Keputusan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat menutup sementara akses masuk wisatawan yang menggunakan kapal cepat dari Bali ke kawasan Tiga Gili, Lombok Utara, mulai berdampak.
Oleh
·6 menit baca
MATARAM, KOMPAS - Keputusan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat menutup sementara akses masuk wisatawan yang menggunakan kapal cepat dari Bali ke kawasan Tiga Gili, Lombok Utara, mulai berdampak. Senin (16/3/2020), ribuan wisatawan meninggalkan kawasan Gili menuju Bali. Jumlahnya meningkat hampir seratus persen dibandingkan sebelum adanya keputusan penutupan.
Menurut Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas II Pemenang, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Heru Supriyadi, jumlah wisatawan yang meninggalkan kawasan tiga Gili yakni Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air mencapai 2.330 orang. Sementara yang datang sebanyak 828 orang.
Tetapi keputusan itu tidak detail. Padahal kami perlu standar operasional prosedur yang jelas apa yang harus dilakukan terhadap tamu yang masih di Gili. Apakah tetap atau keluar. Kalau dibaca, suratnya bersifat general sehingga kami kebingungan (Kusnawan)
Menurut catatan Kompas, jumlah wisatawan yang meninggalkan kawasan tiga gili pada Senin atau sehari setelah adanya pengumuman penutupan meningkat hampir seratus persen.
Pada Minggu (15/3/2020), jumlah wisatawan yang meninggalkan kawasan tiga gili mencapai 1.323 orang. Sedangkan pada Sabtu (14/3/2020) sebanyak 1.108 orang.
Meningkatnya jumlah wisatawan yang meninggalkan gili juga membuat kapal cepat yang dioperasikan bertambah. Jika pada Sabtu hanya 17 kapal, sedangkan pada Senin ini mencapai 24 kapal.
Sementara itu, jumlah wisatawan yang tiba di tiga gili menurun. Dua hari sebelumnya, jumlah wisatawan yang tiba setiap harinya mencapai antara 1.000-1.100 orang. Pada Senin ini, jumlahnya 828 orang.
Dalam Rapat Koordinasi Pelaku Usaha Pariwisata "Dampak Virus Corona Terhadap Kepariwisataan NTB", Senin sore, para pengelola hotel juga menyampaikan tentang banyaknya wisatawan yang meninggalkan gili padahal mereka harusnya masih tinggal beberapa hari ke depan.
Rapat koordinasi itu dihadiri Gubernur NTB Zulkieflimansyah, Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Moh Faozal, Kepala Dinas Perhubungan NTB Lalu Bayu Windia, pelaku pariwisata di kawasan Gili, Senggigi, Kuta, Mandalika, Mataram, dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia.
Ketua Asosiasi Hotel Gili yang juga General Manager Wilson\'s Retreat Lalu Kusnawan mengatakan, banyaknya wisatawan yang meninggalkan Gili karena tidak jelasnya informasi dari Pemerintah Provinsi NTB terkait penutupan akses ke Gili. Termasuk nasib wisatawan yang telah berada di Gili sebelum keputusan penutupan dikeluarkan.
Seperti diberitakan, pada Minggu sore, Pemerintah Provinsi NTB mengambil sejumlah langkah untuk mengantisipasi merebaknya Covid-19. Selain menetapkan Status Siaga Darurat Bencana Non-Alam Covid-19, mereka juga menutup pintu masuk ke kawasan Tiga Gili dan meliburkan kegiatan belajar mengajar. Perjalanan dinas juga dilarang dan sejumlah even pariwisata dan pertemuan-pertemuan dibatalkan.
Keputusan
Keputusan itu diambil dalam rapat antara Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zulkieflimansyah dan wagub Sitti Rohmi Djalillah dengan bupati dan wali kota se-NTB, termasuk forum komunikasi pimpinan daerah dan Kepala Organisasi Perangkat Daerah tingkat Provinsi NTB.
Dalam surat edaran dari Dinas Perhubungan NTB pada Senin, penutupan akses kapal cepat dari Bali ke Gili akan dimulai pada Selasa (17/3/2020). Penutupan akan berlangsung selama 14 hari sejak ditetapkan dan akan dilakukan evaluasi lebih lanjut.
"Tetapi keputusan itu tidak detail. Padahal kami perlu standar operasional prosedur yang jelas apa yang harus dilakukan terhadap tamu yang masih di Gili. Apakah tetap atau keluar. Kalau dibaca, suratnya bersifat general sehingga kami kebingungan," kata Kusnawan.
Pemilik Martas Hotel Gili Trawangan Marta Saputra yang turut hadir dalam rapat menambahkan, sekitar 10 orang tamunya memutuskan meninggalkan gili. "Teman dari agen perjalanan bahkan tadi melaporkan, tamu sudah masuk salah satu hotel di kawasan Gili, tetapi begitu check in, malah disuruh keluar. Alasannya karena Gili ditutup," kata Martas.
Terkait nasib wisatawan yang sudah terlanjur berada di Gili sebelum adanya keputusan,
Menanggapi hal itu, Zulkieflimansyah menyayangkan adanya ketidakjelasan informasi itu. Padahal menurut dia, sudah ada keputusan dari pagi dan bisa langsung disampaikan oleh jajarannya.
"Mestinya jangan keluar karena yang masih aman. Karena yang masih save Gili. Justru kalau ke Bali potensi terpapar besar. Ini juga peluang sehingga wisatawan bisa tinggal lebih lama, bukan malah eksodus," kata Zulkieflimansyah.
Terkait jawaban Gubernur, menurut Kusnawan, sudah terlambat. Hal itu karena wisatawan sudah terlanjur meninggalkan Gili. "Karena informasi yang tidak jelas sampai bawah, tamu banyak yang pulang. Kita tidak tahu dampaknya ke depan seperti apa. Semoga tidak ada kesalahpahaman di tamu dan merasa diusir," kata Kusnawan.
Berdasarkan pantaun Kompas di Pelabuhan Bangsal, jumlah penumpang kapal cepat dari Bali yang akan ke Gili berkurang. Setiap kapal yang akan ke Gili memang diharuskan bersandar terlebih dahulu ke Pelabuhan Bangsal, sekitar 28 kilometer utara Mataram, ibu Kota NTB. Tujuannya untuk pemeriksaan covid-19 oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Mataram.
Pada Senin siang, justru yang terlihat adalah penumpang yang akan kembali. Antrean panjang terlihat dan lebih banyak dari biasanya. Beberapa wisatawan bahkan terlihat terburu-buru dan berharap bisa secepatnya berangkat ke Bali. "Penutupan ini pasti berdampak. Tetapi mau bagaimana lagi. Harus diterima karena demi antisipasi terhadap Covid-19," kata Jaka Sasmita, salah satu agen kapal cepat dari Bali.
Akses masuk
Selain ketidakpastian mengenai wisatawan yang sudah terlanjur berada di Gili, dalam rapat Senin sore, para pelaku usaha wisata juga mempertanyakan tentang kejelasan penutupan. Khususnya peluang wisatawan masuk ke Gili selain menggunakan kapal cepat dari Bali.
Hal itu karena dalam surat edaran Dinas Perhubungan, disebutkan jika masih ada pelabuhan penyeberangan yang tetap beroperasi tetapi dengan pengawasan ketat. Pelabuhan itu yakni Lembar-Padangbai (Bali), Kayangan (Lombok Timur)-Pototano (Sumbawa Barat), Sape (Bima)-Labuan Bajo (NTT), Lembar-Surabaya, dan pelabuhan laut yang melayani penumpang umum.
"Wisatawan ke gili tidak boleh. Tetapi masih dibuka jalur penerbangan ke Lombok, pelabuhan-pelabuhan. Kalau seandainya proses pemeriksaan (Covid-19) berjalan baik, kesempatan Gili untuk dibuka tetap ada," kata Kusnawan.
Para pelaku usaha wisata di Gili menanyakan apakah memungkinkan jika wisatawan yang datang via udara atau pelabuhan-pelabuhan yang masih beroperasi, bisa langsung ke gili dengan menyeberang dari Pelabuhan Bangsal. Pelabuhan Bangsal adalah pelabuhan untuk kapal penyeberangan umum ke kawasan tiga Gili.
Hal itu ditanyakan karena pengelola hotel, harus memberi jawaban secepatnya kepada calon tamu mereka.
"Selain yang sekarang masih di hotel, juga ada 400 lebih tamu yang menunggu kepastian (bisa masuk gili apa tidak lewat jalur lain). Termasuk agen perjalanan dalam dan luar negeri yang mempertanyakan keputusan pemerintah ke depan. Sekarang menggantung," kata General Manager Hotel Vila Ombak Gili Trawangan I Gusti Ngurah Arya Wirawan.
Marta menambahkan, hal itu mereka pertanyakan karena jangan sampai muncul pemikiran bahwa terjadi deskriminasi. Saat akses ke Gili ditutup, justru akses lain ke obyek wisata lain di Lombok tetap dibuka.
"Kalau memang ditutup, maka semuanya ditutup. Kalau ada akses ke Gili lewat jalur lain (bukanhanya kapal cepat dari Bali), mungkin bisa diperketat pemeriksaan mulai dari saat tiba di bandara atau pelabuhan, Bangsal, lalu di gili. Jadi lebih meyakinkan karena berlapis," kata Marta.
Terkait hal itu, hingga rapat selesai sekitar pukul 16.00 Wita, belum ada jawaban dari Pemerintah Provinsi NTB. Kepala Dinas Perhubungan Lalu Bayu Windia mengatakan, pihaknya belum ada keputusan. Perlu ada pertemuan lebih lanjut untuk membahas hal itu.