupaya menghubungi rumah sakit rujukan lini kedua, yakni RSUD Waled, RSUD Arjawinangun, dan RS Paru Jabar di Sidawangi untuk memindahkan pasien karena ruangan isolasi penuh. ”Kami juga akan menambah ruangan isolasi berkapasitas 30 tempat tidur. Mungkin Jumat atau Sabtu ini beroperasi,” ujar Ismail.
Kerja sama dengan rumah sakit lain juga dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan dokter spesialis paru. Di RSD Gunung Jati, hanya ada tiga dokter spesialis paru. Namun, satu dokter memasuki usia pensiun dan seorang lainnya cuti hamil. Jadi, hanya ada satu dokter yang aktif beroperasi 24 jam.
Ismail mengaku siap jika RSD Gunung Jati dijadikan RS rujukan pemerintah pusat untuk penanggulangan Covid-19. Sekitar 450 ruangan siap digunakan untuk merawat pasien Covid-19. ”Namun, dengan catatan, sarana seperti APD dan dokter tersedia. Saat ini, kami menyiapkan 100 tenaga medis,” katanya.
Ketua Komisi III DPRD Kota Cirebon Tresnawaty mendesak pemerintah daerah dan pusat menyediakan APD untuk tenaga medis. ”Apalagi, kasus kematian tenaga medis karena Covid-19 hampir mencapai 18 persen. Ini sangat tinggi. Jadi, yang sakit itu mereka yang menolong,” ujarnya.
Meski demikian, katanya, kasus Covid-19 tidak mungkin berkurang tanpa upaya pembatasan sosial oleh masyarakat. Pihaknya merekomendasikan Pemkot Cirebon menambah waktu libur kegiatan belajar-mengajar di sekolah dan kampus dari sebelumnya dua pekan menjadi tiga pekan. ”Evaluasi kami, minggu pertama masih banyak masyarakat yang berkeliaran,” ujarnya.