Siswa SMP dan SMK di Pulau Miangas, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, mengikuti ujian nasional berbasis komputer di Pulau Karatung karena keterbatasan infrastruktur.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·5 menit baca
MELONGUANE, KOMPAS— Siswa SMP dan SMK di Pulau Miangas, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, mengikuti ujian nasional berbasis komputer di Pulau Karatung. Sebab, sekolah-sekolah di Miangas tidak memiliki komputer sesuai jumlah siswa peserta ujian nasional ataupun jaringan internet.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kepulauan Talaud Adrian Taarega mengatakan, seluruh SMP di Talaud yang berjumlah 43 unit dipastikan mengikuti UNBK, termasuk SMP Negeri 2 Nanusa di Kecamatan Khusus Miangas. Menurut dia, semua kepala sekolah telah menyatakan kesanggupannya.
”Hambatan di Talaud adalah ketiadaan komputer dan jaringan internet. Tapi, setelah dikonfirmasi, semua kepala sekolah sudah menyatakan siap mengikuti UNBK. Tidak ada paksaan dari dinas,” kata Adrian di Melonguane, pusat pemerintahan Kepulauan Talaud, Senin (16/3/2020).
Kesiapan itu ditunjukkan dalam surat pernyataan dari sekolah. Adrian menambahkan, para orangtua siswa juga dinilainya sangat mendukung keikutsertaan anaknya dalam UNBK.
Asmiyati Timporok (26), guru Bahasa Inggris di SMPN 2 Nanusa Miangas, mengatakan, sebanyak 17 siswa kelas IX akan mengikuti UNBK di SMP Negeri 1 Nanusa di Karatung. Berdasarkan arahan Dinas Dikpora, sekolah yang tidak memiliki komputer, peladen (server), dan jaringan internet diminta mengikuti UNBK di sekolah terdekat di daerahnya.
”Ini akan jadi UNBK pertama dan terakhir buat SMPN 2 Nanusa,” kata Asmiyati, Kamis (12/3/2020), di Miangas.
Sebagai bentuk persiapan, para siswa SMPN 2 Nanusa Miangas telah sekali mengikuti simulasi UNBK di lokasi pelaksanaan, SMPN 1 Nanusa Karatung. Asmiyati mengatakan, simulasi itu membantu siswa memahami langkah-langkah mengikuti ujian, mulai dari menyalakan komputer, membuka aplikasi, menjawab soal, hingga menutup aplikasi.
Konsekuensi dari ketetapan UNBK tersebut, para siswa satu-satunya SMP di Miangas itu harus menempuh perjalanan 6-7 jam dengan kapal perintis menuju Karatung di sisi tenggara Miangas. Simulasi hanya dilangsungkan satu hari, tetapi para siswa harus berada di Karatung selama dua pekan, menyesuaikan jadwal kedatangan kapal perintis. Mereka baru saja kembali pada Rabu (4/3/2020) setelah simulasi.
Kegiatan belajar-mengajar juga harus dipindahkan ke Karatung sambil menunggu jadwal kapal selanjutnya. ”Jadi, guru-guru mata pelajaran yang di-UN-kan juga diajak untuk memberi pengayaan. Kami juga meminta tiap siswa didampingi orangtua atau walinya,” kata Asmiyati.
Menurut rencana, para siswa akan diberangkatkan satu pekan sebelum pelaksanaan UNBK pada 20-23 April mendatang. Sebagian siswa akan tinggal di rumah kerabatnya di Karatung. Sementara sebagian lainnya di penginapan di gedung sekolah menengah kejuruan.
Para guru memberi para siswa kumpulan latihan soal dari UN lima tahun terakhir sebagai bahan latihan. Para siswa juga menggunakan segala sarana yang ada untuk belajar dan membiasakan diri dengan suasana ujian.
Fabio Mamoga (14), siswa kelas IX SMPN 2 Nanusa Miangas, mengatakan, ia dan teman-temannya juga belajar soal dari aplikasi latihan UN di ponsel Android. ”Kami juga belajar langkah-langkah UNBK dari menonton di Youtube,” katanya.
Frayen Papea (15), siswa kelas IX lainnya, menambahkan, hanya ada 24 komputer di SMPN 1 Nanusa Karatung sehingga harus dipakai bergantian. ”Sesi pertama empat orang dari Miangas gabung anak-anak Karatung. Sesi kedua, sisanya bareng SMP dari Pulau Kakorotan,” katanya.
Selain Miangas, siswa SMP dari SMP Satu Atap Negeri 2 di Pulau Kakorotan juga mengikuti UNBK di Karatung. Asmiyati mengatakan, ketiga sekolah menyewa komputer dan peladen yang akan digunakan untuk UNBK. SMPN 1 Nanusa Karatung juga telah menyewa sebuah genset dari desa.
”Kami juga sudah menyurat ke PLN setempat untuk meminta listrik tidak mati selama pelaksanaan UNBK. Ini, kan, masa depan anak-anak,” katanya.
Sementara itu, sebanyak 13 Siswa SMK Negeri 2 Talaud di Miangas juga mengikuti UNBK di SMA Negeri Nanusa Karatung mulai Senin (16/3/2020). Mereka telah berada di Karatung sejak pekan lalu.
Eric Awalla (35), guru SMKN 2 Talaud di Miangas, mengatakan, para siswa sudah berada di Karatung saat ini. Setiap keluarga membiayai anak mereka sekitar Rp 2 juta. Eric tidak bisa memastikan adanya pendanaan dari sekolah.
Catatan Kompas, ada 8.010.320 siswa SMP, SMA, dan SMK di seluruh Indonesia yang mengikuti UNBK. Sebanyak 320.087 lainnya mengikuti ujian nasional berbasis kertas dan pensil (UNKP).
Tidak ada dukungan dana
Menurut Asmiyati, UNKP bagi siswa SMP di Miangas sebetulnya akan menyerap lebih sedikit biaya. Untuk mengikuti UNBK, setiap siswa harus mengeluarkan biaya setidaknya Rp 800.000 untuk transportasi serta memenuhi kebutuhan sehari-hari di Karatung.
”Kami bawa beras dan bahan makanan lainnya untuk menghemat. Kalau UNKP, kami mungkin hanya akan butuh honor pengawas ujian dan pemeriksa saja,” katanya.
Albert Nusa, orangtua dari dua siswa kelas IX di SMPN 2 Nanusa Miangas, sebetulnya mendukung UNBK. Namun, ia tidak menyangka semua biaya harus ditanggung orangtua siswa.
Bendahara SMPN 2 Nanusa Miangas Laling Rimpulaeng, yang merangkap guru Ilmu Pengetahuan Sosial, mengatakan, biaya terpaksa ditanggung orangtua karena dirinya tidak mengelola dana bantuan operasional sekolah (BOS). Rekening dan pengelolaan BOS dipegang Kepala SMPN 2 Nanusa Miangas Fransius Apitalau, yang lebih banyak berada di Melonguane.
”Sejak 2015 sampai sekarang, saya tidak pernah mengelola dana BOS. Katanya tiga tahun terakhir sudah tidak dapat. Pak Kepsek selalu bilang, nanti akan mengabari kalau sudah waktunya mencairkan dana di Melonguane. Tapi saya tidak pernah dipanggil,” katanya.
Pada 2020, alokasi dana BOS SMP ditingkatkan dari Rp 1 juta per siswa menjadi Rp 1,1 juta per siswa. Artinya, SMPN 2 Nanusa Miangas yang memiliki 53 siswa seharusnya mendapat Rp 58,3 juta tahun ini.
Kendati begitu, para guru mengaku tidak pernah diajak berdiskusi soal penggunaan dana BOS, termasuk untuk membiayai perjalanan siswa dalam mengikuti UNBK. Pengadaan komputer pun tidak pernah dibicarakan meski para guru telah mengusulkan.
Saat ini, hanya ada satu komputer di SMP tersebut, sumbangan dari bekas Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi. Kepala Dinas Dikpora Kabupaten Talaud Adrian mengatakan, tahun ini ada anggaran dinas sebesar Rp 124 juta. Namun, ia tidak dapat memastikan kapan dana itu akan digunakan mengadakan komputer bagi sekolah di Miangas.