Angka kematian di Indonesia akibat Covid-19 mencapai 3,8 persen. Ini menunjukkan adanya fase kritis dalam penanganan penyakit itu. Penapisan besar-besaran mesti dilakukan.
Oleh
·4 menit baca
Angka kematian di Indonesia akibat Covid-19 mencapai 3,8 persen. Ini menunjukkan adanya fase kritis dalam penanganan penyakit itu. Penapisan besar-besaran mesti dilakukan.
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia memasuki fase kritis penanggulangan pandemi Covid-19, penyakit yang disebabkan virus korona baru. Kegagalan mencegah meluasnya sebaran infeksi bakal memicu ledakan kasus. Karena itu, selain mengurangi aktivitas, penapisan untuk deteksi virus juga mesti diperluas dengan mempermudah akses warga memeriksakan diri.
Menurut Kementerian Kesehatan, Indonesia memeriksa 1.293 pasien hingga Minggu (15/3/2020), 117 pasien dinyatakan positif, 5 orang meninggal, dan 8 orang sembuh. Hal ini berarti angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia adalah 3,8 persen atau termasuk tertinggi di Asia Tenggara. Malaysia memiliki 428 kasus positif dan tak ada korban jiwa, Singapura ada 212 kasus juga tanpa korban jiwa, serta Vietnam 53 kasus tanpa korban jiwa.
Ahli epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono, mengatakan, tingginya angka kematian pasien Covid-19 di Indonesia mencerminkan keterlambatan diagnosis dan penanganan medis. ”Ini menunjukkan Indonesia memasuki fase kritis pandemi Covid-19,” katanya.
Tingginya angka kematian di Indonesia juga disebabkan kurangnya penapisan. Karena itu, penapisan besar-besaran perlu dilakukan dengan melibatkan banyak laboratorium. ”Pemerintah daerah bisa mengambil alih layanan tes. Laboratorium Kemenkes mestinya hanya rujukan dan membina secara teknis,” ujar Pandu.
Sementara itu, kekacauan pemeriksaan dan penanganan orang berpotensi terinfeksi virus korona baru masih terjadi. Sejumlah orang yang punya riwayat kontak dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang positif Covid-19 tak segera diperiksa meski datang ke rumah sakit rujukan.
Menurut seorang jurnalis yang punya riwayat kontak dengan Budi Karya, sebagian orang yang diperiksa dipulangkan untuk isolasi mandiri sebelum keluar hasil tes.Padahal, menurut panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), semua orang yang memiliki riwayat kontak dan memiliki gejala sakit harus diperiksa. Selama pemeriksaan, pasien seharusnya diisolasi.
Data Worldometers menyebut, penapisan tiap negara beragam. Sebagian negara amat progresif melakukan penapisan, seperti Korea Selatan yang memeriksa 210.144 orang atau 4.099 orang per satu juta penduduk negara itu. Malaysia memeriksa 3.132 orang atau 97 orang per satu juta penduduk.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan, pemeriksaan akan digalakkan dan melibatkan lembaga lain. Dia berjanji memperbanyak rumah sakit agar siap menangani pasien korona.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo menyerahkan kepada kepala daerah untuk menentukan status kedaruratan di daerah masing-masing menghadapi mewabahnya Covid-19 setelah berkonsultasi dengan pakar dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Presiden juga meminta warga membatasi kegiatan di luar rumah. Presiden meminta pemda membuat kebijakan belajar dari rumah bagi pelajar dan mahasiswa. Sebagian aparatur sipil negara juga dapat bekerja dari rumah.
Negara lain
Sejumlah negara yang melakukan kebijakan dan langkah pasti dalam penanggulangan Covid-19 mulai menuai hasil. Korea Selatan, Taiwan, dan Vietnam dinilai berhasil mencegah penyebaran lebih luas.
Pemerintah Korea Selatan yang di awal dinilai lambat bereaksi terhadap penyebaran Covid-19 kemarin mengumumkan penurunan laju pasien terpapar, dari 500 per pekan menjadi 100 orang per pekan. Dalam tiga hari terakhir, menurut Menteri Kesehatan Korea Selatan Park Neung-hoo, mereka memulangkan 120 pasien Covid-19 tiap harinya setelah sembuh.
Di Taiwan hanya ditemukan 45 kasus dan 1 pasien positif Covid-19 yang meninggal. Kesiapan mengaktifkan pusat kontrol penyakit menular membuat pemerintah lebih siaga menangani pandemi ini. Vietnam juga disebut berhasil menahan penyebaran Covid-19 setelah menghentikan berbagai kegiatan yang melibatkan warga dalam jumlah besar.
Pemerintah bersama perguruan tinggi memproduksi alat tes SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19. Menurut situs Vietnam News, Pemerintah Vietnam akan memproduksi alat ini dengan kapasitas produksi 10.000 per hari.
Sementara itu, di Tanah Air, sejumlah daerah terus melaporkan kasus terduga dan positif Covid-19. Satu pasien berusia tiga tahun di DI Yogyakarta positif Covid-19. Namun, menurut Gubernur DIY Sultan HB X, Pemerintah Provinsi DIY belum menetapkan status kejadian luar biasa Covid-19.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan, satu pasien terduga Covid-19 di Kabupaten Cianjur meninggal sebelum didiagnosis. Untuk mempercepat pengendalian Covid-19, pihaknya proaktif melaksanakan tes Covid-19 di Laboratorium Kesehatan Jabar bermitra dengan sejumlah perguruan tinggi.
Kamil menunda kegiatan yang melibatkan massa dan meliburkan sekolah dua pekan sejak Senin ini. Di Jawa Timur, ujian nasional untuk sekolah menengah kejuruan tetap akan dilaksanakan.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengumumkan pengurangan operasional semua angkutan umum yang beroperasi di bawah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yakni Transjakarta, MRT, dan LRT. Langkah ini dilakukan untuk memastikan warga membatasi bepergian keluar rumah demi mencegah penyebaran Covid-19. (AFP/Al Jazeera/MHD/AIK/ INA/PDS/EDN/FLO/DIT/ NDU/TAM/HRS/BRO/ETA/DNE)