Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah menetapkan status kejadian luar biasa DBD begitu lima pasien DBD meninggal. Warga diimbau selalu menjaga kebersihan lingkungan.
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Selama dua bulan terakhir, kasus demam berdarah dengue atau DBD di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, telah merenggut nyawa lima pasien. Selama dua bulan terakhir, terjadi 423 kasus DBD sehingga Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah pun menetapkan status kejadian luar biasa.
”Jumlah pasien meninggal naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada 2019, jumlah pasien yang meninggal dua orang,” kata Kepala Dinas Kesehatan Lampung Tengah Otniel Sriwidiatmoko saat dihubungi dari Bandar Lampung, Jumat (13/3/2020).
Menurut dia, kasus DBD paling banyak ditemukan di Kecamatan Gunung Sugih. Pemerintah sebenarnya sudah melakukan sosialisasi pencegahan DBD pada masyarakat sejak Oktober 2019. Namun, penyebaran penyakit akibat virus yang dibawa nyamuk Aedes aegypti terus berkembang.
Jumlah pasien meninggal naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Hingga saat ini, pasien DBD masih dirawat di sejumlah rumah sakit dan puskesmas, Lampung Tengah. Sejumlah rumah sakit yang menangani pasien adalah RS Harapan Bunda, RS Yukum Medical Centre, dan RSUD Demang Sepulau Raya.
Kini, Pemkab Lampung Tengah juga gencar melakukan fogging atau pengasapan di desa-desa yang banyak kasus DBD. Pengasapan menyasar lokasi yang dinilai menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Selain fogging, masyarakat diajak membersihkan lingkungan.
Otniel mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Pemprov Lampung untuk membantu pengadaan alat sehingga upaya pencegahan tidak terganggu. Tak hanya itu, pemerintah juga membagikan bubuk abate ke rumah tangga. Di Bandar Lampung, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Reihana menuturkan, status kejadian luar biasa (KLB) baru terjadi di Kabupaten Lampung Tengah.
Dia berharap, upaya pencegahan yang dilakukan semua pihak bisa efektif sehingga tidak ada kabupaten lain di Lampung yang mengalami KLB DBD.
Hingga kini, jumlah kasus DBD di Lampung tercatat 2.935 kasus. Pada periode awal Maret hingga sekarang, terjadi 463 kasus DBD di 15 kabupaten dan kota di Lampung.
Reihana menambahkan, upaya pencegahan dilakukan di 14 kabupaten dan kota lainnya di Lampung. Di berharap, upaya pemerintah dan kepedulian masyarakat untuk membersihkan lingkungan dapat menekan kasus DBD di Lampung. Dari Bandung, Jawa Barat, sedikitnya 4.600 pasien DBD pada awal tahun 2020. Kini ada tiga zona kasus DBD di Jabar dan sembilan daerah ditetapkan sebagai zona merah yang terus dipantau.
Sembilan daerah ini meliputi Kota Depok, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Kota Bandung, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Ciamis, dan Kota Tasikmalaya. Berdasarkan data yang dihimpun Dinas Kesehatan Jabar, sudah ada 16 korban jiwa kasus DBD. Kabupaten Bogor menjadi daerah dengan kasus tertinggi, yaitu 443 kasus dengan dua korban jiwa.
Kepala Dinas Kesehatan Jabar Berli Hamdani di Bandung, Jumat, menuturkan, tiga zona ini dibagi menjadi zona merah, kuning, dan hijau. Indikator zona merah dilihat dari kasus kematian atau jumlah kasus di daerah tersebut melonjak dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Adapun zona kuning, kasus DBD tidak sampai dua kali lipat tanpa kasus kematian dan zona hijau jika kasus DBD di kawasan tersebut tidak lebih dari 50 kasus.
Berli menuturkan, DBD merenggut korban jiwa akibat penanganan medis yang terlambat. Dia meminta warga lebih cepat melaporkan atau membawa pasien ke rumah sakit jika terjadi gejala demam berdarah, di antaranya demam tinggi lebih dari 40 derajat celsius. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Rita Verita menyatakan, korban jiwa akibat DBD di Kota Bandung mencapai empat orang.
Keempat korban jiwa berusia balita dan terlambat ditangani secara medis karena masuk dalam kondisi dengue shock syndrome (DSS) atau tahapan lanjut dari DBD. Demikian pula di Kota Bogor, satu pasien DBD meninggal setelah menjalani perawatan intensif di RS Palang Merah Indonesia. Total sejak Januari hingga 13 Maret 2020 tercatat lima orang di Kota Bogor meninggal akibat DBD.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno di Bogor mengatakan, kelima pasien DBD meninggal di rumah sakit. Pihak rumah sakit sulit menyelamatkan nyawa pasien karena mereka datang dalam kondisi DSS.”Masa kritis pasien pada hari keempat dan kelima.
Pada hari keenam, pasien akan drop. Kalau tidak tertangani, asupan cairan kurang, dia akan jatuh ke kondisi DSS. Ketika sudah DSS, akan sulit penanganannya meski sudah masuk ke ruang PICU,” tutur Retno.