Genangan Tak Kunjung Surut, Tanggap Darurat di Sidoarjo Kembali Diperpanjang
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, kembali memperpanjang status tanggap darurat bencana banjir di Desa Banjarasri dan Desa Kedungbanteng, Kecamatan Tanggulangin, Selasa (17/3/2020).
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, kembali memperpanjang status tanggap darurat bencana banjir di Desa Banjarasri dan Desa Kedungbanteng, Kecamatan Tanggulangin, Selasa (17/3/2020). Hal itu karena banjir yang menggenang sejak awal Januari 2020 belum surut sehingga masih butuh penanganan komprehensif.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sidoarjo Dwijo Prawito mengatakan, tanggap darurat akan diperpanjang selama 14 hari ke depan. Ini merupakan masa tanggap darurat periode ketiga sejak kebijakan itu diberlakukan 19 Februari 2020.
Selama masa tanggap darurat pertama dan kedua, beragam upaya sudah dilakukan untuk menanggulangi banjir. Bahkan, upaya itu sudah dinilai maksimal. Hasilnya, luas genangan berkurang signifikan. Namun, banjir masih tetap bertahan dan genangan kembali meluas setelah hujan deras mengguyur lebih dari dua jam.
Banjir di sembilan RT sudah surut. Namun, apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi, permukiman warga yang sudah kering akan kembali tergenang. (Dwijo Prawito)
Berdasarkan data BPBD Sidoarjo, banjir di Desa Banjarasri dan Kedungbanteng menggenangi permukiman warga di 12 rukun tetangga. Jumlah rumah yang terdampak mencapai 660 unit dengan jumlah penghuni 2.500 jiwa. Setelah diberlakukan tanggap darurat bencana, tinggal tiga RT yang tergenang.
”Banjir di sembilan RT sudah surut. Namun, apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi, permukiman warga yang sudah kering akan kembali tergenang,” ujar Dwijo.
Selama masa tanggap darurat bencana, beragam upaya penanggulangan banjir sudah dikerahkan. Sebanyak 16 unit mesin pompa disebar di berbagai titik untuk menyedot air dari permukiman warga. Air ditampung di kolam penampungan sementara, lalu dipompa lagi dan dibuang ke sungai. Mesin pompa ini beroperasi penuh tanpa henti meski tidak ada hujan.
Kepala Bidang Irigasi dan Pematusan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air Sidoarjo Shanty Wahyu Anggraini mengatakan, sungai yang mengalir di dua desa sudah dinormalisasi untuk meningkatkan daya tampung. Program normalisasi ini jalan terus meski dilakukan secara sporadis karena terkendala banyaknya bangunan liar di sepanjang bantaran sungai.
”Pemompaan air terus dilakukan, normalisasi sungai juga dilanjutkan hingga di dekat muara. Untuk damam kecil atau kolam penampungan sementara juga dipertahankan untuk menampung air,” kata Shanty.
Dalam tanggap darurat periode ketiga ini yang ditiadakan adalah pendirian dapur umum dan tenda darurat. Alasannya, jumlah warga terdampak sudah berkurang signifikan dari 12 RT menjadi tiga RT. Mereka dinilai tidak kesulitan memenuhi kebutuhan pokok berupa makanan karena warga sudah bisa memasak.
Camat Tanggulangin Sabino Mariano mengatakan, pihaknya meminta supaya posko kesehatan tidak ditiadakan sebab keberadaannya masih diperlukan oleh masyarakat terdampak bencana. Selain posko, juga ada mobil pelayanan kesehatan keliling yang melayani para warga berusia lanjut yang mobilitasnya terbatas.
Memikirkan penanganan
Di luar penanganan rutin, Pemkab Sidoarjo tengah memikirkan penanganan banjir di sekolah-sekolah terdampak seperti SMPN 2 Tanggulangin, SDN Banjarasri, dan TK Dharmawanita. Banjir di tiga sekolah ini tak pernah surut sejak awal tahun. Oleh karena itu, lantai sekolah harus ditinggikan dan di sekitarnya dibangun kolam penampungan air.
Untuk menangani banjir di dua desa ini, sudah dilakukan kerja sama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya untuk meneliti penyebab bencana. Penelitian dilakukan secara komprehensif dari aspek geologi, hidrologi, maupun tata ruang.
Setelah diinventarisasi penyebab banjir, baru akan dibahas tentang solusi penanganan banjir yang tepat. Tim ITS akan melakukan kajian komprehensif terkait banjir sebagai bahan menyusun rumusan solusi jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.
Terkait anggaran tanggap darurat, Pelaksana Tugas Bupati Sidoarjo Nur Achmad mengatakan, pihaknya akan menggunakan dana tak terduga yang bersumber dari APBD tahun berjalan sebesar Rp 2,7 miliar. Anggaran ini akan dimaksimalkan pemanfaatannya untuk penanganan bencana banjir agar masyarakat bisa kembali hidup normal.