Tujuh Kecamatan di Kabupaten Bandung Terendam Banjir, Ratusan Warga Mengungsi
Banjir akibat luapan Sungai Citarum dan anak-anak sungainya merendam ribuan rumah di tujuh kecamatan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (21/3/2020). Sejumlah 229 warga mengungsi akibat bencana itu.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Banjir akibat luapan Sungai Citarum dan anak-anak sungainya kembali merendam ribuan rumah di tujuh kecamatan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (21/3/2020). Sejumlah 229 warga mengungsi akibat bencana itu.
Tujuh kecamatan tersebut adalah Baleendah, Bojongsoang, Dayeuhkolot, Banjaran, Katapang, Majalaya, dan Soreang. Banjir juga menggenangi 38 tempat ibadah dan 26 sekolah.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Enjang Wahyudin mengatakan, pengungsi yang berada di Baleendah sejumlah 107 orang dan Dayeuhkolot 122 orang.
Ketinggian banjir bervariasi. Banjir terparah terjadi di Baleendah dengan ketinggian hingga lebih dari 3 meter dan Dayeuhkolot hingga 2 meter. Banjir di Banjaran setinggi 1,4 meter. Sementara ketinggian banjir di empat kecamatan lainnya hingga 1 meter.
Deden (50), warga Baleendah, mengatakan, hujan lebat mengguyur kawasan itu dalam tiga hari terakhir. Hujan lebih dari tiga jam pada Jumat (20/3) sore hingga malam memicu meluapnya Sungai Citarum dan Cisangkuy yang berada di sekitar permukiman warga.
Ketinggian banjir bervariasi. Banjir terparah terjadi di Baleendah dengan ketinggian hingga lebih dari 3 meter dan Dayeuhkolot hingga 2 meter.
”Hujan sempat reda ketika Maghrib. Namun, hujan lebat kembali turun sehingga air masuk ke rumah warga,” ujarnya.
Banjir berangsur surut pada Sabtu sore. Namun, warga masih mengungsi sebab banjir berpotensi kembali meninggi karena musim hujan di kawasan Bandung dan sekitarnya belum berakhir.
Deden mengatakan, ketinggian banjir di rumahnya pada Sabtu pagi sekitar 2 meter. ”Sekarang posisinya sudah sekitar 1 meter. Semoga tidak turun hujan lebat lagi,” ujarnya, Sabtu sore.
Meskipun banjir berangsur surut, warga diminta tetap waspada. Mereka menambatkan perahu dan pelampung darurat dari ban dalam bekas di depan rumah untuk memudahkan evakuasi.
Kabupaten Bandung, terutama Kecamatan Baleendah, Bojongsoang, dan Kecamatan Dayeuhkolot, merupakan langganan banjir saat musim hujan. Selain karena dilintasi Sungai Citarum, Cisangkuy, dan Sungai Cikapundung, elevasi sejumlah permukiman warga di kawasan itu lebih rendah dari permukaan sungai.
Asep (38), warga Dayeuhkolot, mengatakan, meskipun terbiasa menghadapi banjir, warga tetap waswas. Apalagi jika hujan lebat turun sore atau malam karena akan memicu banjir pada tengah malam atau dini hari.
”Sebagian warga yang rumahnya bertingkat masih bertahan di lantai. Namun, kalau tidak, lebih baik mengungsi,” ujarnya.
Asep mempertanyakan fungsi sejumlah infrastruktur pengendali banjir yang telah dibangun pemerintah, seperti kolam retensi Cieunteung dan Terowongan Air Nanjung.
”Hasilnya belum maksimal. Banjir besar masih tetap terjadi. Semoga pemerintah lebih serius menangani banjir di sini yang sudah terjadi puluhan tahun,” ujarnya.
Terowongan Nanjung di Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, diresmikan Presiden Joko Widodo. Terowongan ini berfungsi mempercepat aliran Sungai Citarum sehingga banjir di Kabupaten Bandung lebih cepat surut.
Terowongan Nanjung terdiri dari dua terowongan, masing-masing sepanjang 230 meter dengan diameter 8 meter. Terowongan ini diklaim mampu meningkatkan kapasitas debit Citarum dari 570 meter kubik per detik menjadi 700 meter kubik per detik.
Joko Widodo mengatakan, pembangunan infrastruktur untuk mengatasi banjir luapan Citarum akan dilanjutkan. Sodetan Cisangkuy, kolam retensi Andir, serta sejumlah polder di sekitar Citarum ditargetkan rampung tahun ini.