Kasus Positif Covid-19 di Jabar Melonjak, Pembatasan Sosial Wajib Dijalankan
Kasus positif Covid-19 di Jawa Barat mencapai 26 kasus, Kamis (19/3/2020). Jumlah itu melonjak lebih dari dua kali lipat dibandingkan dua hari sebelumnya dengan 12 kasus.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Kasus positif Covid-19 di Jawa Barat mencapai 26 kasus, Kamis (19/3/2020). Jumlah itu melonjak lebih dari dua kali lipat dibandingkan dua hari sebelumnya sebanyak 12 kasus.
Dari 26 kasus tersebut, tiga pasien sembuh. Namun, dua pasien meninggal. Kasus positif Covid-19 di Jabar berpotensi terus meningkat. Saat ini masih ada 83 pasien dalam pengawasan. Langkah pemerintah yang menganjurkan masyarakat membatasi interaksi sosial wajib dijalankan agar penularannya tidak meluas.
”Lakukan social distancing. Dua pekan ini akan menjadi masa kritis. Jika kita disiplin melakukannya, penurunan kasus bisa maksimal,” ujar Gubernur Jabar Ridwan Kamil di Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar), Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (19/3/2020).
Penambahan kasus terbanyak, sekitar tiga perempat, berada di daerah yang dekat dengan DKI Jakarta, salah satunya Kota Bekasi. Kamil mengatakan sudah menyampaikan perihal pengurangan mobilitas warga ke Jakarta kepada Wali Kota Bekasi. Ibu kota negara itu kini menjadi episentrum penyebaran Covid-19.
Selain di Kota Bekasi, kasus positif Covid-19 di Jabar juga terdapat di Kota Depok, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Purwakarta. Selain itu, ada juga kasus di Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, serta Kota Bandung.
”Kalau tidak ada keperluan mendesak, lebih baik di rumah dahulu. Semoga arahan menjaga jarak ini ditaati,” ujarnya.
Pemprov Jabar menyiapkan 52 rumah sakit yang tersebar di 27 kabupaten/kota untuk menangani kasus Covid-19. Terdapat delapan RS rujukan ring satu, yaitu RS Hasan Sadikin di Kota Bandung, RS Paru Dr HA Rotinsulu (Kota Bandung), RS Dr Slamet (Kabupaten Garut), RS Gunung Jati (Kota Cirebon), RS R Syamsudin (Kota Sukabumi), RSUD Indramayu, RS Dustira (Kota Cimahi), dan RS Paru Cisarua (Kabupaten Bogor).
Untuk membatasi interaksi sosial tersebut, sejumlah lokasi wisata di Jabar ditutup sementara. Sejak Senin (16/3/2020), kegiatan belajar-mengajar siswa di sekolah ditiadakan dan diganti program belajar di rumah.
Sekretaris Daerah Jabar Setiawan Wangsaatmaja mengatakan, pembatasan interaksi juga dilakukan oleh aparatur sipil negara di Pemprov Jabar. Hanya pejabat eselon II dan III yang tetap bekerja di kantor. Sementara pejabat lain bekerja di rumah.
Kalau tidak ada keperluan mendesak, lebih baik di rumah dahulu. Semoga arahan untuk menjaga jarak ini ditaati.
Pelacakan
Setiawan menuturkan, pihaknya masih melacak warga Jabar yang mengikuti seminar di Bogor pada awal Maret dan tablig akbar di Masjid Sri Petaling, Kuala Lumpur, Malaysia, pada 28 Februari-1 Maret lalu. Sebab, terdapat peserta di kedua kegiatan tersebut yang telah dinyatakan positif Covid-19.
”Pelacakan masih dilakukan. Mereka termasuk orang dalam pemantauan (ODP). Jika sudah ditemukan akan mengikuti tes proaktif,” ujarnya. Saat ini, yang masih menjalani pemantauan di Jabar berjumlah 818 orang.
Uji spesimen dilakukan di Laboratorium Kesehatan Jabar yang bekerja sama dengan Laboratorium Mikrobiologi dan Parasitologi Universitas Padjadjaran serta Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi Institut Teknologi Bandung.
Pemprov Jabar berencana membeli sejumlah peralatan medis, seperti ventilator, alat untuk memonitor kondisi pasien, dan alat pelindung diri untuk mendukung fasilitas di rumah sakit. Alat uji untuk Covid-19 juga diperbanyak agar rapid test massal dapat dilakukan.
”Test kit (alat uji) yang akan dibeli diproyeksikan untuk sekitar 10.000 orang. Jumlahnya terbatas. Jadi, akan diprioritaskan untuk ODP,” ujarnya.
Jangan meremehkan
Pendakwah Abdullah Gymnastiar mengajak semua pihak proaktif memutus penularan Covid-19. Oleh sebab itu, pembatasan interaksi sosial untuk mencegah penularan virus SARS-CoV-2 ini tidak boleh diremehkan.
”Banyak yang bilang virus ciptaan Allah. Jadi, tidak perlu ditakuti. Kalau begitu, singa juga ciptaan Allah. Apakah mau berbarengan dengan singa?” ujarnya di Gedung Sate, Kamis.
Terkait imbauan tidak shalat di masjid untuk sementara waktu, ustaz yang akrab disapa Aa Gym itu dapat memakluminya. Sebab, hal itu bertujuan agar penyebaran Covid-19 tidak meluas.
”Ayo kita berjihad dengan mengurangi sekecil apa pun peluang penularan (Covid-19). Ini bukan ujian sederhana. Kalau kita meremehkan dan ceroboh, ini akan menjadi masalah berat,” ujarnya.